“Depresi, Guru Terima Kompensasi Rp 8,5 M” merupakan judul salah satu berita yang ada di harian Solopos tertanggal 6 September 2014. Sebuah realitas bahwa sekolah juga bisa menjadi pemicu stress, bukan hanya untuk peserta didik, namun juga untuk Tenaga Pendidik (Guru) dan Tenaga Non Kependidikan yang berperan di dalam sebuah sekolahan.
Tekanan (stressor) yang dialami oleh guru diantara adalah berkenaan dengan tugas pokoknya yaitu mengajar peserta didik. Guru dituntut untuk tidak hanya menyampaikan materi, namun juga tuntutan agar peserta didik memahami materi pelajaran ada di tangan guru. Suatu hal yang tidak mudah karena guru harus menghadapi 20-40 orang peserta didik setiap kelasnya (dikalikan jumlah rombongan belajar yang ada di sekolah tersebut) dengan berbagai macam sifat, kepribadian dan tingkah laku. Dalam artikel berjudul diatas disebutkan beberapa tingkah laku ekstrim yang dihadapi guru tersebut diataranya: memanjat dinding, mempersenjatai diri dengan meyemburkan api darurat dan membakar kaus pelajar lainnya.
Sumber stress lain yang dihadapi guru diantaranya lingkungan kerja, pergaulan dengan sesama rekan kerja, tuntutan dari atasan/yayasan/kementrian yang juga dialami oleh pekerja di bidang lain. Dan masalah klasik mengenai kesejahteraan yang belum terpenuhi, khususnya bagi guru honorer non PNS.
Untuk menekan, mengurangi dan kalau bisa menghilangkan stressor-stressor yang ada di sekolah adalah dengan menjadikan sekolah sebagai tempat (kerja) yang menyenangkan bagi semua baik siswa maupun guru. Beberapa contoh konkret yang bisa dilakukan untuk menjadikan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi semua diantaranya:
Meciptakan suasana sekolah yang serius tapi santai di sekolah, sehingga guru dan siswa nyaman berada di sekolahan.
Memutarkan musik yang menenangkan. Beberapa sekolah besar memiliki radio sekolah, selain bisa sebagai sarana menyampai informasi, bisa juga sebagai sarana mengembangan potensi siswa dan juga relaksasi.
Secara berkala melakukan kegiatan bersama seluruh anggota sekolah yang sifatnya diluar tuntutan sekolah, misalnya:
Jalan-jalan keliling lingkungan sekolah, selain santai juga sebagai sarana pengenalan sekolah kepada masyarakat sekitar.
Kegiatan kreatifitas siswa, selain classmeeting yang diadakan di akhir semester, kegiatan kreatifitas siswa bisa diadakan kapan saja selama memungkinkan. Bisa memafaatkan kerjasama dengan perusahaan yang mempunyai program “Goes To School” kepada sekolah-sekolah.
Piknik bersama, piknik yang saya maksud adalah piknik sederhana, tidak perlu jauh, memerluka persiapan yang ribet dan memakan waktu dan tenaga. Piknik bisa dilakukan di dalam kota, bahkan di halaman sekolah. Intinya adalah berkumpul bersama silaturahmi sesama anggota sekolah.
Pengajian/Siraman Rohani.
Masih ada banyak kegiatan menyenangkan lainnya yang bisa dilaksanakan dalam lingkungan sekolah, baik untuk guru dan karyawan, maupun untuk semuanya. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut maka akan menekan tingkat stress pada guru serta siswa, dan pada akhirnya akan meningkatkan kinerja guru serta prestasi siswa sebagaimana yang diharapkan oleh semua pihak.
0 comments:
Post a Comment
Saya menghargai komentar, saran, kritik & masukan yang membangun. Komentar berupa spam, scam dan promosi akan dihapus, terima kasih.