Sekolah

Cerita-cerita yang terjadi di sekolah

Cerita Sehari-Hari

Hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari

Internet

Segala sesuatu yang berhubungan dengan internet dan blogging

Jamban Blogger

Jamban Blogger

Tulisan Jaw merupakan anggota dari Jamban Blogger

Monday 31 August 2015

Pengalaman Memakai Kartu BPJS

Sudah kurang lebih 6 bulan saya menjadi peserta BPJS Kesehatan, dan selama itu pula saya jarang menggunakan kartu BPJS, hanya 2 kali dan itupun karena sudah tidak tahan dengan batuk + saat itu kerjaan lagi banyak jadi sangat terganggu dengan adanya batuk.

Dan baru sekarang saya menggunakan kartu BPJS Kesehatan saya. Ceritanya 2 minggu lalu mata saya kecolok label harga kacamata. Berhubung kejadiannya malam hari, saya berpikir besok pagi saja saya ke Faskes 1 minta rujukan ke dokter mata. Tapi apa daya menjelang tengah malam saya tidak tahan dengan risih, perih rasa mengganjal yang ada di mata. Sangat tidak nyaman, mau di kucek ntar yang ada malah semakin parah.

Akhirnya saya membangunkan saudara saya dan minta diantar ke UGD RS dr. Oen Solo Baru. Sampai disana langsung ditangani dengan baik. Selama saya ditangani saudara saya mengurus administrasi hanya diminta pinjam kartu BPJS dan KTP untuk mengisi formulir. Tak sampai 30 menit semuanya selesai, diberi obat jalan + pesan kalau tidak kunjung sembuh atau pandangan membayang disuruh minta rujukan ke Faskes 1.

Hari ketiga, mata saya mulai membaik, untuk jaga-jaga saya meminta surat rujukan ke Faskes 1 saya, prosesnnya sih cepat, saya menyerahkan kartu BPJS mengisi semacam absensi, menyebutkan dokter/ poli rujukan (saya memilih poli mata RS dr Oen Solo Baru karena dekat dengan rumah), sekitar 5 menit proses selesai. Surat rujukan berlaku 30 hari. Yang lama nunggu dokternya.

Entah karena infeksi debu dan asap, atau karena sering kelupaan memakai tetes mata, sekitar 3 hari kebelakang mata saya yang sakit terasa pedih, banyak keluar air mata dan tahi mata, puncaknya kemarin malam kemarin mata saya kerasa mengganjal terasa seperti kejadian terdahulu. Akhirnya hari ini saya putuskan untuk periksa ke poli mata.

Berhubung pengalaman pertama, sempat nyasar ke penerimaan pasien poli khusus. Oleh petugas saya diarahkan mendaftar di penerimaan pasien utama. Saya mendapatkan nomor urut 188 dengan antrian 10 orang. Yang saya lihat ada loket khusus pasien BPJS dan loket khusus umum. Keduanya berjalan lancar. Sekitar 30 menit saya menunggu akhirnya tiba giliran saya. Saya hanya disuruh menyerahlan berkas berupa fotokopi kartu BPJS dan surat rujukan masing-masing 2 lembar beserta surat rujukan asli. Berhubung saya pernah dirawat disana prosesnya lebih cepat lagi, sekitar 5 menit saya sudah diarahkan ke ruang poli mata. Berkas dan segala macam dibawa oleh petugas sehingga saya merasa tidak repot membawa berkas kesana kemari.

Tak lama saya kembali menggantri, kali ini cukup lama karena banyak pasien yang antri lebih pagi daripada saya. Saat saya dipanggil masuk ke dalam sempat dimarahi dokter karena kecerobohan saya yang lalai dan lupa menggunakan obat tetes mata.

"Cepat lambatnya kamu sembuh tergantung kamu, kalau kamu suka lupa pakai obatnya ya jangan marah kalau nggak sembuh-sembuh."

Dan saya cuma bisa meringis. Saya kemudian disuruh keluar dan menunggu resep. Tak berapa lama saya dipanggil dan diberitahu obat yang harus saya ambil di bagian farmasi. Saya dibekali setumpuk berkas yang harus saya serahkan ke bagian farmasi dan selembar surat kontrol untuk dibawa pulang.

Di bagian farmasi kembali saya harus antri, dan kali ini jauh lebih lama daripada bagian lain karena farmasi melayani seluruh rumah sakit, pasien rawat inap dan rawat jalan. Rasanya hampir dua jam saya menunggu, terkantuk-kantuk. Saat tengah saya asyik dengan kantuk saya, seorang bapak di sebelah ngobrol dengan temannya dengan nada ketus.

"Ini nggak manusiawi namanya, udah nunggu satu jam lebih nggak juga dipanggil-panggil."

Diteruskan dengan gerutuan bahwa bagian farmasi banyak duitnya, panas karena tak ber ac (ruang tunggu farmasi ada taman terbuka jadi otomatis nggak mungkin dipasang ac) sampai membanding-bandingkan dengan rumah sakit lain.

Saya tidak tahu penyakit si bapak (atau keluarganya) atau permasalahan yang dia hadapi. Menunggu memang membosankan, terlebih kalau menunggunya lama. Tapi saya amati Rumah Sakit memperlakukan semua pasiennya dengan sama, tidak ada diskriminasi, pasien VIP/kelas 1 yang membayar didahulukan dibandingkan pasien di bawahnya. Antrian awal yang di dahulukan, dan itu sudah cukup bagi saya.

Saya males menanggapi/nimbrung ngedumelan si bapak. Dan kalau mau menyadari serta memaklumi pekerjaan bagian farmasi dituntut ketelitian tinggi, tidak boleh salah obat karena bisa berakibat fatal, sehingga butuh waktu untuk mempersiapkan obat. Setelah menunggu akhirnya nomor urut saya dipanggil. Saat di depan loket petugas memastikan nama pasien dan menjelaskan secara detail obat yang diberikan dan aturan pemakaian obat. Sama seperti guru SD memberi penjelasan kepada murid-muridnya. Setelah itu semuanya selesai, tidak perlu membayar di kasir maupun mengurusi berkas-berkas lagi.

Bagi saya pengalaman ini membuktikan bahwa adanya BPJS tidak merepotkan justru membantu pasien meringankan beban baik secara ekonomi maupun teknis administrasi Rumah Sakit/ Klinik. Seperti yang dikatakan mbak Ria Irawan, yang harus kita miliki adalah kesabaran mengantri, karena yang sakit banyak.

Thursday 6 August 2015

Kejutan Kecil Dari Anak-Anak

Pengelola perpustakaan swkolah hanya ada satu orang, sehingga segala sesuatunya biasa dikerjakan sendiri. Dari pengelolaan buku, sampai ke hal kecil seperti membersihkan perpustakaan (menyapu, mengelap meja dan rak) sampai membuang sampah di keranjang sampah.

Sebenarnya ada petugas yang bertanggungjawab akan kebersihan, bahkan waktu rapat kepala sekolah sendiri sudah menugaskan secara langsung petugas tersebut untuk membantu kebersihan perpustakaan, tapi ya gitu deh....

Untuk pembuangan sampah dulu-dulu sempat ada yang bantuin, tapi sampahnya dibuang tempat sampahnya nggak kembali ke tempatnya, saya harus nyari keluar. Saking jengkelnya akhirnya saya tali pake rafia (di cencang kalau bahasa Jawanya). Sekarang karena perpustakaan di kunci dan (sementara) hanya saya yang memegang kunci. Untuk duplikat kunci sebenarnya saya sudah bilang kalau membutuhkan duplikat silahkan kunci yang ada di saya dipinjam dulu. Karena petugas yang bersangkutan lebih punya waktu longgar untuk keluar dari lingkup sekolah pas jam kerja, sedangkan saya masih ada beberapa pekerjaan yang belum kelar-kelar. Tapi ya gitu deh... Entah apa pertimbangannya sampai sekarang belum di duplikat juga.

Untuk kebersihan perpustakaan sekolah, saya akali dengan minta tolong ke anak-anak. Baik yang suka berkunjung ke perpustakaan, yang kena sanksi/ hukuman bersih-bersih, ataupun yang bertugas piket di UKS (karena sekarang perpustakaan dan UKS berada dalam satu ruangan yang sama). Kadang ada anak-anak yang nggrundel kalau saya mintai tolong, tapi toh akhirnya dikerjakan juga.

Hal lain yang harus dikerjakan sendiri adalah pemeliharaan mebeuler. Meja dan kursi yang dipakai di perpustakaan adalah meja dan kursi berkaki besi berlubang, dan walaupun sudah berkali-kali saya sampaikan agar berhati-hati namun ada saja kursi yang rusak/patah kakinya (entah bagaimana anak-anak duduk). Kalau sebulan ada 1-2 kursi yang rusak, dalam jangka waktu satu tahun habislah kursi yang ada di perpus. Hal tersebut sudah saya laporkan ke petugas, namun tanggapannya hanya di iyakan saja. Terakhir saya laporan, saya disuruh untuk menempatkan kursi2 yang rusak tersebut di gudang (bukannya seharusnya dia yang melakukannya ya? Oh well... yasudahlah toh kursinya ringan saya kuat buat angkat-angkat).

Ditengah kerepotan dan keribetan segala macem hal yang ada di perpustakaan, ada saat-saat yang bagi saya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Terutama saat jam istirahat atau pulang sekolah. Tangan saya masih sibuk dengan kerjaan sementara mulut saya harus melayani anak-anak yang bertanya, meminta buku paket/LKS atau meminjam buku. Ada saja anak yang bertanya 

"Ada yang bisa dibantu pak?"


Sumpah saya merasa kayak minum es saat siang hari panas terik. Suatu hal yang sederhana namun sangat berarti. Bersyukur di tengah banyak anak-anak yang ndableg, susah di nasehati, di beritahu, masih ada banyak yang sopan, banyak yang baik. Semoga mereka bisa selamanya menjaga hal-hal baik yang mereka miliki

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites