Thursday, 2 April 2015

Penanganan Siswa Terlambat

Dari sekolah saya mendapatkan tugas untuk memegang perijinan siswa, baik siswa terlambat maupun ijin keluar sekolah di jam belajar harus melalui saya.

Khusus untuk keterlambatan, saya lebih riweuh dan cerewet sebelum saya memberikan ijin masuk. Saya tanya detail alasan kenapa siswa sampai terlambat. Hal tersebut saya lakukan untuk mengambil tindakan berikutnya. Contohnya

Saya (S): "Kenapa terlambat."
Murid (M) : "Bangun kesiangan pak."
S : "Lha koq bisa kesiangan?"
M : "Tidurnya kemalaman pak."
S : "Kamu ngapain aja koq sampe tidurnya kemalaman?"


Dari jawaban akhir siswa lah saya menentukan apa yang akan saya lakukan selanjutnya. Jika siswa menyatakan alasan tidur malam karena mengerjakan tugas, membantu orang tua atau alasan lain yang tidak memberatkan, maka saya akan langsung saya beri surat ijin, dengan ditambah saran/ masukan agar tidak terjadi keterlambatan lagi.

Sebaliknya jika alasannya memberatkan, semisal karena keasyikan main, main game, nonton TV atau yang lainnya, maka selain nasehat saya juga memberikan sanksi.

Sanksi yang saya berikan bervariasi baik jenis maupun berat ringannya. Bisa berupa olah raga ringan (push up/ sit up) maupun membersihkan perpustakaan tergantung pada siswanya sendiri. Terkadang tergantung pada keadaan siswa, misalnya saya lihat si anak masih terlihat mengantuk, saya suruh untuk push up biar dia nggak nggantuk.

Pernah dan bahkan sering terjadi ada anak yang protes karena merasa sanksi yang dia terima lebih berat dari temannya (terlebih kalau mereka terlambatnya bareng). Contoh yang satu saya suruh push up 5 kali, satunya push up 15 kali. Saya tekankah yang bikin sanksinya beda adalah mereka sendiri (dari alasan dan juga seberapa sering mereka terlambat dengan alasan yang memberatkan).

Terkadang saya harus eyel-eyelan dengan mereka, terlebih kalau ketemu siswa yang keras kepala. Pernah kejadian seperti ini:

"Nggak mau, pokoknya aku mau demo." Kata si Fulan (sebut saja namanya begitu.

"Yaudah gih sono, demo di tengah lapangan, saya pengen liat." Kata saya dengan cuek.
Si Fulan pun cuman mbesengut sambil nggrundel nggak jelas.

Saya tahu dan yakin kalau sebenarnya dia mampu melaksanakan sanksi tersebut, cuman wataknya aja nggak suka protes. Orang walaupun saya suruh untuk push up, saya tidak mewajibkan untuk push up yang bener seperti tentara misalnya. Tapi kalau ada anak yang asal-asalan push up cuman jentat jentit nggangkat pantat aja ya saya suruh nggulang.

Saya tahu bahwa sanksi fisik bukanlah pilihan terbaik menurut dunia pendidikan modern, namun karena berbagai alasan klasik (menghemat waktu dll), menurut saya sanksi fisik yang saya berikan mempunyai nilai positif, push up/sit up misalnya sebagai olah raga pagi untuk anak-anak agar mereka lebih segar waktu kbm. Membersihkan/merapikan perpustakaan atau bagian lain dari sekolah sebagai media untuk menanamkan rasa memiliki (handarbeni) sekolahan, bahwa mereka harus ikut merawat dan menjaga sarana prasarana dan fasilitas sekolah, bukan hanya sekedar menggunakan seenak sendiri.

0 comments:

Post a Comment

Saya menghargai komentar, saran, kritik & masukan yang membangun. Komentar berupa spam, scam dan promosi akan dihapus, terima kasih.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites