Sekolah

Cerita-cerita yang terjadi di sekolah

Cerita Sehari-Hari

Hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari

Internet

Segala sesuatu yang berhubungan dengan internet dan blogging

Jamban Blogger

Jamban Blogger

Tulisan Jaw merupakan anggota dari Jamban Blogger

Tuesday 31 March 2015

Rara dan Tas Barunya

Suatu sore pulang sekolah, Rara keponkan saya masuk ke kamar saya, menonton TV sambil mainan kertas. Sementara saya sendiri asyik merajut di pinggir pintu menikmati suasana sore.

Memperhatikan Rara yang tengah asyik bermain, saya tiba-tiba kepikiran sesuatu.

"Mbak Rara mau tak bikinin tas nggak?" Tanya saya kepada Rara.

"Tas apa?" Jawab Rara

"Tas kecil buat wadah barang kalau mbak Rara dolan." Kata saya.

"Hmmm... Boleh..." Kata Rara

"Tapi aku maunys warna ini sama ini" kata Rara lagi sambil menunjuk benang dengan warna yang dia inginkan di tumpukan benang yang ada di kamar.

"Iya nduk, ntar oom Ari bikinkan ya." Kata saya.

Tak berapa lama, kami kembali asyik dengan aktifitas kami masing-masing. Tiba-tiba Rara berkata

"Oom tasnya udah jadi belom?"

Saya cuman bisa melongo.

"Ya belum tho nduk. Besok ya?" Jawab saya.

Malam harinya selepas maghrib, Rara kembali mendatangi kamar saya.

"Udah jadi oom?"

"Belum nduk, besok ya?" Kata saya.

Daaan... Keesokan harinya, pagi-pagi sebelum saya berangkat ke sekolah Rara kembali bertanya.

"Udah belom oom?"

"Ntar ya pulang sekolah." Jawab saya.

Sepulang sekolah, giliran saya yang nyari.

"Nduk... Ini tasnya sudah jadi." Kata saya sambil menyerahkan tas rajut yang selesai saya rajut.

Si Rara langsung mengambil tasnya dan berlari pulang ke rumahnya di sebelah.

Saturday 14 March 2015

Origami: Tidak Semudah Yang Dikira

Mendengar kata Origami pikiran kita bisa dipastikan melayang pada kegiatan melipat kertas yang dilakukan oleh anak-anak TK. Dan kebanyakan dari kita bisa dipastikan mengatakan kalau origami itu mudah. Namun benarkah demikian?

Sejak awal tahun pelajaran ini sekolah kami mengadakan ekstrakurikuler origami, dan saya ditunjuk sebagai pengajar untuk kegiatan ekstrakurikuler ini.

Seperti halnya kegiatan ekstrakurikuler lainnya, origami boleh diikuti oleh siswa kelas 7 dan 8. Di awal pertemuan saya sempat kaget karena begitu banyaknya siswa yang mengikuti ekskul origami. Sekitar ± 30 orang siswa. Wedew.... Beneran nggak nih? Saya pikir bisa tahan berapa lama ya mereka mengikuti ekskul ini?

Dan benar saya, di minggu-minggu pertama anak-anak antusias, namun memasuki bulan kedua dan seterusnya, jumlah peserta ekskul origami mulai berkurang dan menyusut. Kebanyakan dari mereka beralasan origami itu susah. Nah loh?

Untuk kurikulum/pengajaran ekskul origami saya membuat sendiri berhubung tidak ada kurikulum baku, maupun titipan dari sekolah. Saya bikin sederhana saja, mulai dari pengenalan origami sederhana, baru kemudian meningkat ke origami yang lebih rumit.

Kebanyakan dari anak-anak menyepelekan/menganggap mudah di awal-awal, karena mungkin mereka masih ingat saat diajarkan waktu TK sehingga sudah bosan duluan. Namun ada juga yang kemudian banyak menyerah saat memasuki tingkat yang lebih sulit sehingga memutuskan untuk tidak ikut ekskul origami lagi.

Satu hal yang membahagiakan saya adalah walaupun jumlahnya jauh menyusut hingga tinggal tersisa ± 10 orang siswa, namun semangat mereka tetap tinggi, hampir tiap minggu mereka bertanya

"Pak nanti origami kan?"

Atau bertanya

"Nanti kita bikin apa pak?"

Semangat yang patut di apresiasi dan membuat saya bersemangat dalam berbagi ilmu dengan mereka dan mencari ide-ide baru agar mereka lebih bersemangat lagi.
Satu hal lagi, kalau mereka saya ajari sesuatu yang baru banyak teman-teman mereka yang iri minta dibikinin ataupun minta diajari bikin :D

Tuesday 10 March 2015

Belajar Dari Sekolah Lain

Dari tanggal 2 - 5 April 2015 kemarin, saya mendapat tugas menjadi pengawas luar untuk kegiatan LUN (Latihan Ujian Nasional) tingkat kota Surakarta. Saya ditempatkan di sebuah sekolah swasta berbasis agama Kristen di timur kota Surakarta. Selama bertugas disana, ada beberapa hal positif yang menarik perhatian saya, dua diantaranya akan saya bahas di tulisan berikut.

Yang pertama mengenai doa di awal dan akhir pertemuan kelas. Kalau disana salah seorang siswa maju untuk memimpin/membacakan doa sementara siswa yang lain mendengarkan dan menundukkan kepala mengaminkan doa tersebut. Kesan yang saya tangkap adalah kegiatan doa tersebut menjadi lebih terkesan khusyuk. Berbeda dengan sekolah kami, dimana doa dibaca bersama-sama, sehingga terkesan hingar bingar, belum lagi kalau ada siswa yang tidak fokus dengan doa (ada yang masih ribet mempersiapkan peralatan belajar atau malah mengoda temannya yang tengah berdoa).

Awalnya saya berpikir, itu hanya masalah adab (tata cara) dalam berdoa, dalam agama Kristen adab berdoa dengan dipimpin oleh satu orang, sementara dalam agama Islam tidak ada adab seperti itu. Akan tetapi saat sharing dengan teman guru yang di tugaskan di sekolah lain ternyata beliau juga merasakan hal yang sama. Beliau di tugaskan di sekolah swasta berbasis agama Islam, saat awal dan akhir pertemuan belajar doa dipimpin oleh satu orang, bedanya kalau di sana doa dipimpin oleh salah seorang guru dari ruang guru yang disiarkan lewat pengeras suara ke masing-masing kelas.

Hal yang kedua adalah setiap pagi sebelum pembelajaran dimulai ada meeting (pertemuan) pagi staff sekolah dan guru yang mengajar hari itu. Pertemuan pagi tidak berlangsung lama,hanya sekitar 5 menitan yang kemudian ditutup dengan doa bersama (hal tersebut mengingatkan saya saat pernah mengalami jadi sales). Dari pengamatan saya kegiatan meeting pagi pada bidang kerja apapun baik itu sales ataupun sekolahan fungsinya sama, yaitu sebagai mood booster, penambah semangat sebelum beraktifitas. Tidak bisa dipungkiri, kerja di bidang pendidikan pun butuh tenaga dan pikiran yang lebih, tak jarang pula guru merasa nglokro (lemas/males) saat mau masuk ke kelas tertentu, mungkin karena ada siswa yang bandel di kelas tersebut, mugkin guru yang bersangkutan ada masalah saat itu, atau kemungkinan-kemungkinan lainnya. Dengan adanya meeting pagi ditambah doa bersama sebelum beraktifitas bisa menjadi penguatan, penambah semangat agar guru lebih siap dalam menghadapi segala macam tantangan hari tersebut.

Ada yang berargumen bahwa doa merupakan kebutuhan pribadi, tiap orang bisa dipastikan selalu berdoa sebelum melakukan kegiatan sehari-harinya, sesuatu hal yang sifatnya otomatis. Namun demikian dua sederhana diatas,menurut saya dampaknya positif, baik bagi siswa maupun bagi guru yang mengajar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites