Sekolah

Cerita-cerita yang terjadi di sekolah

Cerita Sehari-Hari

Hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari

Internet

Segala sesuatu yang berhubungan dengan internet dan blogging

Jamban Blogger

Jamban Blogger

Tulisan Jaw merupakan anggota dari Jamban Blogger

Monday, 31 August 2015

Pengalaman Memakai Kartu BPJS

Sudah kurang lebih 6 bulan saya menjadi peserta BPJS Kesehatan, dan selama itu pula saya jarang menggunakan kartu BPJS, hanya 2 kali dan itupun karena sudah tidak tahan dengan batuk + saat itu kerjaan lagi banyak jadi sangat terganggu dengan adanya batuk.

Dan baru sekarang saya menggunakan kartu BPJS Kesehatan saya. Ceritanya 2 minggu lalu mata saya kecolok label harga kacamata. Berhubung kejadiannya malam hari, saya berpikir besok pagi saja saya ke Faskes 1 minta rujukan ke dokter mata. Tapi apa daya menjelang tengah malam saya tidak tahan dengan risih, perih rasa mengganjal yang ada di mata. Sangat tidak nyaman, mau di kucek ntar yang ada malah semakin parah.

Akhirnya saya membangunkan saudara saya dan minta diantar ke UGD RS dr. Oen Solo Baru. Sampai disana langsung ditangani dengan baik. Selama saya ditangani saudara saya mengurus administrasi hanya diminta pinjam kartu BPJS dan KTP untuk mengisi formulir. Tak sampai 30 menit semuanya selesai, diberi obat jalan + pesan kalau tidak kunjung sembuh atau pandangan membayang disuruh minta rujukan ke Faskes 1.

Hari ketiga, mata saya mulai membaik, untuk jaga-jaga saya meminta surat rujukan ke Faskes 1 saya, prosesnnya sih cepat, saya menyerahkan kartu BPJS mengisi semacam absensi, menyebutkan dokter/ poli rujukan (saya memilih poli mata RS dr Oen Solo Baru karena dekat dengan rumah), sekitar 5 menit proses selesai. Surat rujukan berlaku 30 hari. Yang lama nunggu dokternya.

Entah karena infeksi debu dan asap, atau karena sering kelupaan memakai tetes mata, sekitar 3 hari kebelakang mata saya yang sakit terasa pedih, banyak keluar air mata dan tahi mata, puncaknya kemarin malam kemarin mata saya kerasa mengganjal terasa seperti kejadian terdahulu. Akhirnya hari ini saya putuskan untuk periksa ke poli mata.

Berhubung pengalaman pertama, sempat nyasar ke penerimaan pasien poli khusus. Oleh petugas saya diarahkan mendaftar di penerimaan pasien utama. Saya mendapatkan nomor urut 188 dengan antrian 10 orang. Yang saya lihat ada loket khusus pasien BPJS dan loket khusus umum. Keduanya berjalan lancar. Sekitar 30 menit saya menunggu akhirnya tiba giliran saya. Saya hanya disuruh menyerahlan berkas berupa fotokopi kartu BPJS dan surat rujukan masing-masing 2 lembar beserta surat rujukan asli. Berhubung saya pernah dirawat disana prosesnya lebih cepat lagi, sekitar 5 menit saya sudah diarahkan ke ruang poli mata. Berkas dan segala macam dibawa oleh petugas sehingga saya merasa tidak repot membawa berkas kesana kemari.

Tak lama saya kembali menggantri, kali ini cukup lama karena banyak pasien yang antri lebih pagi daripada saya. Saat saya dipanggil masuk ke dalam sempat dimarahi dokter karena kecerobohan saya yang lalai dan lupa menggunakan obat tetes mata.

"Cepat lambatnya kamu sembuh tergantung kamu, kalau kamu suka lupa pakai obatnya ya jangan marah kalau nggak sembuh-sembuh."

Dan saya cuma bisa meringis. Saya kemudian disuruh keluar dan menunggu resep. Tak berapa lama saya dipanggil dan diberitahu obat yang harus saya ambil di bagian farmasi. Saya dibekali setumpuk berkas yang harus saya serahkan ke bagian farmasi dan selembar surat kontrol untuk dibawa pulang.

Di bagian farmasi kembali saya harus antri, dan kali ini jauh lebih lama daripada bagian lain karena farmasi melayani seluruh rumah sakit, pasien rawat inap dan rawat jalan. Rasanya hampir dua jam saya menunggu, terkantuk-kantuk. Saat tengah saya asyik dengan kantuk saya, seorang bapak di sebelah ngobrol dengan temannya dengan nada ketus.

"Ini nggak manusiawi namanya, udah nunggu satu jam lebih nggak juga dipanggil-panggil."

Diteruskan dengan gerutuan bahwa bagian farmasi banyak duitnya, panas karena tak ber ac (ruang tunggu farmasi ada taman terbuka jadi otomatis nggak mungkin dipasang ac) sampai membanding-bandingkan dengan rumah sakit lain.

Saya tidak tahu penyakit si bapak (atau keluarganya) atau permasalahan yang dia hadapi. Menunggu memang membosankan, terlebih kalau menunggunya lama. Tapi saya amati Rumah Sakit memperlakukan semua pasiennya dengan sama, tidak ada diskriminasi, pasien VIP/kelas 1 yang membayar didahulukan dibandingkan pasien di bawahnya. Antrian awal yang di dahulukan, dan itu sudah cukup bagi saya.

Saya males menanggapi/nimbrung ngedumelan si bapak. Dan kalau mau menyadari serta memaklumi pekerjaan bagian farmasi dituntut ketelitian tinggi, tidak boleh salah obat karena bisa berakibat fatal, sehingga butuh waktu untuk mempersiapkan obat. Setelah menunggu akhirnya nomor urut saya dipanggil. Saat di depan loket petugas memastikan nama pasien dan menjelaskan secara detail obat yang diberikan dan aturan pemakaian obat. Sama seperti guru SD memberi penjelasan kepada murid-muridnya. Setelah itu semuanya selesai, tidak perlu membayar di kasir maupun mengurusi berkas-berkas lagi.

Bagi saya pengalaman ini membuktikan bahwa adanya BPJS tidak merepotkan justru membantu pasien meringankan beban baik secara ekonomi maupun teknis administrasi Rumah Sakit/ Klinik. Seperti yang dikatakan mbak Ria Irawan, yang harus kita miliki adalah kesabaran mengantri, karena yang sakit banyak.

Thursday, 6 August 2015

Kejutan Kecil Dari Anak-Anak

Pengelola perpustakaan swkolah hanya ada satu orang, sehingga segala sesuatunya biasa dikerjakan sendiri. Dari pengelolaan buku, sampai ke hal kecil seperti membersihkan perpustakaan (menyapu, mengelap meja dan rak) sampai membuang sampah di keranjang sampah.

Sebenarnya ada petugas yang bertanggungjawab akan kebersihan, bahkan waktu rapat kepala sekolah sendiri sudah menugaskan secara langsung petugas tersebut untuk membantu kebersihan perpustakaan, tapi ya gitu deh....

Untuk pembuangan sampah dulu-dulu sempat ada yang bantuin, tapi sampahnya dibuang tempat sampahnya nggak kembali ke tempatnya, saya harus nyari keluar. Saking jengkelnya akhirnya saya tali pake rafia (di cencang kalau bahasa Jawanya). Sekarang karena perpustakaan di kunci dan (sementara) hanya saya yang memegang kunci. Untuk duplikat kunci sebenarnya saya sudah bilang kalau membutuhkan duplikat silahkan kunci yang ada di saya dipinjam dulu. Karena petugas yang bersangkutan lebih punya waktu longgar untuk keluar dari lingkup sekolah pas jam kerja, sedangkan saya masih ada beberapa pekerjaan yang belum kelar-kelar. Tapi ya gitu deh... Entah apa pertimbangannya sampai sekarang belum di duplikat juga.

Untuk kebersihan perpustakaan sekolah, saya akali dengan minta tolong ke anak-anak. Baik yang suka berkunjung ke perpustakaan, yang kena sanksi/ hukuman bersih-bersih, ataupun yang bertugas piket di UKS (karena sekarang perpustakaan dan UKS berada dalam satu ruangan yang sama). Kadang ada anak-anak yang nggrundel kalau saya mintai tolong, tapi toh akhirnya dikerjakan juga.

Hal lain yang harus dikerjakan sendiri adalah pemeliharaan mebeuler. Meja dan kursi yang dipakai di perpustakaan adalah meja dan kursi berkaki besi berlubang, dan walaupun sudah berkali-kali saya sampaikan agar berhati-hati namun ada saja kursi yang rusak/patah kakinya (entah bagaimana anak-anak duduk). Kalau sebulan ada 1-2 kursi yang rusak, dalam jangka waktu satu tahun habislah kursi yang ada di perpus. Hal tersebut sudah saya laporkan ke petugas, namun tanggapannya hanya di iyakan saja. Terakhir saya laporan, saya disuruh untuk menempatkan kursi2 yang rusak tersebut di gudang (bukannya seharusnya dia yang melakukannya ya? Oh well... yasudahlah toh kursinya ringan saya kuat buat angkat-angkat).

Ditengah kerepotan dan keribetan segala macem hal yang ada di perpustakaan, ada saat-saat yang bagi saya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Terutama saat jam istirahat atau pulang sekolah. Tangan saya masih sibuk dengan kerjaan sementara mulut saya harus melayani anak-anak yang bertanya, meminta buku paket/LKS atau meminjam buku. Ada saja anak yang bertanya 

"Ada yang bisa dibantu pak?"


Sumpah saya merasa kayak minum es saat siang hari panas terik. Suatu hal yang sederhana namun sangat berarti. Bersyukur di tengah banyak anak-anak yang ndableg, susah di nasehati, di beritahu, masih ada banyak yang sopan, banyak yang baik. Semoga mereka bisa selamanya menjaga hal-hal baik yang mereka miliki

Thursday, 23 July 2015

Anugerah Terindah Dari Tuhan

Berawal dari saya nge like postingan informasi bedah buku yang di posting di dinding FB mas Kardi Marthani, saya diajak beliau untuk ikut dalam kegiatan tersebut. Singkat cerita, pada hari yang sama (Sabtu, 11/7) di sekolah juga ada kegiatan namun saya diperbolehkan untuk ijin.

Acara berlangsung dari pukul 15.00 wib sampai selesai. Bertempat di sekretariat bersama diffabel Solo, kawasan gedung kesenian Sriwedari Solo.
Adapun buku yang di bedah adalah buku karangan mas Koko Prabu berjudul "Anakku CdLS."

Mengenai mas Kardi Marthani dan mas Koko Prabu, beliau berdua merupakan orang tua dari anak berkebutuhan khusus dan aktif dalam yayasan dan kegiatan diffabel. Saya sudah cukup lama mengenal beliau berdua, bahkan pernah berkesempatan untuk bertemu dan ngobrol banyak.

Buku Anakku CdLS berisi kisah dari Oyik, putra dari mas Koko Prabu penyandang CdLS.
Saya tiba di tempat acara sekitar pukul 15.30 wib. Suasana masih sepi, sempat merasa kikuk karena baru pertama kali kesana dan tidak banyak kenal orang. Namun perasaan kikuk tersebut hilang karena sambutan hangat dari mas Kardi dan mas Koko. Sempat kaget dan nggak menyangka mas Koko masih ingat saya pernah main ke rumah beliau padahal itu sudah lama berlalu (jadi malu karena saya suka keasyikan sendiri dan sok sibuk dengan diri sendiri).

Acara dimulai sekitar pukul 16.00 wib. Awalnya hanya sekitar 10 peserta yang hadir, namun dengan berjalannya waktu semakin banyak peserta yang datang, dari berbagai kalangan baik diffabel maupun non diffabel.

Dari acara kemarin, saya baru tahu apa itu CdLS (walaupun dulu saya pernah ngobrol dengan mas Koko dan bertemu langsung dengan Oyik, tapi saya belum pernah bertanya jenis diffabilitas yang disandang oleh Oyik).

Secara sederhana CdLS adalah diffabilitas disebabkan mutasi genetis yang terjadi saat pembuahan. Dan hal tersebut terjadi begitu saja, bukan karena bakteri, penyakit atau yang lainnya. It happen just like that. Dan dapat terjadi pada siapa saja (untuk informasi lebih detail mengenai CdLS bisa dibaca disini).

Selain informasi/penjelasan mengenai apa itu CdLS, dalam acara kemarin mas Koko banyak berbagi pengalaman dalam mengasuh Oyik. Segala macam suka dan duka dalam mengasuh seorang anak. 

Saya terlalu asyik mendengarkan penjelasan dari narasumber sampai tidak sadar kalau dengan semakin bertambahnya jumlah peserta sampai ke luar ruangan.

Satu hal yang nggena banget bagi saya adalah saat mas Koko menyatakan bahwa bagi dia Oyik adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Tuhan (bukan kutipan langsung tapi intinya adalah sama).

Dari yang pernah saya temui/ amati, kebanyakan orang tua yang diberi anak berkebutuhan khusus akan menyatakan bahwa itu merupakan sebuah ujian yang diberikan Tuhan, bahkan terkadang ada juga orang tua yang denial, menganggap anaknya "normal" tidak mau mengakui bahwa anaknya berkebutuhan khusus dan butuh penanganan khusus pula.

Sebuah sikap yang sederhana, namun saya yakin tidak semua orang bisa melakukannya. Menerima setiap apa yang diberikan Tuhan (baik maupun buruk menurut manusia) sebagai sebuah anugerah dari Tuhan. Selalu berprasangka baik terhadap Sang Pencipta.

Terima kasih untuk pelajaran yang saya dapatkan kali ini. Semoga melalui buku imi mas Koko dapat menginspirasi lebih banyak lagi orang. Semoga Tuhan selalu memberkahi mas Koko sekeluarga.

Saturday, 11 July 2015

Nikmatnya Ramadhan Tahun Ini

Selama ini saya merasa iri dengan kakak saya. Karena pekerjaannya dia berangkat pukul 9 bahkan terkadang pukul 10 lagi, ditambah lagi libur tiap akhir pekan. Sehingga dia punya banyak waktu untuk mengurus orang tua. Menyiapkan sarapan, membantu ini dan itu. Sementara saya tiap hari tergopoh-gopoh menyiapkan diri untuk bekerja. Jangankan koq mengurus orang tua. Mengurus diri sendiri saja terkadang masih banyak yang meleset. Sementara kalau sore hari relatif tidak ada (banyak) yang bisa saya lakukan. Makanan sudah disiapkan, pekerjaan di rumah sudah beres. Sering saya mendahului pulang (aturan harusnya pulang pukul 3, tapi saya pulang pukul 2.30/ pukul 3 kurang), demi segera sampai rumah, walaupun akhirnya toh sekedar menemani orang tua.

Seperti yang pernah saya sampaikan sebelumnya, bahwa liburan akhir tahun ini libur selama sebulan penuh selama Ramadhan. Hanya ada beberapa kegiatan sekolah yang tidak banyak menyita waktu. Otomatis, 24 jam sehari saya di rumah.

Sebenarnya tidak ribet dan tidak banyak kerjaan selama di rumah. Terlebih karena bapak terutama orangnya tidak bisa diam. Aktifitas sehari2 kalau bisa dikerjaan sendiri akan beliau kerjakan. Tidak hanya sekedar menyuruh. Sering kali saya bilang

"Udah tho pak, bapak tinggal bilang aja ntar aku yang kerjain."

Tapi beliau bilang.

"Udah nggak apa-apa. Biar bapak ada kerjaan. Sekalian olah raga juga."

Mau jawab apa hayo klo alasannya seperti itu.

Saya bersyukur masih mempunyai orang tua yang lengkap. Ibu walaupun dalam kondisi pasca stroke, tapi beliau bisa melakukan aktifitas pribadi secara mandiri. Tidak rewel, kalau minta ini itu pun yang wajar, bukan yang aneh-aneh. Sementara bapak, seperti yang saya sampaikan tadi, aktifitas sehari-hari tak pernah berhenti. Ditambah lagi beliau momong cucu. Beberapa bulan lalu beliau sempat masuk rumah sakit karena kecapean. Jujur hal itu yang membuat saya kepikiran dan suka parno sendiri.

Saya bersyukur, Ramadhan ini full libur. Saya bersyukur bisa lebih banyak menghabiskan waktu dengan orang tua. Saya bersyukur karena harapan saya terkabul.

Friday, 10 July 2015

ngaMall di Bulan Ramadhan

Saya sangat jarang menghabiskan waktu ngabuburit, atau malam hari selepas maghrib dengan jalan-jalan di mall. Selain tidak hobi, alasan paling utama tidak ada duit :p Tapi sesekali boleh lah jalan-jalan di mall sambil refreshing menghilangkan kejenuhan di rumah.

Seperti yang sudah diketahui setiap orang, yang namanya mall kalau bulan Ramadhan pasti rame nya. Apalagi kalau menjelang Idul Fitri, udah berasa kayak di pasar tradisional, tumpah ruah berdesak-desakan. Dengan berbagai macam tujuan, dari belanja kebutuhan sehari-hari, kebutuhan Idul Fitri, nonton film (kalau mall nya ada gedung bioskop), sekedar jalan-jalan, atau yang anti mainstream main ke mall untuk nyopet #Eh

Nyinyiran/sindiran mengenai fenomena ini sudah aja sejak puluhan tahun lalu (waktu itu mall di kota Solo belum sebanyak sekarang), dimana shof sholat di masjid mengalami kemajuan karena berkurangnya jamaah sholat karena orang-orang sibuk ngaMall memasuki pertengahan sampai akhir bulan Ramadhan.

Banyak daya tarik (godaan) yang ditawarkan oleh mall. Dari mulai potongan harga, tawaran hadiah, sampai "kesadaran" masyarakat untuk mempersiapkan diri dalam menyambut Idul Fitri. Kata kesadaran saya beri tanda kutip karena yang saya lihat terjadi salah kaprah dalam pemahaman menyambut Idul Fitri. Kebanyakan orang mempersiapkan diri menyambut Idul Fitri dengan belanja berbagai macam hal, dari mulai baju, makanan, perlengkapan rumah, bahkan sekarang bergeser/bertambah dengan "kesadaran" untuk memperindah rumah dengan membeli peralatan elektronik baru. Yang beli TV/peralatan audio/kulkas atau alat elektronik lain demi Idul Fitri adaaa... I would say that's unbelievingly amazing!

Kesadaran masyarakat itu didukung dengan adanya berbagai macam tawaran kemudahan dari mall. Berbagai macam diskon (sampai 50% lebih) dan penawaran hadiah, membuat orang menjad kalap dalam belanja.

Seorang teman saya pernah berkata

"Ayo beli, mumpung ada diskonan. Kapan lagi bisa beli barang ginian dengan harga murah?"


Padahal kalau kita mau mengamati, dalam satu tahun, ada banyak event yang "mewajibkan" pihak mall/toko untuk melakukan penawaran potongan harga. Saya sebut wajib karena pada saat-saat tersebut bisa dipastikan ada diskonan. Mulai dari tahun baru (yang biasanya digabung dengan event natal dan akhir tahun - end year sale). Memasuki bulan Februari ada sale dalam rangka menyambut Valentine, disusul dengan Imlek, Paskah, Idul Adha, sale pertengahan tahun (awal tahun ajaran baru). Bulan Agustus ada sale menyambut ulang tahun kemerdekaan RI (masih adakah yang terlewat? Belum lavi kalau pihak mall/toko ber ulang tahun, atau event khusus semacam *Sisipkan Nama Kota Disini* Great Sale, dll.

Dan, walaupun tema utama menyesuaikan event yang ada (contoh saat Idul Fitri kita akan banyak menemukan pakaian muslim, dst). Tapi potongan harga berlaku juga untuk produk-produk lainnya. Tentu saja besaran potongan harga sepenuhnya kewenangan dari pihak toko untuk menentukan.

Kesimpulannya, belanja apapun sesuaikan dengan kebutuhan. Jangan khilaf dan kalap dalam berbelanja saat godaan diskon begitu gencar menerpa. Justru jadikanlah sebagai budak anda. Contoh, anda butuh sepatu karena sepatu lama anda sudah butut, kebetulan ada diskonan untuk produk tersebut. Jangan malah sebaliknya khilaf dan kalap saat melihat diskon, tanpa pikir panjang langsung beli, begitu sampai rumah baru kepikiran

"Kenapa tadi gue beli ya? Di rumah kan masih ada banyak?"

Yang ada malah jadi mubazir dan nyesel.

N.B. Oh iya, sudah tiga tahun ini lho saya tidak belanja baju buat lebaran. Yang mau kirim parcel baju lebaran, silahkan komentar di comment box #Eh #KemudianDiKeplakiOrangSeRT

Monday, 6 July 2015

Mengisi Liburan Panjang

Salah satu kegembiraan, atau bisa saya bilang kegembiraan terbesar dari (sebagian besar) pelajar adalah saat liburan. Bukan tanpa dasar saya menyatakan hal tersebut, sangat sering saya menerima pertanyaan-pertanyaan dari siswa di sekolah kami

"Pak libur panjangnya kapan ya?"

Pertanyan semacam itu mereka lontarkan di pertengahan semester, bahkan tak jarang ada juga yang bertanya di awal-awal semester. Saking seringnya saya menerima pertanyaan tersebut, saya suka ngasal dan cuek jawabnya.

"Ntar hari Minggu kalian libur." Atau kalau enggak

"Ntar tanggal 17 Agustus." Atau tanggal merah hari libur nasional.

Walaupun mereka menanti-nanti dan sangat menikmati liburan, namun sebenarnya mereka bosan juga kalau liburnya terlalu lama. Sering kali sehabis libur panjang giliran saya yang bertanya.

"Liburan kemarin kalian kemana aja?"

Walaupun jawaban mereka beranekaragam, namun ada satu kesamaan

"Bosan pak kelamaan libur di rumah g ada kerjaan, acara TV mbosenin."

Giliran saya yang ketawa mendengar jawaban mereka.

Untuk libur kenaikan kelas tahun ini kebetulan bertepatan dengan puasa Ramadhan dan Idul Fitri dan sekolah kami termasuk salah satu sekolah yang meliburkan seluruh kegiatan KBM selama Ramadhan dan libur Idul Fitri, KBM aktif kembali tanggal 27 Juli 2015.

Saya jadi membayangkan bagaimana kebosanan mereka selama liburan, jika mereka tidak punya rencana/acara untuk mengisi liburan.

Liburan akhir tahun pelajaran tahun kemarin lumayan panjang juga, saya semat menawarkan di facebook saya untuk anak-anak yang mau bisa main ke sekolah untuk belajar origami bersama-sama. Saya pikir daripada mereka tidak ada kerjaan mending di arahkan ke hal yang positif. Kebetulan tahun kemarin ada jadwal piket untuk guru. Namun sayangnya tidak ada anak yang menerima tawaran saya walaupun gratis.

Sementara untuk tahun ini, saya tidak mendapatkan pemberitahuan tentang piket. Satu hal positif sih menurut saya jadi saya bisa fokus untuk mengurus orang tua di rumah :D
Libur sekolah, apalagi libur panjang sekolah merupakan salah satu tantangan lain yang harus dihadapi oleh orang tua sendirian, tidak ada lagi sekolah yang me back up mereka, yang bisa mereka pasrahi kewajiban untuk mendidik anak.

Hal ini menuntut kreatifitas orang tua dalam mengarahkan anak-anak mereka secara mandiri selama liburan. Dan, sebenarnya tidaklah sulit serta membutuhkan biaya yang banyak. Contoh sederhana, melibatkan anak dalam pengelolaan rumah tangga, membagi tugas dan melatih anak-anak tugas-tugas rumah tangga, melibatkan anak-anak dalam pekerjaan (ada beberapa siswa yang memiliki orang tua pedagang, dan sepulang sekolah mereka membantu orang tua berjualan).

Kegiatan lain yang bisa diakukan adalah melibatkan anak dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan atau religius, terlebih karena ini bulan Ramadhan, banyak kegiatan seperti TPA, baik menjadi siswa maupun asisten pengajar, membantu ta'mir masjid membersihkan masjid, mengatur masjid sebelum digunakan untuk sholat, dll.

Dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan positif ain yang bisa dilakukan saat libur panjang. Kegiatan-kegiatan yang tidak membutuhkan banyak biaya namun banyak manfaatnya. Tentu saja kegiatan-kegiatan yang membutuhkan biaya semacam piknik atau menonton bioskop pun juga tidak dilarang selama itu sifatnya positif.

Selamat liburan panjang untuk semuanya dan selamat berkreatifitas untuk para orang tua dalam mengasuh putra putrinya selama liburan panjang ini.

Oh iya, blogging juga bisa dijadikan salah satu alternatif yang bisa dilakukan saat liburan :D

Sunday, 5 July 2015

Obrolan Dengan Satpam Bank

Di suatu siang nan terik terjadilah percakapan antara nasabah bank (Me) dengan satpam bank di tempat parkir bank tersebut.

Me: "Pak satpam mau tanya." 

Kata saya sambil mencolek pak satpam yang tengah sibuk membantu mengatur parkir.


Satpam: "Iya, ada yang bisa dibantu?" Kata pak satpam dengan ramah.

Me: "Selain disini kantor cabang mana lagi yang ada mesin setor tunia nya?"

Satpam: "Di kantor cabang Solo Baru ada mas."

Me: (sambil mikir) "Yang sebelah mana ya?"

Satpam: "Deretan ruko depan Hartono Mall itu lho mas."

Masih mengingat-ingat, setahu saya di depan Hartono Mall adanya minimarket dan kantor leasing. Agak dekat ada bank tapi bukan bank yang sama.

Me: "Seingat saya yang dekat patung Pandawa itu ya pak?"

Satpam: "Iya, itu yang saya maksud."

Me: "Lah pak, itu mah jauh dari Hartono Mall."

Satpam: "Kalau mau belok kan harus muter dulu lewat patung Pandawa."

Sambil tetap dengan senyumnya


Me: Aaaaaarh.... 

#Mbrakoti_Aspal_Jalan

Friday, 3 July 2015

Aku Menulis Maka Aku Ada

Cogito ergo sum, sebuah ungkapan dari Renè Descartes yang artinya aku berpikir maka aku ada.

Proses berpikir merupakan bagian dari akal budi yang merupakan pembeda antara manusia dengan mahkluk lain. Manusia dianugerahi akal dan budi agar manusia berkembang dan mengembangkan dirinya.

Sehubungan dengan proses berpikir yang dimilikinya, manusia membutuhkan media untuk mengungkapkan/ mengkomunikasikan pikirannya tersebut kepada orang lain. Media yang biasa dipakai adalah media tulisan. Karena cakupannya yang lebih luas dibandingkan media lisan. Dan dengan tulisan pula ide atau pemikiran kita masih bisa di ketahui orang lain puluhan bahkan ratusan tahun setelah pemikiran tersebut muncul.

Sehubungan dengan hal tersebut, menurut saya menulis adalah sebuah kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh setiap orang terlepas dari tingkat pendidikan, strata sosial maupun jenis pekerjaan. Menulis merupakan sebuah pekerjaan yang mudah dan sederhana, selama seseorang sudah mengenal abjad maka dia sudah bisa menulis.

Namun demikian merangkai kata menjadi kalimat, merangkai kalimat menjadi sebuah paragraf yang komunikatif, menarik dan bagus, bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Penguasaan materi dan (yang paling penting menurut saya) latihan secara terus menerus akan seseorang pandai dalam menulis. Seperti kata pepatah "Kota Roma tidak dibangun dalam satu hari." Demikian juga kecakapan dalam menulis.

Saya menyadari bahwa saya bukan termasuk penulis yang handal, bertahun-tahun latihan nge blog, masih banyak kekurangan saya. Materi yang terlalu dangkal, tema tulisan yang tidak menarik, dan sebagainya. Saya masih berproses dan akan terus berproses agar menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Mempertahankan eksistensi saya sebagai manusia yang berpikir, melatih otak saya agar terus berpikir, agar terus berkembang serta melatih kreatifitas saya. Karena saya berkeyakinan ketika seseorang berhenti berpikir, tidak mau mengembangkan pola pikirnya maka tidak ada bedanya dengan orang mati. Kritikan dan masukan saya terima dengan senang hati, justru dengan adanya kritikan dan masukan lah saya bisa mengetahui kekurangan saya. Jika ada yang salah maka koreksilah.

Mari kita budayakan menulis, mengungkapkan ide-ide kita dalam bentuk tulisan. Agar orang lain bisa memahami kita. Dan jangan pasung kreatifitas seseorang, jangan larang seseorang untuk menulis hanya karena tulisannya tidak menarik. Karena bisa jadi tulisan kita tidak lebih baik dari tulisan orang tersebut.

Thursday, 21 May 2015

Antara Upin Ipin & Adit Sopo Jarwo

Sepulang sekolah, hampir bisa dipastikan saya selalu menemani keponakan saya menonton TV, berbagai macam film kartun ditonton, tidak peduli udah puluhan kali diputar ulang :))
Dari sekian banyak film kartun yang ditonton, ada 2 film kartun yang menari perhatian saya. Upin Ipin & Kawan-Kawan (UIDKK) serta Adit & Sopo Jarwo (ASJ) yang ditayangkan di stasiun TV yang sama dan berurutan pula (dulunya, kalau sekarang ada jeda film kartun lain).

Secara grafis keduanya sama-sama menarik. Kartun ASJ yang merupakan produk buatan putra putri Indonesia tidak kalah dengan kartun UIDKK yang merupakan produk negara jiran Malaysia. Bahkan saya perhatikan ada banyak detail yang menarik seperti adegan dua ekor burung yang tengah bercengkrama diatas pohon yang muncul di beberapa episode, adegan yang menurut saya jika tidak ada pun tidak akan merusak alur cerita, namun dengan hadirnya adegan tersebut menjadi sebuah bumbu pemanis.

Perbedaan besar yang mencolok dari kedua film tersebut terletak pada alur cerita/ penceritaannya. Secara umum kartun ASJ hanya bersifat hiburan ceritanya ringan, sementara kartun UIDKK lebih mempunyai isi/pesan. Di setiap episodenya kartun UIDKK menyampaikan pesan yang berbeda-beda. Ada episode tentang mematuhi orang tua, mencintai buah-buahan lokal, menabung, tidak boleh ceroboh dan lain-lain.

Satu episode yang saya jadikan pembanding adalah saat kehadiran bintang tamu di kedua serial tersebut. Serial UIDKK memilih P Ramlee sebagai bintang tamunya, sedangkan kartun ASJ memilih Cherrybelle. Dari tokoh yang dimunculkan saja sudah kelihatan perbedaannya. P Ramlee merupakan artis besar pada masanya (bahkan sampai sekarang) bukan hanya di Malaysia tapi juga di negara sekitar termasuk Indonesia. Sedangkan Cherrybelle girlband dari Indonesia dengan prestasi yang jauh dibawah prestasi P Ramlee.

Untuk alur ceritanya pun berbeda jauh. UIDKK episode P Ramlee banyak menampilkan/mengulas mengenai sang tokoh, nostalgia film-film lama beliau. Sedangkan ASJ episode Cherrybelle lebih banyak menampilkan suka ria, menari bersama, menyanyikan lagu dari artis bersangkutan (saya rasa episode ini lebih ke arah promo album dari CherryBelle).

Satu hal lagi yang mengganjal setiap kali saya melihat kartun ASJ yaitu tokoh pak Haji (yang di isisuarakan oleh Deddy Mizwar penampilannya pun mirip dengan beliau). Kehadiran tokoh ini terkesan untuk menghakimi si Jarwo, terbukti ketika satu episode dimana ayah dari Adit lalai dalam mengawasi adiknya Adit sehingga seluruh desa sibuk mencarinya si tokoh pak Haji ini tidak menasehati/menceramahi tokoh ayah Adit atas kelalaiannya tersebut.

Saya harap para penggarap/rumah produksi yang membuat kartun ASJ lebih memperhatikan alur ceritanya, belajar dari kartun negeri tetangga UIDKK. Mencari penulis cerita yang handal dan lebih selektif dalam memilih cerita yang akan di filmnya. Sehingga nantinya bukan hanya grafisnya yang enak di lihat namun juga kartun yang syarat makna.

N.B
Sekarang di stasiun TV yang sama menayangkan kartun Pada Zaman Dahulu, kartun berisi dongeng Kancil Yang Bijak. Sebuah kartun yang syarat dengan pesan-pesan moral namun menurut saya tidaklah membosankan untuk diikuti dan dinikmati.

Sumber foto: google image

Saturday, 18 April 2015

SEKOLAH YANG MENYENANGKAN

“Depresi, Guru Terima Kompensasi Rp 8,5 M” merupakan judul salah satu berita yang ada di harian Solopos tertanggal 6 September 2014. Sebuah realitas bahwa sekolah juga bisa menjadi pemicu stress, bukan hanya untuk peserta didik, namun juga untuk Tenaga Pendidik (Guru) dan Tenaga Non Kependidikan yang berperan di dalam sebuah sekolahan.
Tekanan (stressor) yang dialami oleh guru diantara adalah berkenaan dengan tugas pokoknya yaitu mengajar peserta didik. Guru dituntut untuk tidak hanya menyampaikan materi, namun juga tuntutan agar peserta didik memahami materi pelajaran ada di tangan guru. Suatu hal yang tidak mudah karena guru harus menghadapi 20-40 orang peserta didik setiap kelasnya (dikalikan jumlah rombongan belajar yang ada di sekolah tersebut) dengan berbagai macam sifat, kepribadian dan tingkah laku. Dalam artikel berjudul diatas disebutkan beberapa tingkah laku ekstrim yang dihadapi guru tersebut diataranya: memanjat dinding, mempersenjatai diri dengan meyemburkan api darurat dan membakar kaus pelajar lainnya.
Sumber stress lain yang dihadapi guru diantaranya lingkungan kerja, pergaulan dengan sesama rekan kerja, tuntutan dari atasan/yayasan/kementrian yang juga dialami oleh pekerja di bidang lain. Dan masalah klasik mengenai kesejahteraan yang belum terpenuhi, khususnya bagi guru honorer non PNS.
Untuk menekan, mengurangi dan kalau bisa menghilangkan stressor-stressor yang ada di sekolah adalah dengan menjadikan sekolah sebagai tempat (kerja) yang menyenangkan bagi semua baik siswa maupun guru. Beberapa contoh konkret yang bisa dilakukan untuk menjadikan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi semua diantaranya:
Meciptakan suasana sekolah yang serius tapi santai di sekolah, sehingga guru dan siswa nyaman berada di sekolahan.
Memutarkan musik yang menenangkan. Beberapa sekolah besar memiliki radio sekolah, selain bisa sebagai sarana menyampai informasi, bisa juga sebagai sarana mengembangan potensi siswa dan juga relaksasi.
Secara berkala melakukan kegiatan bersama seluruh anggota sekolah yang sifatnya diluar tuntutan sekolah, misalnya:
Jalan-jalan keliling lingkungan sekolah, selain santai juga sebagai sarana pengenalan sekolah kepada masyarakat sekitar.
Kegiatan kreatifitas siswa, selain classmeeting yang diadakan di akhir semester, kegiatan kreatifitas siswa bisa diadakan kapan saja selama memungkinkan. Bisa memafaatkan kerjasama dengan perusahaan yang mempunyai program “Goes To School” kepada sekolah-sekolah.
Piknik bersama, piknik yang saya maksud adalah piknik sederhana, tidak perlu jauh, memerluka persiapan yang ribet dan memakan waktu dan tenaga. Piknik bisa dilakukan di dalam kota, bahkan di halaman sekolah. Intinya adalah berkumpul bersama silaturahmi sesama anggota sekolah.
Pengajian/Siraman Rohani.
Masih ada banyak kegiatan menyenangkan lainnya yang bisa dilaksanakan dalam lingkungan sekolah, baik untuk guru dan karyawan, maupun untuk semuanya. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut maka akan menekan tingkat stress pada guru serta siswa, dan pada akhirnya akan meningkatkan kinerja guru serta prestasi siswa sebagaimana yang diharapkan oleh semua pihak.

Saturday, 11 April 2015

Tren Kunjungan ke Perpustakaan

UKunjungan siswa ke perpustakaan sekolah mengalami pasang surut, ada kalanya siswa senang datang ke perpustakaan sekolah. Sehingga ruangan perpustakaan penuh dengan siswa yang beraktifitas. Namun ada kalanya juga perpustakaan sekolah sepi dari siswa.

Berdasarkan pengamatan saya sebagai petugas perpustakaan, ada beberapa hal yang menyebabkan siswa mengunjungi perpustakaan sekolah (tren kunjungan).

Pada awal tahun pelajaran, kebanyakan siswa yang berkunjung ke perpustakaan sekolah adalah siswa baru kelas 7, mereka kebanyakan meminjam buku bacaan (novel) atau sekedar membacanya di ruangan perpustakaan. Namun dengan berjalannya waktu tren ini berkurang bahkan hilang dengan sendirinya karena jumlah buku bacaan tidak bertambah.

Tren yang kedua adalah siswa datang ke perpustakaan untuk meminjam buku referensi penunjang pembelajaran. Untuk tren yang satu ini bisa dikatakan berlangsung sepanjang tahun, tergantung pada guru mapel bersangkutan. Sayangnya tidak banyak guru mapel yang "mendorong" siswa untuk mencari referensi ke perpustakaan sekolah. Kebanyakan siswa mencari referensi berupa kamus (Inggris, Indonesia, Arab) dan buku Pepak Boso Jawa dan terkadang atlas. Untuk mapel yang lain belum ada.

Tren berikutnya adalah, siswa datang ke perpustakaan untuk makan. Saya memang sengaja memperbolehkan siswa untuk makan di ruangan perpustakaan, dengan catatan harus menjaga ruangan. Saya pikir tidak ada salahnya mengijinkan siswa untuk makan di ruangan perpustakaan, lagi pula tidak/ belum ada tempat khusus buat makan, lagi pula bisa sekalian mengawasi siswa. Yang makan di perpustakaan kebanyakan siswa kelas 8 dan 9. Makanan yang mereka bawa bukan hanya makanan ringan, namun tak sedikit pula yang membawa nasi bekal dari rumah. Kendala yang terjadi terkadang ada anak yang jahil, ngrusuhi temannya yang sedang makan. Ada satu siswa kelas 8 yang bahkan sampai kapok makan di perpustakaan karena sering diganggu temannya.

Di perpustakaan ada sebuah TV ukuran 14 inci yang menjadi daya tarik siswa untuk datang ke perpustakaan, terutama saat awal dulu, walaupun TVnya kecil, gambarnya tidak terlalu jelas dan salurannya terbatas + tanpa remote, siswa tetap nonton TV. Namun dengan berjalannya waktu tren ini bergeser juga, sekarang tinggal satu dua orang siswa yang menikmati menonton TV di perpustakaan, tidak ada lagi ribut rebutan channel TV.

Tren terakhir yang terjadi akhir-akhir ini adalah siswa datang ke perpustakaan untuk mengisi TTS di koran. Saya bersyukur siswa mempunyai inisiatif seperti itu, saya rasa TTS bagus sebagai sarana mereka untuk belajar. Saya sering menyampaikan.

"Ntar kalau kalian sudah selesai, coba kalian kirimkan ke redaksi, lumayan lho klo menang dapat duit buat kalian jajan."

Kata saya sambil memperlihatkan informasi hadiah.


Pada awalnya siswa bersemangat mengisi TTS bersama-sama, tapi kemudian ketika mereka tidak tahu jawabannya, mereka mulai bertanya kepada saya. Satu pertanyaan, dua, tiga... 

Lama-lama semua pertanyaan dimintai jawaban ke saya.

"Kalian itu kayak upin ipin, semua pertanyaan saya yang harus jawab." Kata saya.

Dan seperti tren lainnya, tren yang satu ini juga berlalu dengan berjalanya waktu.

Thursday, 2 April 2015

Penanganan Siswa Terlambat

Dari sekolah saya mendapatkan tugas untuk memegang perijinan siswa, baik siswa terlambat maupun ijin keluar sekolah di jam belajar harus melalui saya.

Khusus untuk keterlambatan, saya lebih riweuh dan cerewet sebelum saya memberikan ijin masuk. Saya tanya detail alasan kenapa siswa sampai terlambat. Hal tersebut saya lakukan untuk mengambil tindakan berikutnya. Contohnya

Saya (S): "Kenapa terlambat."
Murid (M) : "Bangun kesiangan pak."
S : "Lha koq bisa kesiangan?"
M : "Tidurnya kemalaman pak."
S : "Kamu ngapain aja koq sampe tidurnya kemalaman?"


Dari jawaban akhir siswa lah saya menentukan apa yang akan saya lakukan selanjutnya. Jika siswa menyatakan alasan tidur malam karena mengerjakan tugas, membantu orang tua atau alasan lain yang tidak memberatkan, maka saya akan langsung saya beri surat ijin, dengan ditambah saran/ masukan agar tidak terjadi keterlambatan lagi.

Sebaliknya jika alasannya memberatkan, semisal karena keasyikan main, main game, nonton TV atau yang lainnya, maka selain nasehat saya juga memberikan sanksi.

Sanksi yang saya berikan bervariasi baik jenis maupun berat ringannya. Bisa berupa olah raga ringan (push up/ sit up) maupun membersihkan perpustakaan tergantung pada siswanya sendiri. Terkadang tergantung pada keadaan siswa, misalnya saya lihat si anak masih terlihat mengantuk, saya suruh untuk push up biar dia nggak nggantuk.

Pernah dan bahkan sering terjadi ada anak yang protes karena merasa sanksi yang dia terima lebih berat dari temannya (terlebih kalau mereka terlambatnya bareng). Contoh yang satu saya suruh push up 5 kali, satunya push up 15 kali. Saya tekankah yang bikin sanksinya beda adalah mereka sendiri (dari alasan dan juga seberapa sering mereka terlambat dengan alasan yang memberatkan).

Terkadang saya harus eyel-eyelan dengan mereka, terlebih kalau ketemu siswa yang keras kepala. Pernah kejadian seperti ini:

"Nggak mau, pokoknya aku mau demo." Kata si Fulan (sebut saja namanya begitu.

"Yaudah gih sono, demo di tengah lapangan, saya pengen liat." Kata saya dengan cuek.
Si Fulan pun cuman mbesengut sambil nggrundel nggak jelas.

Saya tahu dan yakin kalau sebenarnya dia mampu melaksanakan sanksi tersebut, cuman wataknya aja nggak suka protes. Orang walaupun saya suruh untuk push up, saya tidak mewajibkan untuk push up yang bener seperti tentara misalnya. Tapi kalau ada anak yang asal-asalan push up cuman jentat jentit nggangkat pantat aja ya saya suruh nggulang.

Saya tahu bahwa sanksi fisik bukanlah pilihan terbaik menurut dunia pendidikan modern, namun karena berbagai alasan klasik (menghemat waktu dll), menurut saya sanksi fisik yang saya berikan mempunyai nilai positif, push up/sit up misalnya sebagai olah raga pagi untuk anak-anak agar mereka lebih segar waktu kbm. Membersihkan/merapikan perpustakaan atau bagian lain dari sekolah sebagai media untuk menanamkan rasa memiliki (handarbeni) sekolahan, bahwa mereka harus ikut merawat dan menjaga sarana prasarana dan fasilitas sekolah, bukan hanya sekedar menggunakan seenak sendiri.

Wednesday, 1 April 2015

Lima Ribu Sehari

Tengah dalam perjalanan naik motor, tiba-tiba saya merasa jalannya motor saya tidak enak. Saat menepi dan memeriksa, ternyata ban belakang motor saya bocor. Untungnya saya ingat kalau di dekat tempat tersebut ada tukang tambal ban.

Tak perlu mendorong motor terlalu lama sampailah saya di tukang tambal ban. Sepi, dengan pintu terbuka.

"Permisi..." Kata saya dengan suara agak keras.

Dari dalam pintu muncullah kepala seorang wanita.

"Iya, ada apa mas?" Katanya

"Mau tambal ban mbak." Kata saya

"Tunggu bentar ya." Kata si mbak kemudian masuk kedalam rumah.

Saya pun kemudian duduk di teras, tak seberapa lama si mbak keluar.

"Yang bocor mana mas?" Katanya

"Ban belakang mbak." Jawab saya

Si mbak pun memasang standar motor dan mulai mengerjakan ban motor saya. Saya pun berdiri mendekat untuk melihat lebih jelas

"Bocornya besar nggak mbak?" Tanya saya waktu si mbak memeriksa kebocoran ban.

"Nggak mas, cuman ada satu ini." Jawab si mbak sambil memperlihatkan gelembung yang muncul di air di ember waktu ban motor saya dicelupkan kedalamnya.

Saya pun kembali duduk, sambil menunggu si mbak selesai, saya mengeluarkan hakpen dan benang rajut dari dalam tas dan mulai melanjutkan rajutan saya.

"Bikin apa mas?" Tanya si mbak sambil masih mengerjakan ban motor saya.

"Bikin topi rajut mbak." Jawab saya.

"Sabar ya? Kalau saya nggak mungkin sabar bikin gituan." Kata si mbak.

"Hehehe... Buat ngisis waktu luang mbak. Bikin rajutan pesanan orang, lumayan buat nambah penghasilan bulanan." Jawab saya.

"Dulu saya pernah itu... Pasang manik-manik di baju itu apa namanya? Mote? Nah, itu lah pokoknya. Tapi sekarang sudah nggak lagi." Kata si mbak.

"Habisnya nggak cucuk mas dengan bayarannya. Sehari cuman lima ribu rupiah, itu pun kerjaan rumah terbengkalai, anak tidak terurus." Kata si mbak lagi.

"Akhirnya aku bertekad belajar ke bapak (suaminya). Ngeliatin kalau bapak nambal ban, dan akhirnya memberanikan untuk nambal ban sendiri sampai sekarang." Si mbak melanjutkan.

Pantes... Seingat saya dulu saya nambal ban disini tukang tambal bannya cowok

"Oh iya?" Kata saya

"Iya mas. Dengan tambal ban, sehari insyaAllah lebih lah dari 5 ribu, kerjaan lebih santai dan yang jelas rumah dan anak keurus." Kata si mbak.

Saya tersenyum mendengar uraian si mbak. Memang sangat di sayangkan pekerjaan di bidang seni sering kali kurang mendapat apresiasi, terlebih bidang seni "tingkat rendah" seperti pemasang mote/ manik-manik di baju misalnya. Terlihat sederhana "hanya" memasang mote/manik di pakaian, tapi hal tersebut membutuhkan daya seni dan imajinasi, belum lagi lamanya waktu yanv dibutuhkan untuk pengerjaannya.

Tuesday, 31 March 2015

Rara dan Tas Barunya

Suatu sore pulang sekolah, Rara keponkan saya masuk ke kamar saya, menonton TV sambil mainan kertas. Sementara saya sendiri asyik merajut di pinggir pintu menikmati suasana sore.

Memperhatikan Rara yang tengah asyik bermain, saya tiba-tiba kepikiran sesuatu.

"Mbak Rara mau tak bikinin tas nggak?" Tanya saya kepada Rara.

"Tas apa?" Jawab Rara

"Tas kecil buat wadah barang kalau mbak Rara dolan." Kata saya.

"Hmmm... Boleh..." Kata Rara

"Tapi aku maunys warna ini sama ini" kata Rara lagi sambil menunjuk benang dengan warna yang dia inginkan di tumpukan benang yang ada di kamar.

"Iya nduk, ntar oom Ari bikinkan ya." Kata saya.

Tak berapa lama, kami kembali asyik dengan aktifitas kami masing-masing. Tiba-tiba Rara berkata

"Oom tasnya udah jadi belom?"

Saya cuman bisa melongo.

"Ya belum tho nduk. Besok ya?" Jawab saya.

Malam harinya selepas maghrib, Rara kembali mendatangi kamar saya.

"Udah jadi oom?"

"Belum nduk, besok ya?" Kata saya.

Daaan... Keesokan harinya, pagi-pagi sebelum saya berangkat ke sekolah Rara kembali bertanya.

"Udah belom oom?"

"Ntar ya pulang sekolah." Jawab saya.

Sepulang sekolah, giliran saya yang nyari.

"Nduk... Ini tasnya sudah jadi." Kata saya sambil menyerahkan tas rajut yang selesai saya rajut.

Si Rara langsung mengambil tasnya dan berlari pulang ke rumahnya di sebelah.

Saturday, 14 March 2015

Origami: Tidak Semudah Yang Dikira

Mendengar kata Origami pikiran kita bisa dipastikan melayang pada kegiatan melipat kertas yang dilakukan oleh anak-anak TK. Dan kebanyakan dari kita bisa dipastikan mengatakan kalau origami itu mudah. Namun benarkah demikian?

Sejak awal tahun pelajaran ini sekolah kami mengadakan ekstrakurikuler origami, dan saya ditunjuk sebagai pengajar untuk kegiatan ekstrakurikuler ini.

Seperti halnya kegiatan ekstrakurikuler lainnya, origami boleh diikuti oleh siswa kelas 7 dan 8. Di awal pertemuan saya sempat kaget karena begitu banyaknya siswa yang mengikuti ekskul origami. Sekitar ± 30 orang siswa. Wedew.... Beneran nggak nih? Saya pikir bisa tahan berapa lama ya mereka mengikuti ekskul ini?

Dan benar saya, di minggu-minggu pertama anak-anak antusias, namun memasuki bulan kedua dan seterusnya, jumlah peserta ekskul origami mulai berkurang dan menyusut. Kebanyakan dari mereka beralasan origami itu susah. Nah loh?

Untuk kurikulum/pengajaran ekskul origami saya membuat sendiri berhubung tidak ada kurikulum baku, maupun titipan dari sekolah. Saya bikin sederhana saja, mulai dari pengenalan origami sederhana, baru kemudian meningkat ke origami yang lebih rumit.

Kebanyakan dari anak-anak menyepelekan/menganggap mudah di awal-awal, karena mungkin mereka masih ingat saat diajarkan waktu TK sehingga sudah bosan duluan. Namun ada juga yang kemudian banyak menyerah saat memasuki tingkat yang lebih sulit sehingga memutuskan untuk tidak ikut ekskul origami lagi.

Satu hal yang membahagiakan saya adalah walaupun jumlahnya jauh menyusut hingga tinggal tersisa ± 10 orang siswa, namun semangat mereka tetap tinggi, hampir tiap minggu mereka bertanya

"Pak nanti origami kan?"

Atau bertanya

"Nanti kita bikin apa pak?"

Semangat yang patut di apresiasi dan membuat saya bersemangat dalam berbagi ilmu dengan mereka dan mencari ide-ide baru agar mereka lebih bersemangat lagi.
Satu hal lagi, kalau mereka saya ajari sesuatu yang baru banyak teman-teman mereka yang iri minta dibikinin ataupun minta diajari bikin :D

Tuesday, 10 March 2015

Belajar Dari Sekolah Lain

Dari tanggal 2 - 5 April 2015 kemarin, saya mendapat tugas menjadi pengawas luar untuk kegiatan LUN (Latihan Ujian Nasional) tingkat kota Surakarta. Saya ditempatkan di sebuah sekolah swasta berbasis agama Kristen di timur kota Surakarta. Selama bertugas disana, ada beberapa hal positif yang menarik perhatian saya, dua diantaranya akan saya bahas di tulisan berikut.

Yang pertama mengenai doa di awal dan akhir pertemuan kelas. Kalau disana salah seorang siswa maju untuk memimpin/membacakan doa sementara siswa yang lain mendengarkan dan menundukkan kepala mengaminkan doa tersebut. Kesan yang saya tangkap adalah kegiatan doa tersebut menjadi lebih terkesan khusyuk. Berbeda dengan sekolah kami, dimana doa dibaca bersama-sama, sehingga terkesan hingar bingar, belum lagi kalau ada siswa yang tidak fokus dengan doa (ada yang masih ribet mempersiapkan peralatan belajar atau malah mengoda temannya yang tengah berdoa).

Awalnya saya berpikir, itu hanya masalah adab (tata cara) dalam berdoa, dalam agama Kristen adab berdoa dengan dipimpin oleh satu orang, sementara dalam agama Islam tidak ada adab seperti itu. Akan tetapi saat sharing dengan teman guru yang di tugaskan di sekolah lain ternyata beliau juga merasakan hal yang sama. Beliau di tugaskan di sekolah swasta berbasis agama Islam, saat awal dan akhir pertemuan belajar doa dipimpin oleh satu orang, bedanya kalau di sana doa dipimpin oleh salah seorang guru dari ruang guru yang disiarkan lewat pengeras suara ke masing-masing kelas.

Hal yang kedua adalah setiap pagi sebelum pembelajaran dimulai ada meeting (pertemuan) pagi staff sekolah dan guru yang mengajar hari itu. Pertemuan pagi tidak berlangsung lama,hanya sekitar 5 menitan yang kemudian ditutup dengan doa bersama (hal tersebut mengingatkan saya saat pernah mengalami jadi sales). Dari pengamatan saya kegiatan meeting pagi pada bidang kerja apapun baik itu sales ataupun sekolahan fungsinya sama, yaitu sebagai mood booster, penambah semangat sebelum beraktifitas. Tidak bisa dipungkiri, kerja di bidang pendidikan pun butuh tenaga dan pikiran yang lebih, tak jarang pula guru merasa nglokro (lemas/males) saat mau masuk ke kelas tertentu, mungkin karena ada siswa yang bandel di kelas tersebut, mugkin guru yang bersangkutan ada masalah saat itu, atau kemungkinan-kemungkinan lainnya. Dengan adanya meeting pagi ditambah doa bersama sebelum beraktifitas bisa menjadi penguatan, penambah semangat agar guru lebih siap dalam menghadapi segala macam tantangan hari tersebut.

Ada yang berargumen bahwa doa merupakan kebutuhan pribadi, tiap orang bisa dipastikan selalu berdoa sebelum melakukan kegiatan sehari-harinya, sesuatu hal yang sifatnya otomatis. Namun demikian dua sederhana diatas,menurut saya dampaknya positif, baik bagi siswa maupun bagi guru yang mengajar.

Saturday, 31 January 2015

Pengalaman Bikin BPJS Kesehatan

Setelah sekian lama program BPJS kesehatan berlangsung, baru sekarang saya mendaftarkan diri sebagai peserta. Ada beberapa alasan kenapa baru sekarang saya mendaftar.

Alasan yang pertama, ada harapan tempat saya bekerja mengikuti program BPJS ketenagakerjaan (lumayan kan iuran perbulan hanya dipotong gaji sebesar 5%), tapi mungkin karena tempat saya bekerja adalah sekolahan, maka tidak diwajibkan untuk mengikuti program BPJS ketenagakerjaan seperti perusahaan-perusahaan lain. Pun saat saya tanyakan kepada kepala sekolah, harapan saya tidak bisa terpenuhi. Intinya dikarenakan banyaknya program pemerintah termasuk kartu Indonesia pintar, Indonesia sehat, dll (yang entah bagaimana nasibnya kini) maka sekolah belum mengambil sikap terhadap program BPJS.

Alasan kedua, banyaknya kabar dan berita mengenai buruknya pelayanan terhadap pasien peserta BPJS kesehatan. Namun setelah mengetahui dengan mata kepala sendiri kakak saya peserta BPJS kesehatan mendapatkan pelayanan yang baik, maka saya memantapkan diri untuk mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan.

Langkah pertama adalah mempersiapkan berbagai berkas yang diperlukan KTP,KK, NPWP, buku tabungan, kartu askes bapak dan ibu (karena beliau berdua pensiunan PNS) semuanya saya bawa asli dan fotokopi, serta pas foto 3x4.

Langkah berikutnya adalah mencari kantor BPJS kesehatan, berhubung kantornya pindah alamat dan ancer-ancer yang diberikan kurang jelas, sempat agak-agak nyasar sedikit. Dan ternyata oh ternyata kantor BPJS Kesehatan Surakarta ada di depan kantor Kemenag Solo, sebelahnya sate mbok Galak #TepokJidat

Saya sampai di kantor BPJS sekitar pukul 8 pagi. Memasuki ruangan saya menuju alat absen yang di jaga oleh seorang satpam. Oleh bapak satpam saya diarahkan menuju beberapa petugas verifikasi yang duduk di dekat pintu masuk. Tak perlu menunggu lama saya pun dilayani petugas.

Oleh petugas saya diberikan formulir pendaftaran, meminta saya untuk mengisinya. Dan berhubung saya lupa memfotokopi buku tabungan, saya harus menyeberang jalan untuk memfotokopi di koperasi kemenag.

Usai mengisi formulir, saya kembali ke petugas verifikasi menyerahkan formulir dan persyaratan lainnya. Saat pengecekan, saya sempat menanyakan mengenai faskes pertama dan faskes gigi. Rumah saya masuk wilayah Klaten pinggiran, jauh dari faskes gigi untuk wilayah Klaten. Oleh petugas saya dipersilahkan untuk memilih faskes yang paling dekat. Utk faskes 1 saya memilih dokter dekat rumah, sementara untuk faskes gigi saya memilih dokter gigi di kota Solo.

Usai verifikasi saya mengambil antrian pendaftaran. Agak lama menanti, akhirnya saya terlayani juga. Bukan karena petugasnya lelet sehingga lama prosesnya, tapi karena koneksi internetnya yang kurang kenceng dan juga harus melayani pertanyaan dari pendaftar. Petugas yang melayani saya cukup ramah, keramahanny setara lah dengan CS bank.

Usai mendaftar saya diberi pengarahan mengenai pembayaran. Sebenarnya di dekat kantor BPJS ada ATM, tetapi berhubung saldo rekening tidak mencukupi terpaksa saya membayar ke bank yang letaknya lumayan jauh. Pembayaran tagihan BPJS tidak ribet, tinggal mengisi slip khusus pembayaran yang ada, antri, bayar di teller, selesai.

Usai membayar tagihan, saya kembali ke kantor BPJS untuk mengambil kartu. Usai mengambil kartu antrian, saya menunggu beberapa saat sebelum dipanggil. Proses pengambilan kartu tidak pula ribet. Saya menyerahkan bukti transfer dan juga print out yang diberikan petugas saat saya mendaftar, kemudian petugas pengambilan kartu memproses, dan kurang lebih 5 menit prosesnya selesai. Sambil memberikan kartu petugas memberikan sedikit penjelasan mengenai penggunaan kartu BPJS.

Keseluruhan proses tersebut memakan waktu tidak lebih dari setengah hari, mulai masuk kantor BPJS pukul 8 pagi, selesai sekitar pukul 12 siang. Menurut pendapat saya, butuh waktu, tenaga dan pikiran untuk menjalaninya, namun tidak pula bisa dikatakan ribet dan belibet.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites