Saturday 4 May 2013

A Visit From A Friend (Part I)

Bulan Januari kemarin saya mendapatkan surat dari sahabat saya Sandi yang salah satu isinya adalah keinginan dia untuk main ke Solo (surat balasan saya untuk Sandi bisa dibaca disini).

Setelah menghitung hari dan menentukan weton (beuh... nggak segitunya juga sik) akhirnya tanggal 22 Maret kemarin Sandi melakukan kunjungan balasan ke Solo (qiqiqi...) Sama seperti waktu saya ke Bandung dulu, Sandi naik kereta Lodaya pagi yang jadwalnya (harusnya) pukul 8 pagi udah berangkat, dan sampai di Solo pukul 4 sore, namun apa daya bukan PT KAI namanya kalau tidak molor. Kereta baru berangkat 10 lebih dan sampai di kota Solo pukul.... (jeng jeng jeng) 8 malam sodara-sodara...

Waduh... Bubar deh rencana saya, udah kepikiran ntar jam 4 Sandi sampai di Solo akan saya ajak muter-muter lihat-lihat keadaan Solo. Tapi yah... Tsudahlah apa mau di kata (sambil ngrutuki PT KAI qiqiqi...)

Kasihan Sandi nya juga sih, nunggu sekian lama, blom lagi perjalanan di kereta yang (amat) lama dan membosankan. #PukPuk Sandi yang lagi di jalan.

Pukul 4 sore saya sudah di Stasiun Balapan (dengan harapan kali-kali aja keretanya nggak telat-telat amat). Sempat lama nunggu di Stasiun, sampai petugas nya bosan saya tanyai 

"Lodaya pagi udah nyampai belum pak?"

Setiap kali ada pengumuman kereta yang masuk stasiun Balapan.

"Belum bapak..." Jawab si petugas stasiun (awalnya di sertai dengan senyum manis, tapi lama-lama si bapaknya cemberut juga :)))

Sempat pula main ke Solo Paragon buat menghabiskan waktu sambil menunggu, tapi yah... Emang sudah seharusnya keretanya nyampe pukul 8 malam.

Kurang lebih pukul 8 malam, kereta Lodaya memasuki stasiun Balapan. Stasiun Balapan tidaklah terlalu besar jika dibandingkan dengan stasiun kota Bandung, namun kurangnya petunjuk arah suka bikin bingung orang yang pertama kali masuk ke situ. Jadi saya agak-agak khawatir juga klo Sandi sampai nyasar (udah kayak emak2 deh suka khawatir :p)

Saya bentangkan spanduk selamat datang sepanjang 24 meter yang sudah saya buat (boong ding bukan 24 meter tapi 32 meter #blah)

Tak berapa lama muncul lah orang yang saya tunggu-tunggu, tengah tengak-tengok kiri kanan mencari jalan keluar. Saya pun kemudian heboh melambaikan tangan dan segala macam atribut yang bisa saya lambaikan, tak peduli sebelah yang langsung pingsan mencium aroma tubuh saya yang harumnya naudzubilah gegara belum mandi seharian.

0 comments:

Post a Comment

Saya menghargai komentar, saran, kritik & masukan yang membangun. Komentar berupa spam, scam dan promosi akan dihapus, terima kasih.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites