Saturday, 11 May 2013

Pemanggilan Orang Tua

Merupakan suatu hal yang wajar kalau orang tua dipanggil ke sekolah berkenaan dengan keadaan anak yang bersangkutan, namun demikian ada beberapa pendapat mengenai penting tidaknya pemanggilan orang tua ke sekolah.

Kepsek di sekolah lama misalnya, pernah suatu saat saya ditegur beliau karena menurut beliau saya terlalu sering melakukan pemanggilan orang tua ke sekolah, kalau tidak salah dalam seminggu ada dua atau tiga pemanggilan untuk orang tua yang berbeda dan kasus yang berbeda. Menurut beliau tidak sepantasnya kita "wadul" (mengadu) kepada orang tua, dan pemanggilan orang tua seakan-akan memperlihatkan kepada orang tua bahwa pihak sekolah tidak mampu dalam mendidik anak. Dan dari yang saya tangkap ada kesan bahwa "quota" pemanggilan orang tua adalah 1 - 2 per bulannya.

Berbeda dengan di sekolah sekarang, pemanggilan orang tua disesuaikan dengan permasalahan yang terjadi, jika memang dalam seminggu ada katakanlah 7 permasalahan yang membutuhkan pemanggilan orang tua, maka tidak masalah jika ada 7 pemanggilan orang tua. Namun jika permasalahan bisa diselesaikan tanpa perlu adanya pemanggilan orang tua, maka tidak perlu pula diadakan pemanggilan kepada orang tua siswa.

Hal pertama yang harus dipahami bersama tentang pemanggilan orang tua ke sekolah adalah bahwa pemanggilan orang tua tidak hanya bukan dimaksudkan untuk mengadukan permasalahan anak kepada orang tua. 

Beberapa hal yang dapat diungkap dari pemanggilan orang tua ke sekolah.

  1. Komitmen orang tua terhadap pendidikan anak, hal ini dapat kita lihat dari kehadiran orang tua, jika dia berkomitmen terhadap pendidikan anaknya maka dia akan hadir ketika dipanggil. Komitmen orang tua terhadap pendidikan anaknya juga bisa kita ketahui dari hasil obroanlan/wawancara dengan orang tua yang bersangkutan ketika diajukan pertanyaan yang berkenaan dengan pendidikan anak (seberapa sering dia mengingatkan anaknya untuk belajar, menemaninya belajar, dsb).
  2. Mengetahui pendidikan/nilai yang diajarkan orang tua di rumah. Hal ini sangat penting untuk pihak sekolah khusunya untuk memahami akar permasalahan dari siswa.
  3. Menyamakan pandangan dan arah pendidikan anak. Sebagai contoh peraturan sekolah melarang siswa untuk merokok, mengajarkan mereka sopan santun, namun kalau di rumah orang tua membebaskan anaknya untuk merokok dan tidak mengajarkan sopan santun kepada anaknya, maka bisa dipastikan pendidikan karakter yang diajarkan sekolah tidak akan bisa diterima oleh siswa.
Tujuan utama pendidikan adalah menjadikan anak lebih baik, memahami dan menguasai pengetahuan akademis, ketrampilan hidup dan juga nilai-nilai (yang biasa disebut sebagai pendidikan karakter, pendidikan akhlak), dan semua hal tersebut akan bisa tercapai jika ada kesatuan hati antara pihak sekolah dengan pihak keluarga.

0 comments:

Post a Comment

Saya menghargai komentar, saran, kritik & masukan yang membangun. Komentar berupa spam, scam dan promosi akan dihapus, terima kasih.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites