Tuesday, 26 February 2013

Galak Itu (Terkadang) Perlu

Kalau menurut horoskop (saya seorang Aries) temperamen saya adalah pemarah, namun dalam keseharian saya cukup berhasil untuk mengendalikan emosi saya ketika menghadapi anak-anak di sekolahan. Capek klo marah tuh, lebih capek daripada lari sejauh lima kilometer, karena selain tenaga, emosi juga terkuras, ciyus, enelan, cungguh.

Untuk menghadapi anak-anak yang bandel, awalnya saya hanya memberikan peringatan, dengan nada biasa bahwa yang mereka lakukan tidak benar dan tidak boleh diulang lagi, dengan tambahan bahwa kalau mereka mengulang lagi saya akan memberikan sanksi kepada mereka. 

Does it works? Well... Untuk beberapa siswa memang berhasil, tapi untuk yang lainnya teteup aja bandelnya. Seperti kejadian kemarin. Saya berulang kali menekankan kepada siswa kelompok motivasi dibawah bimbingan saya agar memperhatikan kehadiran baik di jam reguler maupun jam tambahan (pagi maupun siang). Pengecualian kalau sakit atau ada keperluan keluarga dan itu pun harus ada surat ijin dari orang tua.

Pagi kemarin saya diberi tahu oleh wakasis kalau ada beberapa siswa saya yang membolos sewaktu jam tambahan. Kompakan, bukan hanya ndak masuk sekali tapi dua kali sekaligus.

"Anak-anak jangan cuma dibilangin pak, coba dikasih sanksi biar memperhatikan absensinya." Pesan dari wakasis.

"Iya bu, saya sudah mengultimatum mereka kalau sampai ada yang membolos jam tambahan akan saya beri sanksi."

Oh iya, sebelumnya ada anak yang membolos jam tambahan dan hanya saya peringatkan. Pas waktu istirahat saya panggil lah anak-anak yang membolos kemarin.

Dengan muka datar tanpa senyum sedikitpun saya menghadapi mereka. Baru saja mereka duduk, salah satu diantara mereka langsung ngomong.

"Ada apa pak?" katanya sambil senyam senyum.

Saya hanya diam sambil tetep pasang wajah lempeng.

"Pak guru marah ya?"

"Pak guru jangan marah dong."

"Wajah pak guru serem."

Katanya merepet, yang tadinya mereka senyam senyum jadi terdiam.

Saya ambil napas dalam, kemudian berkata.

"Kalian sudah kelas 9, saya berkali-kali bilang kalau kalian harus memperhatikan kehadiran kalian baik jam reguler maupun tambahan. Semua itu demi kebaikan kalian dalam mempersiapkan diri menghadapi UN yang tinggal sebentar lagi."

Terdiam sejenak. Ambil napas.

"Dan saya juga sudah bilang kalau sampai ada yang membolos, akan saya beri sanksi."

Mereka diem aja. 

"Tadi saya diberi tahu oleh bu Susi (wakasis) kalau kalian membolos jam tambahan sebanyak dua kali. Alasannya apa?"

"Lha... Kesiangan koq pak..." Kata seorang anak sambil cembetut.

Gubraks... Itu alasan yang paling tidak bisa saya terima.

"Saya sudah mengingatkan agar tidak kesiangan kalian pasang weker, atau alarm hape. Jangan tidur lagi setelah sholat subuh."

"Berisik pak klo pake alarm." katanya lagi.

Hih... Ada aja alasan mereka.

"Kesiangan bukan sebuah alasan untuk tidak mengikuti jam tambahan. Seperti janji saya, kalian saya beri sanksi. Lari mengelilingi lapangan 10x"

Lapangan sekolah atau lebih tepatnya halaman sekolah tidak lah terlalu luas, sehingga kalau anak-anak disuruh lari mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali tidak akan memberatkan mereka.

Seperti yang disampaikan oleh ibu Susi, wakasis. Tujuan dari pemberian sanksi ini adalah sebagai pembelajaran bagi mereka untuk lebih memperhatikan pelajaran. Dan apakah strategi ini berhasil? Well... We'll find out later.

6 comments:

masih Alhamdulillah itu siswanya kayaknya masih ada rasa hormat pak, disekolahan saya ini bahkan ada siswa yang tidak sopan dengan guru...

memang harus sabar

memang dilema ya, satu sisi ada beberapa sisiwa yg gak mempan dengan sanksi biasa tapi kalau dikasi sanksi yg sedikit berat dituding melakukan tindak kekerasandalam sekolah. banyak teman saya yg menjadi guru ngeluh tentang hal itu apalagi kalau orang tua nya gak mau diajak kerja sama

waduh santai bener Pak, mereka jawabnya kesiangan, niat sekolah ndak sih anak2 itu?

semoga anak2nya segera sadar ya Pak. :)

@Mas Huda
Iya mas, kita memang harus ekstra sabar menghadapi anak sekarang, ibarat kata hati harus seluas tujuh samudera :D

@Leni Wijayanti
Itu tantangan mbak, kita harus pintar2 memilih dan menerapkan sanksi maksimal yang bisa kita berikan ke anak2 tapi masih dalam batas2 wajar.

@diah
Amiin, semoga begitu :)

iya :') kalau emang udah gak bisa dikembalikan ke orang tuanya ya?
^^ mampir ke blog aku ya www.leniwijayanti.com butuh banyak saran biar bisa nulis lbh bagus

@Leni Wijayanti

Pengembalian ke orang tua juga tidak mudah lho mbak, proses panjang, tidak sederhana dan banyak pertimbangannya.

Post a Comment

Saya menghargai komentar, saran, kritik & masukan yang membangun. Komentar berupa spam, scam dan promosi akan dihapus, terima kasih.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites