Monday, 30 December 2013
Balada Motor Kesayangan
Sunday, 22 December 2013
My! My! Time Flies
Friday, 6 December 2013
Peduli Perpustakaan
Saya menerapkan sistem denda untuk keterlambatan pengembalian buku di perpustakaan. Nilainya sih tidak terlalu besar, hanya Rp 500,00/ hari.
Awalnya anak-anak pada protes, bahkan ada pula yang nyinyir
"Wah cepet kaya dong pak klo caranya gini."
Yang nyinyir seperti itu ada... Lucunya yang nyinyir bukanlah siswa yang suka pinjam buku, kebetulan saja dia menemani kawannya ke perpustakaan untuk mengembalikan buku.
Namun setelah saya memberi pengertian bahwa uang denda tersebut jika sudah terkumpul akan saya belikan buku untuk menambah koleksi perpustakaan akhirnya mereka bisa memahaminya, terlebih setelah mereka melihat sendiri buku-buku yang saya beli dari uang denda tersebut.
Yang kemudian terjadi adalah anak-anak kemudian sering bertanya, bahkan setengah menuntut
"Pak, kapan beli buku baru lagi?"
Bahkan tak jarang ada yang memesan
"Beli buku ini dong pak, buku itu, buku inu,"
Dan lain sebagainya yang saya tanggapi dengan
"Ntar, nunggu duitnya kumpul dulu ya,"
Atau kalau enggak sambil berseloroh saya bilang
"Makanya kalian sering-sering aja telat ngembaliin buku biar cepet kumpul duitnya."
Hingga suatu hari seorang anak mendatangi saya saat istirahat.
"Pak ntar klo saya kasih duit dibeliin buku bener ya?"
Saya terdiam
"Maksudnya kamu mau menyumbang buat perpus?"
"Iya, tapi saya maunya pak Jaw beli buku ini itu," katanya sambil menyebutkan beberapa judul buku.
Gubraks.... (*´∇`*)
"Yaudah, klo kamu mau nyumbang saya tulis dulu, untuk bukunya kita lihat ntar ya,"
Dia menyerahkan beberapa lembar uang dengan nominal yang berbeda sejumlah Rp 10.000,-
Beberapa hari berselang, si anak datang lagi.
"Udah beli bukunya belum pak?"
"Belum, ntar aja habis UAS biar kalian konsentrasi belajar,"
Kebiasaan klo ada buku baru anak-anak pada "berlomba-lomba" untuk pinjam.
Si anak cuman mengangguk-angguk, kemdian berkata
"Kalau gitu saya nyumbang lagi ya pak,"
Katanya sambil mengeluarkan beberapa lembar uang seribuan, kali ini disertai recehan.
Speechless saya. (o゚▽゚)
Saturday, 30 November 2013
Solo Untuk Sahabat
Menunggu di Stasiun Balapan |
Banyak rencana yang saya susun, tempat-tempat yang akan "pamerkan" kepada sahabat saya, maupun kuliner-kuliner khas kota Solo yang akan saya "uji-cobakan" ke dia. Daftar panjang tersebut terpaksa harus saya pangkas seringkas mungkin karena kunjungan sahabat saya ini hanya berlangsung selama akhir pekan. Hari Jum'at sore/ malam dia tiba di kota Solo, dan hari Minggu Sore harus kembali ke kota asalnya karena harus bekerja di hari Senin esok harinya.
Kereta Lodaya Pagi yang membawa sahabat saya dari kota Bandung dijawadkan tiba pukul 16.00 WIB, namun apa daya karena sesuatu dan lain hal kereta terlambat dan baru tiba pukul 20.00 WIB. Setelah perjalanan yang panjang, melelahkan dan memakan waktu lama saya yakin sahabat saya pasti kelaparan. Langsung saja saya ajak dia ke tujuan pertama kami di daerah Keprabon untuk mencicipi nikmatnya Nasi Liwet Solo yang terkenal itu. Seporsi nasi yang dimasak dengan santan disertai sayur labu siam dan suwiran daging ayam, telur pindang serta santan areh terhidang diatas pincuk beralaskan piring dari ayaman rotan. Rasa Nasi Liwet yang cenderung gurih manis ternyata cocok dengan lidah sahabat saya, yang walaupun Urang Sunda namun tidak terlalu suka masakan pedas.
Seusai makan, kami langsung menuju rumah untuk beristirahat, menghilangkan capek setelah perjalanan panjang naik kereta yang melelahkan. Hari kedua, hari terpanjang selama liburan sahabat saya di kota Solo, saya putuskan untuk mengunjungi salah satu tempat wisata yang khas dari Solo Raya. Awalnya sempat terpikir untuk membawanya ke keraton Kasunanan maupun Mangkunegaran, namun rasanya terlalu mainstream untuk di pamerkan di kunjungan pertama dia ke kota Solo.
Akhirnya saya bawa dia jalan-jalan sedikit agak jauh dari pusat kota Solo, ke daerah Karanganyar, naik sedikit ke lereng gunung Lawu. Bukan ke Grojogan Sewunya, tapi ke salah satu candi yang ada di lereng gunung Lawu, yaitu Candi Sukuh.
Perjalanan dari Solo menuju candi Sukuh ternyata tidak memakan waktu lama, kurang dari 2 jam kami sudah sampai di lokasi, itupun sudah termasuk beberapa kali nyasar dan tanya-tanya ke penduduk sekitar.
Sate Kelinci yang lezat itu |
Sampai di Candi Sukuh kami disambut hujan yang cukup deras. Sambil menunggu hujan reda kami menikmati kuliner yang disajikan di warung kecil yang berada di kompleks candi. Kami memesan sate ayam dan sate kelinci. Jujur seumur-umur baru kali ini saya mencicipi sate kelinci. Di luar dugaan rasanya enak pake banget (di dukung perut saya yang kelaparan dan cuaca dingin dikarenakan hujan). Satu porsi berisi potongan lontong yang cukup banyak, sekitar 10 tusuk sate (nggak ngitung sebenarnya, tapi kurang lebih segitu lah) yang disiram kuah kacang yang buanyak tak lupa ditambahkan potongan bawang merah dan cabe rawit langsung tandas dalam sekejap. Kenyang dan juga puas. Oh iya, rasa sate kelinci 11 - 12 dengan sate ayam, termasuk tekstur dagingnya.
Tiket Masuk Candi Sukuh |
Tak salah pilihan saya untuk membawa teman saya ke Candi Sukuh, karena keunikan dari candi ini yang tidak di temui di candi-candi lain di Indonesia.
Berasa bukan di lereng Lawu |
"Seperti piramida Peru," kata sahabat saya.
Memang benar, bentuk Candi Sukuh tidak seperti candi-candi biasa yang ada di Indonesia, sekilas lebih mirip Piramida yang terpotong separuh, khas peninggalan suku Inca di Amerika Latin.
Memotret relief candi |
Ketika melihat lebih dekat pada patung dan juga relief yang ada di candi ini, terlihat perpaduan dari berbagai macam budaya, ada patung manusia bersayap (sayang tidak ada kepalanya) yang mirip dengan patung dari Mesir kuno, ada juga relief bangunan yang mirip dengan rumah Cina. Sedangkan relief dan patung lainnya khas Jawa.
Candi ini sering dibilang candi porno, karena beberapa relief dan patung yang menampakkan organ kelamin secara vulgar, namun demikian sebenarnya filosofi dari Candi Sukuh sangat tinggi. Detail mengenai Candi Sukuh bisa dibaca di wikipedia.
Setelah puas melihat-lihat situs peninggalan sejarah, selanjutnya saya memamerkan "situs sejarah" sejarah yang lainnya, yaitu mall. Just kidding, sebenarnya sekedar melepas penat jalan-jalan cuci mata menikmati salah satu bentuk modernisasi (walaupun di Bandung pun mall banyak bertebaran dan lebih bagus).
Tak perlu terlalu jauh, cukup ke Solo Baru yang jaraknya dekat dengan rumah.
'Yang punya mall narsis" tanggapan teman saya ketika tahu nama mall yang kami kunjungi.
Memang benar, mall yang satu ini dinamai sesuai dengan nama pemiliknya. Nggak tahu alasannya kenapa, mungkin juga karena pengen ngeksis juga :P Setahu saya tak banyak mall yang memakai nama pemiliknya.
Bestik Solo |
Menjelang malam, satu lagi kuliner khas kota Solo yang kami coba, yaitu Bestik Solo di daerah Pasar Kembang. Hidangan serupa cap cay kuah dengan potongan daging sapi, lidah sapi dan juga telur dadar dengan kuah yang kimplah-kimplah kalau orang Jawa bilang, sampe tumpeh-tumpeh sangking banyaknya. Rasa dari Bestik Solo cenderung manis, guruh dan sedikit asam rupanya disukai oleh sahabat saya. Another "victory" for me \^O^/
Hari terakhir kami habiskan dengan bersantai, tak banyak jalan-jalan, hanya menikmati hari dengan bermalas-malasan dan menikmati kuliner khas kota Solo lainnya, yaitu Sate Buntel. Kali ini saya bawa sahabat saya ke salah satu warung sate di daerah Sangkrah (sayangnya karena keasyikan makan jadi nggak sempat untuk mengambil foto). Sate Buntel memang berbeda dengan sate kambing pada umumnya, karena daging kambing di cacah halus, dicampur bumbu, kemudian di buntel (dibungkus) dengan lemak kambing tipis baru kemudian di bakar menggunakan arang. (Review tentang sate kambing ini bisa dibaca di Pawon Ndeso)
Tak banyak yang bisa saya "pamerkan" kepada sahabat saya, namun saya berusaha agar semua yang saya "pamerkan" bisa memberikan kesan baik kepada sahabat saya, dan harapan saya dia akan berkunjung lagi dan menikmati kota Solo dari sudut yang lain.
Tulisan ini diikutkan dalam lomba Kesan Tentang Solo
Monday, 25 November 2013
Kapsul Waktu Jilid II
Monday, 4 November 2013
Friday, 11 October 2013
Onani Itu Apa?
Monday, 7 October 2013
Overly Attached Alumni
Saturday, 5 October 2013
Demo Dan Guru
Thursday, 3 October 2013
Nyebelin!!!
Hari ini saya datang agak terlambat, pukul 07.05 baru nyampai di sekolah karena antri isi bensin dan angin di SPBU. Setelah ngeliat jadwal ternyata saya ada tugas ngawas di ruang atas. Bergegas saya pun naik ke lantai dua.
"Kerjakan dengan tenang dan jangan mencontek."
Kemudian saya pun mengawasi anak-anak dari deretan belakang, sementara teman ngawas saya di depan. Yang berada di ruangan ini adalah anak-anak "istimewa", jadi "siasat" yang kemarin saya jalankan juga di ruangan ini.
Benar saja, belum ada 15 menit berjalan, anak-anak sudah mulai ribut, ada yang ngobrol dengan adik kelas yang duduk di sebelahnya (mungkin karena nggak bisa jawab dan nggak tau mau ngapain), ada juga yang mulai "mencari mangsa" yang bisa nggasih contekan ke dia.
"Sttt..."
"Kerjakan dengan tenang"
"Jangan ramai!"
"Ngobrolnya ntar kalau istirahat."
Beberapa kali saya harus memperingatkan anak-anak agar tidak ramai. Berisiknya anak-anak tuh sudah agak-agak kelewatan, bukan hanya sekedar bisik-bisik kecil saja. Jadi sudah seharusnya saya memperingatkan mereka. Saya kemudian berkeliling kelas sambil "menjewer" anak-anak yang ramai.
Yang bikin saya dongkol bin bete adalah, temen nggawas saya cuek bebek dengan apa yang ada di ruangan. Bahkan anak yang tepat berada di depannya asyik ngobrol aja tidak diperingatkan
Beliau malah asyik membaca buku, bahkan... ketika saya sampai di belakang, seorang anak sambil nyengir berkata
"Pak, lihat deh Pak X lagi tidur."
Katanya sambil nunjuk ke depan.
DEMI TUHAN!!!!! Beneran! Ciyusan! Si bapak tidur dengan tenangnya.
#Garuk2Tembok #JedotinKepalaKeTembok #LompatDariLantai2
"Stttt... Tenang, jangan ramai!"
Kata saya mengingatkan anak-anak.
Namun apa daya, berulang kali terjadi, hanya beberapa saat anak-anak bisa tenang setelah saya ingatkan. Bahkan bukan hanya beberapa saja yang ramai, tapi se ruangan kompak pada ngobrol.
Puncaknya, sekitar 20 menit sebelum ulangan berakhir, anak-anak masih sulit dikendalikan, akhirnya saya berkata:
"TENANG!!! KALIAN ITU LAGI ULANGAN, JANGAN RAMAI!"
Yups... saya mengucapkan kata tersebut sambil berteriak. Dan anak-anak pun kemudian terdiam.
Saya tidak mengharapkan anak-anak bakalan diam mematung (seperti sekolah jaman dulu, sampai noleh saja takut), tapi saya berharap anak-anak memahami kalau mereka dalam situasi ulangan, tidak ngobrol apalagi saling mencontek.
Dan, sebagai guru pengawas, sudah selayaknya mengawasi anak-anak yang tengah ulangan, dan sebenarnya nggak susah koq buat melaksanakan tugas pengawasan tersebut, tidak harus pasang tampang gahar, galak dan memarahi anak-anak selama ujian berlangsung.
Menjadi pengawas ujian bisa dilaksanakan dengan santai koq, nggak perlu yang harus terlalu tegang, galak, dsb, tapi nggak nyantai gitu juga kali??? Sampai ditinggal tidur segala :|
Anyway, kelar ulangan pas anak-anak meninggalkan ruangan, salah seorang anak berkata
"Tadi pas bapak marah-marah, pak X sampai kaget lho." katanya sambil memperagakan gerakan orang yang lagi.
"Biar..." jawab saya pendek
*padahal dalam hati ketawa ngakak*
Wednesday, 2 October 2013
Antara Ulangan, Ngawurisasi dan Contekisasi
Monday, 30 September 2013
VIIB Awards
Thursday, 26 September 2013
Hari Kunjungan Perpustakaan
Thursday, 19 September 2013
#KAAC 2: Rumpi Usai Sekolah
Ruang perpustakaan lama |