Wednesday, 1 April 2015

Lima Ribu Sehari

Tengah dalam perjalanan naik motor, tiba-tiba saya merasa jalannya motor saya tidak enak. Saat menepi dan memeriksa, ternyata ban belakang motor saya bocor. Untungnya saya ingat kalau di dekat tempat tersebut ada tukang tambal ban.

Tak perlu mendorong motor terlalu lama sampailah saya di tukang tambal ban. Sepi, dengan pintu terbuka.

"Permisi..." Kata saya dengan suara agak keras.

Dari dalam pintu muncullah kepala seorang wanita.

"Iya, ada apa mas?" Katanya

"Mau tambal ban mbak." Kata saya

"Tunggu bentar ya." Kata si mbak kemudian masuk kedalam rumah.

Saya pun kemudian duduk di teras, tak seberapa lama si mbak keluar.

"Yang bocor mana mas?" Katanya

"Ban belakang mbak." Jawab saya

Si mbak pun memasang standar motor dan mulai mengerjakan ban motor saya. Saya pun berdiri mendekat untuk melihat lebih jelas

"Bocornya besar nggak mbak?" Tanya saya waktu si mbak memeriksa kebocoran ban.

"Nggak mas, cuman ada satu ini." Jawab si mbak sambil memperlihatkan gelembung yang muncul di air di ember waktu ban motor saya dicelupkan kedalamnya.

Saya pun kembali duduk, sambil menunggu si mbak selesai, saya mengeluarkan hakpen dan benang rajut dari dalam tas dan mulai melanjutkan rajutan saya.

"Bikin apa mas?" Tanya si mbak sambil masih mengerjakan ban motor saya.

"Bikin topi rajut mbak." Jawab saya.

"Sabar ya? Kalau saya nggak mungkin sabar bikin gituan." Kata si mbak.

"Hehehe... Buat ngisis waktu luang mbak. Bikin rajutan pesanan orang, lumayan buat nambah penghasilan bulanan." Jawab saya.

"Dulu saya pernah itu... Pasang manik-manik di baju itu apa namanya? Mote? Nah, itu lah pokoknya. Tapi sekarang sudah nggak lagi." Kata si mbak.

"Habisnya nggak cucuk mas dengan bayarannya. Sehari cuman lima ribu rupiah, itu pun kerjaan rumah terbengkalai, anak tidak terurus." Kata si mbak lagi.

"Akhirnya aku bertekad belajar ke bapak (suaminya). Ngeliatin kalau bapak nambal ban, dan akhirnya memberanikan untuk nambal ban sendiri sampai sekarang." Si mbak melanjutkan.

Pantes... Seingat saya dulu saya nambal ban disini tukang tambal bannya cowok

"Oh iya?" Kata saya

"Iya mas. Dengan tambal ban, sehari insyaAllah lebih lah dari 5 ribu, kerjaan lebih santai dan yang jelas rumah dan anak keurus." Kata si mbak.

Saya tersenyum mendengar uraian si mbak. Memang sangat di sayangkan pekerjaan di bidang seni sering kali kurang mendapat apresiasi, terlebih bidang seni "tingkat rendah" seperti pemasang mote/ manik-manik di baju misalnya. Terlihat sederhana "hanya" memasang mote/manik di pakaian, tapi hal tersebut membutuhkan daya seni dan imajinasi, belum lagi lamanya waktu yanv dibutuhkan untuk pengerjaannya.

0 comments:

Post a Comment

Saya menghargai komentar, saran, kritik & masukan yang membangun. Komentar berupa spam, scam dan promosi akan dihapus, terima kasih.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites