Sekolah

Cerita-cerita yang terjadi di sekolah

Cerita Sehari-Hari

Hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari

Internet

Segala sesuatu yang berhubungan dengan internet dan blogging

Jamban Blogger

Jamban Blogger

Tulisan Jaw merupakan anggota dari Jamban Blogger

Thursday, 30 May 2013

Dua Cerita

Pagi kemarin seorang wali siswa kelas 8 datang ke sekolahan, beliau meminta bantuan wali kelas untuk memotivasi anaknya, yang sudah beberapa hari ini mogok tidak mau sekolah. Menurut beliau orang tua sudah mencoba sekuat tenaga untuk memotivasi anaknya tersebut agar mau sekolah, namun apa daya si anak tetap bergeming dan tidak mau sekolah. Beliau berharap jika wali kelas yang memberi dorongan/ memotivasi si anak akan lebih bisa menerima dan mau kembali ke sekolah.

Informasi dari wali kelas dan juga pengamatan saya sendiri, selama ini si anak tidak ada masalah selama di sekolah. Memang ada saat-saat dimana sesama mereka saling ejek satu sama lain, tapi sepanjang pengamatan kami ejekan-ejekan mereka masih dalam taraf yang wajar (masih di bawah "humor" yang di lontarkan di acara tv tiap sore menjelang malam itu). Sementara dari orang tua menyatakan bahwa si anak tidak ada masalah di rumah. Cuman memang si anak orangnya pendiam dan tertutup. Wali kelas menyatakan akan datang ke rumah sebelum hari Senin besok untuk memotivasi si anak bersangkutan.

Entah kebetulan atau tidak, sore harinya, saya menonton acara Hitam Putih di Trans7 dan salah satu bintang tamunya adalah seorang anak berumur 8 tahun yang bernama Ratna Setianingsih. Apa yang "hebat" dari seorang Ratna Setianingsih ini? Ternyata di umur yang masih sangat muda tersebut dia masih harus bekerja untuk menghidupi keluarganya, karena  ayahnya sudah meninggal sedangkan ibunya bekerja di luar kota dengan penghasilan yang jauh dari pas-pasan (nenek dari si Ratna yang juga hadir disitu menyatakan bahwa si ibu mengirim uang setiap 3 bulan sekali sebesar Rp 150.000,- seratus lima puluh ribu untuk 3 bulan? Sangat jauh dari kurang). Dan satu hal yang saya salut walaupun si Ratna harus bekerja menghidupi nenek dan adiknya dia masih bersemangat untuk bersekolah. Tiap pagi dia berangkat sekolah dan sepulang sekolah dia baru berjualan makanan yang telah disiapkan neneknya.

Bandingkan dua cerita di atas, yang pertama si anak tercukupi kebutuhannya oleh kedua orang tua, walaupun mungkin tidak sebanyak yang dia inginkan, namun dia tidak harus bekerja membanting tulang untuk bisa makan sehari-hari. Orang tuanya masih lengkap dan bertanggungjawab atas semua kebutuhan keluarganya. Yang harus dia lakukan hanyalah belajar dan bersekolah dengan baik, yang pada akhirnya si anak sendiri yang akan mendapatkan keuntungan dari bersekolah. 

Cerita diatas bukanlah satu-satunya, beberapa kali kami menemui anak-anak yang merasa malas untuk bersekolah, dengan berbagai macam alasan. Beberapa diantaranya bisa di motivasi untuk tetap bersekolah, beberapa diantaranya tidak mau lagi melanjutkan sekolah dengan alasan malas.

Umur SMP, pengetahuan masih sangat kurang, ketrampilan juga masih belum cukup. Jika tidak melanjutkan sekolah, mau langsung terjun bekerja. Pekerjaan apa yang bisa menampung mereka? Kecuali pekerjaan kasar seperti buruh yang tidak mempunyai masa depan yang cerah? 

Tidak kah mereka punya keinginan untuk mempunyai kehidupan yang baik? Menjadi kaya dan meraih kesuksesan? Dan semuanya itu bisa diraih dengan pendidikan dasar yang baik. Paling tidak bersekolah sampai dengan lulus setingkat SMA/SMK dan jika lulus SMA/SMK mau langsung bekerja pilihan pekerjaan lebih banyak daripada lulusan SD atau SMP dan jika suatu saat mereka hendak bersekolah lagi di jenjang lebih tinggi (kuliah) akan lebih mudah.

Tuesday, 28 May 2013

Pendidikan Seksual Untuk Remaja


Selama beberapa tahun ini wacana mengenai pendidikan seks di sekolah menuai pro dan kontra, bahkan tidak sedikit yang salah paham mengenai hal ini. Untuk memahami lebih lanjut, ada baiknya kita kupas satu per satu mengenai pendidikan seksual.

Banyak terjadi orang-orang yang menentang pendidikan seks untuk remaja karena menganggap bahwa pendidikan seks berarti mendidik atau mengajarkan anak/ remaja bagaimana melakukan hubungan seksual. Oleh karena itu dari awal harus di luruskan mengenai pengertian pendidikan seks itu sendiri. Ada tiga pengertian pendidikan seks yang bisa kita jadikan acuan untuk memahami mengenai pendidikan seksual itu sendiri.

Pendidikan seks adalah salah satu bentuk pengenalan fungsi seks dan organ-organ seksual untuk menjamin kesehatan dan fungsi seks yang normal (psychologymania.com)
Pendidikan seks (sex education) adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar. Informasi itu meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan.

Pengertian yang lainnya Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu pengetahuan yang kita ajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Ini mencakup mulai dari pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau wanita). Bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi basah dan sebagainya, sampai kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon. Termasuk nantinya masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya. (belajarpsikologi.com)

Dari ketiga pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan seks bukan melulu mengajarkan mengenai bagaimana cara berhubungan seksual. Pendidiakn seksual mengajarkan remaja mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan seksualitas secara baik dan benar. Seksualitas disini meliputi perkembangan seksual sekunder pada remaja (mimpi basah pada pria dan menstruasi pada wanita), perubahan hormon seksual, fungsi alat kelamin, dan juga mengenai penyakit-penyakit seksual.

Beberapa bagian dari pendidikan seksual sudah diajarkan di mata pelajaran lain, seperti misalnya dalam biologi diajarkan mengenai hormon seksual pada pria dan wanita, produksi sperma pada pria dan sel telur pada wanita, dan juga mengenai mimpi basah serta menstruasi. Selain itu mata pelajaran agama juga mengajarkan bahwa hubungan seksual hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami istri.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, kalau dalam mata pelajaran lain sudah ada pembahasan mengenai hal-hal tersebut diatas, masih perlu kah ada pendidikan seksual yang diberikan secara khusus kepada remaja?

Jawabannya adalah perlu, dengan argumentasi pembahasan mengenai seksualitas pada mata pelajaran tersebut hanya bersifat umum dan sekilas, seperti yang kita tahu mata pelajaran biologi tidak hanya membahas mengenai reproduksi saja tapi masih banyak hal yang lainnya. Oleh karena itu diperlukan adanya pendidikan seksual yang membahas mengenai seksual secara mendalam dan benar serta terarah. Pendidikan seksual bisa dimasukkan kedalam Bimbingan Konseling ataupun muatan lokal. Sedangkan untuk kurikulumnya bisa disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di masyarakat sekitar, sebagai contoh kurikulum untuk sekolah yang berada di kota besar yang banyak terjadi kehamilan di luar nikah, praktek aborsi tentu saja berbeda dengan sekolah yang berada di kota kecil yang tingkat kehamilan di luar nikah dan aborsinya mendekati nol.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa pendidikan seksual merupakan tanggung jawab dari orang tua, mereka lah yang seharusnya mengajarkan seksualitas kepada anak-anaknya. Hal tersebut ada benarnya, namun berapa persen orang tua yang mampu mengajarkan/ men transfer ilmu mengenai seksualitas kepada anaknya secara baik dan benar? Bahkan tidak jarang orang tua yang merasa tabu membicarakan mengenai seksualitas kepada anak-anaknya. Kasus lain ada juga remaja yang merasa kurang nyaman untuk membicarakan mengenai seksualitas dengan orang tuanya. Sebagai contoh mengenai menstruasi ataupun mimpi basah.

Penutup, permasalahan seksualitas terjadi dimana-mana, bukan hanya monopoli kota-kota besar saja, oleh karena itu remaja perlu dibekali dengan pengetahuan yang tepat, benar dan terarah mengenai seksualitas, oleh karena itu dibutuhkan adanya pendidikan seksual untuk mereka. 

sumber gambar: memecrunch

Wednesday, 22 May 2013

3 Cerita Tentang Membolos

Dari jaman saya masih sekolah, sampai sekarang menjadi guru, selalu saja ketemu dengan mereka yang membolos, baik membolos dari jam pertama, ataupun membolos pada jam-jam tertentu (colut kalau bahasa anak-anak). Ada banyak alasan kenapa seorang anak membolos, berikut 3 cerita mengenai hal ini.

Cerita Pertama

Seorang anak, katakanlah namanya Fulan, sudah seminggu tidak masuk kelas tanpa ada ijin, saya tanya ke anak-anak ada tidak yang rumahnya deket, kalau ada tolong untuk di tengok. Selang sehari kemudian saya tanya lagi ke anak-anak (si Fulan masih blom masuk), katanya si Fulan udah nggak mau sekolah lagi katanya ada temennya yang tidak suka padanya (namanya si Panjul). Siang harinya saya bersama wali kelas dan anak-anak (termasuk si Panjul) datang ke rumah si Fulan, menanyakan kabar dan kejelasan permasalahan yang terjadi. Setelah ngomong panjang dan lebar akhirnya terungkap gara-garanya anak-anak klo becanda suka keterlaluan, terutama si Panjul ini, sementara si Fulan perasaannya halus bak tepung terigu (halah). Setelah mengetahui duduk perkara dan diberi penjelasan kepada si Fulan bahwa si Panjul dan teman-temannya hanya bercanda dan juga si Panjul minta maaf serta menjelaskan kepada semuanya agar kalau becanda jangan keterlaluan dan lihat-lihat yang diajak becanda siapa karena perasaan orang berbeda-beda. Keesokan harinya si Fulan sudah masuk lagi dan sampai sekarang masuk terus hampir tidak pernah membolos.

Cerita Kedua

Suatu pagi seorang ibu wali dari seorang murid datang ke kantor, beliau bercerita mengenai anaknya yang sudah seminggu ini tidak masuk sekolah, beberapa kali berangkat dari rumah namun tidak sampai ke sekolahan, dan pulangnya lebih pagi dari jam biasanya. Setelah di korek sama ibunya, si anak (sebut saja namanya Paijo) tidak masuk sekolah karena menghilangkan pancing milik Panjul yang dititipkan kepadanya. 

Si ibu berkata 
"Mohon bantuannya agar diungkap permasalahan sebenarnya. Jika hanya masalah pancing orang tua bersedia untuk mengganti." 

Si ibu kemudian menambahkan:
"Nanti siang sebelum pulang saya datang kesini lagi."

Sewaktu istirahat si Paijo saya panggil, awalnya susah untuk mengorek informasi dari anak ini, tapi setelah di pancing-pancing, saya sebutkan pula apa yang tadi disampaikan oleh si ibu, akhirnya keluar juga pengakuan dari si Paijo.

"Iya pak, saya menghilangkan pancing yang di titipkan Paijo."

"Kenapa nggak bilang ke orang tua? Tadi ibu bilang katanya bersedia untuk mengganti jika memang permasalahannya seperti itu." Kata saya.

"Saya takut dimarahi pak." Kata si Paijo lagi.

"Lah? Wajar lah kalau orang tua memarahi kita karena kita berbuat salah, itu sebagai bentuk perhatian orang tua terhadap anak-anaknya." 

Paijo cuman terdiam.

"Emang kalau orang tua marah gimana? Sampai di pukul? Di hajar?"

"Enggak pak, paling juga di cubit." Kata si Paijo.

Siang harinya ketika si ibu datang, saya panggil Paijo dan Panjul untuk mengklarifikasi dan menyelesaikan semuanya.

Dan ketika si Panjul ditanya, memang benar demikian adanya. Bahwa dia titip pancing ke Paijo dan ternyata pancingnya dihilangkan oleh Paijo.

Setelah jelas permasalahannya si ibu bertanya.

"Lha sekarang gimana? Kamu minta ganti?"

"Nggak usah budhe, saya ikhlaskan saja." Kata si Panjul.

Masalah selesai, saatnya untuk "menceramahi" si Paijo untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dan bukannya menghindarinya. Dan alhamdulillah sekarang si anak sudah tidak membolos lagi, hubungan antara Paijo dan Panjul pun juga tetap baik.

Cerita Ketiga

Yang terakhir ini belum lama terjadi. Hari Kamis pas jam wali dan jam BK, saya sudah mewanti-wanti anak-anak agar memperhatikan absensi, jangan sampai membolos baik untuk jam pelajaran ataupun ekstra kurikuler. 

"Kalau sampai ada yang membolos lagi, nanti saya uyel-uyel"

"Uyel-uyel itu apa pak?" Tanya seorang anak.

"Di ulek, jadiin sambel terasi." *yakali*

Lha koq malah hari Sabtunya 6 orang anak membolos (colut) tidak mengikuti kegiatan pramuka. Gemes kan? Ke enam anak ini sudah berkali-kali colut dari beberapa kegiatan sekolah dan sudah diberi pembinaan beberapa kali pula. Konsultasi dengan wakasis, sanksi-sanksi yang biasa sudah tidak mempan lagi ke mereka (kejadian ini sudah kesekian kalinya buat mereka), akhirnya saya mengusulkan satu sanksi kepada wakasis.

"Tapi nanti kalau orang tua protes gimana pak?" Tanya wakasis.

"Kita kan nggak melakukan fisik bu?" Jawab saya.

"Yaudah klo gitu, nanti kalau ada orang tua yang protes bisa kita jawab."

Hari Seninnya anak-anak saya panggil. Kemudian saya tanya satu-satu

"Kenapa Sabtu kalian nggak ikut Pramuka?" Dengan tampang lempeng, selempeng-lempengnya. 

"Habis sekalinya ikut pramuka dihukum pak." Jawab si A yang diiyakan oleh temen-temennya yang lain.

"Kalian di hukum karena apa?" Tanya saya

Ada yang menjawab karena tidak membawa hasduk, ada yang karena rame, dsb, dsb, dsb.

"Nah kan... Kalian nggak mungkin dihukum kalau tidak ada sebabnya."

Anak-anak terdiam.

"Trus kalian dihukum apaan?"

"Di suruh baris-berbaris pak." Jawab mereka

"Itu kan latihan buat kalian."

"Tapi kan panas pak.." Protes seorang anak.

"Oke... Sanksi buat kalian...."

Ambil jeda sejenak

"Ngepel pak?" Kata seorang anak

"Nggak, kalian ngepel juga nggak bersih, ntar yang ada kalian main-main air mulu." 

"OK... Sanksi buat kalian semua...." *jreng jreng jreng...*

"Di gundul."

"Yah... Koq di gundul pak?" Kata seorang anak."

"Nge pel aja ya pak." Kata yang lainnya.

"Nggak." jawab saya.

"Lari aja pak." Kata yang lainnya

"Push up aja pak." Kata yang lainnya lagi.

"Nggak, kalian diberi sanksi seperti itu juga nggak bakalan kapok-kapok." Saya jawab.

"Yah... pak guru koq nggak kasihan tho pak?" Kata yang lainnya lagi dengan muka memelas.

"Lha? kalian nggak kasihan sama saya, udah dibilangin baik-baik, tapi kalian masih bandel juga. Baru aja Kamis kemarin." Kata saya dengan nada datar

Anak-anak cuman terdiam.

Sampai sekarang tidak ada orang tua yang protes, bahkan kemarin orang tua dari salah satu siswa yang digundul datang ke sekolah mengutarakan rasa senang dengan apa yang dilakukan sekolahan, dan berharap anaknya sudah kapok. Dan menurut pengamatan, ada perubahan sikap dari anak-anak tersebut.

Kesimpulan:
Untuk menangani anak seorang guru/orang tua harus bersikap fleksibel, kadang kalem, lemah lembut, namun terkadang juga harus tegas dan galak, sesuai dengan karakteristik dan tingkat kesalahan anak namun tetap pada koridor yang ada. 

Saturday, 18 May 2013

Nonton Film Bareng Anak-Anak

Kegiatan nonton film bareng anak-anak sudah saya lakukan sejak masih di sekolah lama. Biasanya saya adakan sebulan atau dua bulan sekali. Tujuan dari kegiatan nonton bareng ini adalah untuk penyegaran bagi anak-anak biar tidak terlalu tertekan dalam belajar di sekolah.

Selain itu juga bisa menjadi sarana pembelajaran bagi anak-anak. Dan hal ini bisa menjadi suatu hal yang susah-susah gampang untuk dilakukan, mencari judul film yang sifatnya mendidik namun menghibur sekaligus. Anak laki-laki biasanya minta film action, perang, sementara kalau anak perempuan lebih beragam dari yang mulai komedi romantis, horor, dll.

Beberapa kali terjadi film udah di pilih oleh anak-anak dan sudah di puter setengah jalan, ada saja yang protes minta ganti judul lah, filmnya dipercepat, dll, dll.

Masing-masing punya tuntutan mereka sendiri. Tapi saya tekankan karena sudah kesepakatan bersama, mayoritas memilih judul tersebut maka semuanya harus mengikuti. Hal ini saya maksudkan sebagai pembelajaran bagi mereka untuk bermufakat, menghormati kesepakatan bersama dan tidak bersifat egois (lama-lama saya bisa hapal anak-anak yang suka protes biasanya ya anak yang itu-itu saja di tiap kelasnya).

Selesai nonton bareng biasanya saya beri penekanan moral dari film yang sebelumnya kami tonton bersama, agar anak-anak bisa memetik hikmah. Selain sebagai sarana refreshing, kegiatan nonton bareng juga bisa saya jadikan iming-iming. Kegiatan nonton bareng akan dilakukan jika anak-anak berperilaku baik, tidak ada permasalahan di kelas.

Dari berbagai macam film yang sudah pernah di tonton ada beberapa film yang banyak disukai anak-anak (paling tidak, tidak banyak yang protes sewaktu film tersebut di puter)  film tersebut antara lain Spirited Away, My Neighbor Totoro dan Howl's Moving Castle

Padahal kedua film tersebut masih menggunakan bahasa Jepang dan tidak ada subtitle nya. Entah kenapa anak-anak "tersihir" sewaktu menonton film-film tersebut.

Catatan: Foto diambil dr internet.

Tuesday, 14 May 2013

Asisten Perpustakaan


Ternyata... Saya bukanlah superman (yaiyalah) banyak kekurangan dan ketidakbisaan (halah...).

Jadi ceritanya di sekolahan selain sebagai guru BK, saya juga diserahi untuk mengurusi perpustakaan, dan ternyata untuk mengelola perpustakaan secara profesional sebagaimana seharusnya tidaklah semudah yang dibayangkan, ada banyak hal yang harus dilakukan dan diperhatikan.

Dengan tugas sebagai BK yang sering kali mendadak harus menangani anak, terkadang salah satu tugas menjadi keteteran (biasanya sih tugas untuk mengurusi perpustakaan). Setelah menimbang, memikirkan dan menawar (lah...), akhirnya saya memutuskan untuk mengambil asisten perpustakaan.

Beberapa siswi yang sering meminjam buku di perpustakaan saya tawari untuk menjadi asisten perpustakaan. Dari awalnya satu orang, sekarang ada 3 orang asisten perpustakaan. Tugas yang saya berikan dari mulai menjaga kerapian buku, menegur dan menjewer peminjam yang tidak tertib sampai dengan membantu saya dalam administrasi perpus (menyusun inventaris buku dan menuliskan kartu kendali) serta shelving bulanan.

Satu hal yang membuat saya senang, anak-anak antusias menjadi asisten perpustakaan, setiap pagi selalu saja bertanya, "Pak ada tugas hari ini nggak?"

Semoga saja antusiasme mereka berjalan terus :)

Monday, 13 May 2013

Kontes Menulis: Sharing Menangani Permasalahan Peserta Didik


Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Untuk pertama kalinya saya mengadakan event giveaway untuk para pembaca saya. Event ini terkhusus untuk yang berprofesi sebagai guru.

Sebagai seorang guru tentu saja sering dan selalu menghadapi siswa/ peserta didik dengan berbagai macam karakter dan pasti ada berbagai macam permasalahan yang dihadapi pula. 

Kontes yang saya adakan kali ini berkenaan dengan hal tersebut. Tuliskan pengalaman anda dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi peserta didik anda. Permasalahan bisa berupa permasalahan yang berkenaan dengan akademis (kesulitan membaca, berhitung, dll) maupun permasalahan non akademis (membolos, tidak mengikuti pelajaran, tidur di kelas, ramai di kelas, dll).


PERSYARATAN
  1. Peserta adalah WNI yang berprofesi sebagai guru SD, SMP ataupun SMA, bisa guru mapel, guru kelas, ataupun konselor sekolah (Guru BP/BK) dan berdomisili di Indonesia.
  2. Peserta menuliskan pengalaman menangani permasalahan di blog baik yang berbayar maupun gratis (blogspot, wordpress, tumblr, dll). Untuk tulisan yang di posting di note FB harus dibuat terbuka, bisa dibaca semua orang.
  3. Peserta mendaftarkan judul dan link tulisan pada kolom komentar di postingan ini atau mention kepada @Jaw_Ari dengan format JUDUL [spasi] LINK [spasi] @Jaw_Ari [spasi] #SMPPD.
  4. Tulisan merupakan pengalaman pribadi dalam menangani permasalahan peserta didik.
  5. Postingan harus berisi: a) keterangan mengenai peserta (guru mapel/wali kelas/guru BK), b) permasalahan siswa, c) Penanganan permasalan siswa, d) hasil akhir.
  6. Peserta bisa mendaftarkan lebih dari satu postingan dengan permasalahan yang berbeda.
  7. Hadiah berupa 1 ekspemplar buku berjudul "Sarinah, Kewadjiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia" Karangan Ir. Soekarno terbitan tahun 1963 (seperti pada gambar) dan 1 eksemplar buku "Totto Chan: Gadis Cilik di Jendela" karangan Tetsuko Kurosagi masing-masing untuk satu orang pemenang.
  8. Kriteria penilaian: orisinalitas tulisan, isi dan kelengkapan persyaratan.
  9. Tenggat waktu pendaftaran tulisan tanggal 30 Juni 2013.
  10. Pertanyaan bisa diajukan melalui kolom komentar di bawah atau mention ke @Jaw_Ari
  11. Pengumuman pemenang melalui postingan blog dan twitter
  12. Keputusan juri tidak bisa diganggu gugat.
  13. Tambahan: Kontes ini juga terbuka untuk non guru yang mempunyai pengalaman dalam mengajar.
Selamat menulis :)

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

DAFTAR PESRTA

Saturday, 11 May 2013

Pemanggilan Orang Tua

Merupakan suatu hal yang wajar kalau orang tua dipanggil ke sekolah berkenaan dengan keadaan anak yang bersangkutan, namun demikian ada beberapa pendapat mengenai penting tidaknya pemanggilan orang tua ke sekolah.

Kepsek di sekolah lama misalnya, pernah suatu saat saya ditegur beliau karena menurut beliau saya terlalu sering melakukan pemanggilan orang tua ke sekolah, kalau tidak salah dalam seminggu ada dua atau tiga pemanggilan untuk orang tua yang berbeda dan kasus yang berbeda. Menurut beliau tidak sepantasnya kita "wadul" (mengadu) kepada orang tua, dan pemanggilan orang tua seakan-akan memperlihatkan kepada orang tua bahwa pihak sekolah tidak mampu dalam mendidik anak. Dan dari yang saya tangkap ada kesan bahwa "quota" pemanggilan orang tua adalah 1 - 2 per bulannya.

Berbeda dengan di sekolah sekarang, pemanggilan orang tua disesuaikan dengan permasalahan yang terjadi, jika memang dalam seminggu ada katakanlah 7 permasalahan yang membutuhkan pemanggilan orang tua, maka tidak masalah jika ada 7 pemanggilan orang tua. Namun jika permasalahan bisa diselesaikan tanpa perlu adanya pemanggilan orang tua, maka tidak perlu pula diadakan pemanggilan kepada orang tua siswa.

Hal pertama yang harus dipahami bersama tentang pemanggilan orang tua ke sekolah adalah bahwa pemanggilan orang tua tidak hanya bukan dimaksudkan untuk mengadukan permasalahan anak kepada orang tua. 

Beberapa hal yang dapat diungkap dari pemanggilan orang tua ke sekolah.

  1. Komitmen orang tua terhadap pendidikan anak, hal ini dapat kita lihat dari kehadiran orang tua, jika dia berkomitmen terhadap pendidikan anaknya maka dia akan hadir ketika dipanggil. Komitmen orang tua terhadap pendidikan anaknya juga bisa kita ketahui dari hasil obroanlan/wawancara dengan orang tua yang bersangkutan ketika diajukan pertanyaan yang berkenaan dengan pendidikan anak (seberapa sering dia mengingatkan anaknya untuk belajar, menemaninya belajar, dsb).
  2. Mengetahui pendidikan/nilai yang diajarkan orang tua di rumah. Hal ini sangat penting untuk pihak sekolah khusunya untuk memahami akar permasalahan dari siswa.
  3. Menyamakan pandangan dan arah pendidikan anak. Sebagai contoh peraturan sekolah melarang siswa untuk merokok, mengajarkan mereka sopan santun, namun kalau di rumah orang tua membebaskan anaknya untuk merokok dan tidak mengajarkan sopan santun kepada anaknya, maka bisa dipastikan pendidikan karakter yang diajarkan sekolah tidak akan bisa diterima oleh siswa.
Tujuan utama pendidikan adalah menjadikan anak lebih baik, memahami dan menguasai pengetahuan akademis, ketrampilan hidup dan juga nilai-nilai (yang biasa disebut sebagai pendidikan karakter, pendidikan akhlak), dan semua hal tersebut akan bisa tercapai jika ada kesatuan hati antara pihak sekolah dengan pihak keluarga.

Friday, 10 May 2013

Bukunya Dimana?

Seorang siswa masuk ke perpustakaan

*jlug ujlug ujlug...*

Kemudian bertanya

"Pak buku matematika ada dimana?"

"Ada di rak sebelah sana, yang ada tulisan Matematika nya." Jawab saya sambil menunjuk rak yang di maksud.

Si anak pun sibuk mencari-cari.

"Ndak ada pak..." katanya kemudian.

"Oh... Coba cari disini." kata saya sambil menunjuk tumpukan buku yang belum kelar ditempeli.

Si anak kembali mencari-cari.

"Ndak ada juga pak, buku tulis..."

Hah? Koq buku tulis? Kemudian saya ingat kemarin ada tugas mengerjakan matematika dan kerjaan anak-anak saya simpan.

"Ngobrol dong..."

Kata saya sambil menyerahkan buku tugas anak-anak.

Wednesday, 8 May 2013

Membuat Mind Map Bareng Anak-Anak


Hari Senin dan Selasa kemarin kepada anak-anak kelas 8A saya mencoba mengenalkan mind map untuk meringkas pelajaran. Mind map atau pemetaan pikiran merupakan sebuah metode untuk memasukkan informasi kedalam otak dan mengambil informasi tersebut kembali dari otak.

Mind map bisa diterapkan dalam berbagai bidang, dari mulai perencanaan sesuatu, mengorganisir sesuatu dan dalam bidang pendidikan (salah satunya) bisa digunakan untuk meringkas pelajaran.

Teori mengenai mind map serta cara membuatnya telah saya berikan hari Senin kemarin, dan hari Selasanya kita coba untuk praktek bersama.

Pertama-tama anak-anak mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan, yaitu kertas kosong dan pensil/spidol warna (bagi yang punya), langkah berikutnya mereka bebas menentukan pelajaran apa yang hendak mereka ringkas. Berhubung ini kali pertama mereka membuat mind map, maka saya meminta mereka untuk mengambil cukup 1 bab saja dari pelajaran yang hendak mereka ringkas dengan mind map.

Sambil mereka membuat mind map mereka, saya pun membuat mind map di papan tulis, mengambil dari mata pelajaran lain. Sehingga anak-anak bisa lebih memahami pembuatan mind map.

Prinsip utama mind map yaitu kebebasan dalam berkreatifitas saya terapkan betul-betul, berkali-kali saya sampaikan kepada anak-anak untuk jangan ragu dalam menggunakan warna, untuk menambahkan hiasan kepada mind map yang mereka buat, apapun gambar yang mereka suka bisa di tambahkan disitu, demikian juga dalam meringkas/menyingkat kalimat atau kata-kata.

Tidak saya duga ternyata semuanya berjalan lancar, sebagian besar anak sudah memahami apa yang harus mereka lakukan, hanya ada sedikit pertanyaan dari mereka yang sifatnya teknis.

"Boleh ndak dikasih gambar ini?" 

atau pertanyaan

"Gini bener nggak pak?"

Dan ketika waktu pelajaran habis banyak yang sudah menyelesaikan mind map ya masing-masing dan setelah saya lihat hasilnya bagus-bagus. Semoga saja mereka bisa menggunakan mind map sebagai alternatif dalam meringkas pelajaran ataupun dalam hal yang lainnya.

Saturday, 4 May 2013

A Visit From A Friend (Part I)

Bulan Januari kemarin saya mendapatkan surat dari sahabat saya Sandi yang salah satu isinya adalah keinginan dia untuk main ke Solo (surat balasan saya untuk Sandi bisa dibaca disini).

Setelah menghitung hari dan menentukan weton (beuh... nggak segitunya juga sik) akhirnya tanggal 22 Maret kemarin Sandi melakukan kunjungan balasan ke Solo (qiqiqi...) Sama seperti waktu saya ke Bandung dulu, Sandi naik kereta Lodaya pagi yang jadwalnya (harusnya) pukul 8 pagi udah berangkat, dan sampai di Solo pukul 4 sore, namun apa daya bukan PT KAI namanya kalau tidak molor. Kereta baru berangkat 10 lebih dan sampai di kota Solo pukul.... (jeng jeng jeng) 8 malam sodara-sodara...

Waduh... Bubar deh rencana saya, udah kepikiran ntar jam 4 Sandi sampai di Solo akan saya ajak muter-muter lihat-lihat keadaan Solo. Tapi yah... Tsudahlah apa mau di kata (sambil ngrutuki PT KAI qiqiqi...)

Kasihan Sandi nya juga sih, nunggu sekian lama, blom lagi perjalanan di kereta yang (amat) lama dan membosankan. #PukPuk Sandi yang lagi di jalan.

Pukul 4 sore saya sudah di Stasiun Balapan (dengan harapan kali-kali aja keretanya nggak telat-telat amat). Sempat lama nunggu di Stasiun, sampai petugas nya bosan saya tanyai 

"Lodaya pagi udah nyampai belum pak?"

Setiap kali ada pengumuman kereta yang masuk stasiun Balapan.

"Belum bapak..." Jawab si petugas stasiun (awalnya di sertai dengan senyum manis, tapi lama-lama si bapaknya cemberut juga :)))

Sempat pula main ke Solo Paragon buat menghabiskan waktu sambil menunggu, tapi yah... Emang sudah seharusnya keretanya nyampe pukul 8 malam.

Kurang lebih pukul 8 malam, kereta Lodaya memasuki stasiun Balapan. Stasiun Balapan tidaklah terlalu besar jika dibandingkan dengan stasiun kota Bandung, namun kurangnya petunjuk arah suka bikin bingung orang yang pertama kali masuk ke situ. Jadi saya agak-agak khawatir juga klo Sandi sampai nyasar (udah kayak emak2 deh suka khawatir :p)

Saya bentangkan spanduk selamat datang sepanjang 24 meter yang sudah saya buat (boong ding bukan 24 meter tapi 32 meter #blah)

Tak berapa lama muncul lah orang yang saya tunggu-tunggu, tengah tengak-tengok kiri kanan mencari jalan keluar. Saya pun kemudian heboh melambaikan tangan dan segala macam atribut yang bisa saya lambaikan, tak peduli sebelah yang langsung pingsan mencium aroma tubuh saya yang harumnya naudzubilah gegara belum mandi seharian.

Friday, 3 May 2013

Koq Tidak Upacara?

Istirahat pertama kemarin seorang anak masuk ke ruangan perpustakaan dengan muka di tekuk 14, kelihatan gelisah walaupun tidak basah

"Ada apa?" tanya saya kepada dia.

"Pak kenapa kita tidak upacara?"

"Emang ini hari apaan?"

"Hardiknas pak..." kata si anak dengan semangat

Diam sejenak, berpikir sebelum menjawab pertanyaannya

"Ya... Karena sekolahbkita swasta, jadi tidak upacara."

"Tapi temen saya di SMP XYZ Upacara, padahal swasta." kata si anak memberi argumentasi.

"Setiap sekolah punya kebijakan sendiri, lagian bukannya kalian malah senang nggak perlu panas-panasan?"

"Iya sih..." kata si anak sambil mecucu

"Tapi kan nggak pulang pagi." kata dia menambahkan.

Bwuahahaha... Saya ngakak mendengar jawaban dia, ternyata itu tho alasan sebenarnya.

Dan ternyata masih berlanjut protes dari si anak ini.

"Trus itu Pramuka pak."

"Kenapa dengan pramuka?" Tanya saya.

"Mbok pramuka itu jangan hari Sabtu." Katanya

"Trus hari apa coba?"

"Ya... Hari Jum'at gitu habis sholat Jum'at masuk sekolah lagi buat pramuka." katanya berapi-api.

"Lha? Bukannya enakan sekarang? Hari Jum'at kalian pulang jam 11 trus habis itu kalian bisa istirahat di rumah ndak perlu ke sekolah lagi?"

"Iya sih... Tapi kan..." katanya dengan wajah merajuk.

"Tapi kenapa?"

"Besok Sabtu kan ada konser rock pak, mulainya jam 1 siang."

Bwuahahaha.... Saya terlanjur ngakak mendengar alasan dia.

Thursday, 2 May 2013

Orang Yang Suka Mengeluh

Salah satu siswa saya perempuan, sebut saja namanya Inem mempunyai kebiasaan yang unik bin aneh, yaitu: Mengeluh.

Pagi-pagi biasanya si Inem ini suka nongkrong di depan atau di dalam perpus bersama teman-temannya, daaan... seperti layaknya sebuah hobby, setiap kali dia ngobrol sama temannya, pasti tidak lepas dari yang namanya keluhan.

"Bapak ku tuh ya, bla bla bla..."

Di lain kesempatan

"Ibu tuh ya, bla bla bla..."

Kalau enggak dia akan mengeluh mengenai guru atau pun pelajaran di sekolah

"Pak guru X itu ya, gini gini gini..."

"Wah pelajaran ini tuh susah banget, bla bla bla.."

OMG... Saya yang mendengarnya saja merasa "takjub". Anak SMP umur berapa sih? 15 -16 tahun? Tapi klo mendengar selalu saja ada yang bisa dia keluhkan setiap harinya. Rasanya koq hidup dia berat bener, ndak ada yang bisa dinikmati dari hidup dia.

Saya lihat dia berasal dari keluarga yang cukup secara ekonomi, tidak seperti Tasripin atau anak jalanan lain yang harus mengais rejeki untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Jadi, seberapa besar sih sebenarnya beban hidup dia? 

Umur masih muda, beban hidup juga tidak terlalu berat, tapi kenapa selalu dan selalu mengeluh atas segala sesuatu? 

Jujur saja saya nggak suka dan risi klo mendengar orang yang suka mengeluh dan beberapa waktu yang lalu sempat saya tegur.

"Kamu tuh ya, mbok sekali aja nggak mengeluh kenapa?"

Tapi dia menjawab

"Lha wong, nganu... nganu... nganu."

Katanya mencari alasan sambil ngedumel tidak jelas.

Kebayang dong klo masih semuda itu saja sudah banyak mengeluhnya, bagaimana besarnya nanti?

Padahal semakin bertambah usia seseorang, semakin dewasa seseorang maka semakin berat pula beban hidupnya. 

Kalau melanjutkan sekolah berarti nanti beban pelajaran juga akan semakin sulit, belum lagi beban sosial, beban ekonomi, beban psikologis dan yang lain-lainnya yang pasti akan dihadapi, mau tidak mau, suka tidak suka.

Inem, cobalah untuk menikmati hidup kamu, kurangilah keluhan-keluhan kamu. Dari pada mengeluhkan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan ataupun harapan kamu. Cobalah untuk mensyukuri hidup kamu.

Bersyukurlah bahwa hari ini masih diberi kehidupan, bersyukurlah masih diberi sehat, bersyukurlah masih bisa makan, bersyukurlah masih bisa bersekolah, dan hal-hal lain yang merupakan berkah Allah yang diberikan kepada mu, dan kamu akan melihat kehidupan jauh lebih menyenangkan daripada yang kamu rasakan sekarang.

Terus Pulang

Kemarin saya mengadakan "survey kecil-kecilan" terhadap anak-anak kelas 8 mengenai gambaran mereka akan cita-cita mereka dan bagaimana cara mereka meraihnya. Satu per satu mereka saya panggil dan saya wawancarai.

Ada yang sudah tahu cita-cita atau keinginan mereka, namun masih paham bagaimana cara meraihnya (contohnya ada yang bercita-cita jadi koki tapi masuk ke SMK jurusan mesin :|), ada juga yang menjawab "Pengen jadi orang sukses", untuk yang satu ini tetep saya kejar dengan pertanyaan "Sukses di bidang apa?", dan bila dia belum tahu juga, saya beri gambaran pekerjaan/cita-cita yang dimiliki oleh teman-temannya yang lain.

Demikian juga dengan siswa yang satu ini, sebut saja namanya Panjul. Begitu saya panggil, langsung saya tanya.

"Panjul nanti cita-citanya apa?"

"Pengen jadi orang sukses pak." Katanya sambil tersenyum.

"Sukses di bidang apa Njul?"

"Ya... Pokoknya orang yang sukses." kata dia kekeuh.

"Sukses jadi pengemis?" celetuk seorang temannya di belakang.

Si Panjul cuman tersenyum.

"Pengen jadi pemain bola pak." kata dia akhirnya

"Emang kamu bisa main bola?" Celetuk temennya yang lain.

"Bisa dong..." kata si Panjul nggak mau kalah.

"OK... Untuk jadi pemain bola, kamu harus bagaimana?" Tanya saya.

Si Panjul mikir sejenak

"Ikutan SSB pak." Katanya kemudian (setelah dibisiki temennya)

"Habis dari SSB kamu kemana?" Tanya saya lagi.

"Terus pulang pak..." Jawabnya lagi tetep sambil senyum sumringah

Bengong dong denger jawabnya si  Panjul ini, kemudian saya bertanya lagi

"Iya... Maksud saya setelah kamu dari SSB kamu akan kemana?" 

"Ya pulang lah pak... Mau kemana lagi?" Jawabnya dengan muka polos tanpa dosa.

Serentak seluruh kelas yang mendengar jawabannya ketawa ngakak.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites