Sekolah

Cerita-cerita yang terjadi di sekolah

Cerita Sehari-Hari

Hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari

Internet

Segala sesuatu yang berhubungan dengan internet dan blogging

Jamban Blogger

Jamban Blogger

Tulisan Jaw merupakan anggota dari Jamban Blogger

Thursday, 31 January 2013

Hati (Harus) Seluas Samudera

Tahun ini adalah tahun ke empat saya menjadi seorang pendidik. Setelah 4 tahun dan dua kali mengajar di tempat yang berbeda, saya semakin yakin bahwa skill/ketrampilan/kecakapan utama yang harus dimiliki oleh seorang pendidik adalah kesabaran yang tak terbatas.

Bayangkan seorang diri menghadapi dan "melawan" sekelompok orang antara 30 - 40 orang dalam satu kelas dengan tingkah polah dan kepribadian yang berbeda-beda. Dan kalau mengajar lebih dari satu kelas berarti tinggal mengalikan jumlah tersebut dan akan menghadapi pula kepribadian dan tingkah polah yang lebih banyak lagi.

Beberapa waktu lalu, saya mendapati tiga orang siswa tengah duduk-duduk di dekat kamar mandi ketika pelajaran berlangsung, sewaktu saya tanya mereka bilang disuruh keluar oleh gurunya karena tidak membawa buku. Saya suruh mereka untuk ke perpustakaan dengan harapan mereka belajar dan tidak menganggu kelas lainnya.

Dengan sedikit menggerutu mereka akhirnya pergi ke perpustakaan, tapi alih-alih belajar mereka malah baca koran dan tiduran. Baiklah... Paling tidak mereka tidak nongkrong di sembarang tempat menganggu kelas yang lain dan mereka ter awasi.

Tak berapa lama kemudian guru mereka datang ke perpustakaan mereka dan kemudian memarahi mereka. Dengan nada yang lumayan tinggi.

Saya bisa memahami perasaan si bapak ini, berempati dengan beliau.

Anak-anak.memang sering kali bandel, mereka susah untuk diberi tahu, dinasehati. Bahkan terkadang atau malah sering kali mereka sengaja menguji kesabaran kita.

Dinasehati, mereka membantah. Dilarang mereka malah melakukan apa yang kita larang. Dan yang sering kali terjadi sering kali memancing emosi dengan tindakan ataupun ucapan-ucapan mereka.

Ditambah lagi dengan sikap orang tua yang cenderung pasrah, tidsk.mau tahu dengan kondisi anak-anaknya ketika di sekolah. Beberapa kali saya bertemu dengan orang tua siswa yang menyatakan "menyerahkan" anak kepada pihak sekolah (mongso borong kalau bahasa Jawanya), menyatakan sudah menyerah menghadapi anaknya. Yang parah bukan hanya orang berpendikan rendah yang menyatakan hal tersebut. Ada juga orang tua berpendidikan tinggi (sarjana) yang mengungkapkan hal tersebut.

Kalau orang tua yang diberikan amanah oleh Allah saja sampai berpikiran seperti itu, bagaimana dengan kami? Mendidik anak adalah kewajiban dari orang tua. Keluarga, sekolah, dan lingkungan adalah agen-agen yang mendukung orang tua dalam mendidik anaknya.

Guru sebagai orang tua kedua selama anak berada di sekolah. Mempunyai kedudukan yang sama dengan orang tua. Jika memang si anak bandel, sudah di nasehati dan tetap saja membandel maka guru boleh memarahi anak tersebut. Jika memang diperlukan adanya hukuman, maka seorang guru boleh menghukum anak tersebut. Dan hal ini berlaku untuk semua guru.

Satu hal yang harus di ingat adalah pengendalian diri dari si guru bersangkutan. Perlakukan anak seperti halnya anak sendiri. Jika harus memarahi ataupun menghukum maka hukumlah siswa tersebut seperti menghukum anak sendiri, hukum dengan kasih sayang, hukuman diberikan dengan tujuan agar si anak jera dan belajar dari kesalahan, bukan menghukum sebagai luapan emosi.

Terkadang, bahkan sering kali muncul perasaan capek, kesal menghadapi mereka, tapi kemudian pikirkan bahwa mereka anak-anak kita dsn tugas kita lah untuk mendidik mereka.

Dan pada akhirnya mereka akan melakukan hal yang sama kepada generasi setelah mereka.

Wednesday, 30 January 2013

Daftar SMK se Kota Surakarta

Berikut daftar SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) se kota Surakarta baik Negeri maupun Swasta lengkap dengan jurusan dan status akreditasi masing-masing. 
(klik pada gambar untuk tampilan lebih jelas)



Sumber: Situs Data Pokok SMK

Tuesday, 29 January 2013

Perpustakaan Sekolah

Seingat saya jaman sekolah dulu, perpustakaan sekolah adalah tempat yang sepi, jarang ada yang datang ke sana (terlebih karena tempatnya nyempil jauh dari mana-mana)

Namun sekarang di sekolah kami perpustakaan termasuk ramai dikunjungi oleh siswa. Baik yang pengen membaca koran, membaca buku atau sekedar duduk-duduk pada saat istirshat.

Ruangan perpustakaan memang tidak terlalu besar, hanya berukuran kurang lebih 3 x 5 meter, dengan adanya rak-rak buku serta meja dan kursi untuk membaca, perpustakaan tidak bisa menampung banyak orang.

Selain sebagai tempat peminjaman buku, perpustakaan kami juga sering kali dipakai untuk "menampung" anak-anak yang terkena sanksi oleh guru.

Beberapa guru menerapkan peraturan siswa-siswa yang tidak mengerjakan PR/tugas disuruh mengerjan di luar. Dan daripada mereka di halaman kelas dan pada akhirnya menganggu kelas lain, akhirnya mereka "di tampung" di perpustakaan.

Selain tidak menganggu kelas lain, mereka juga bisa diawasi dan diberikan pengarahan tambahan jika dibutuhkan.

Kendala dalam pengelolaan perpustakaan sekolah, anak-anak yang biasa ke perpustakaan untuk beristirahat biasanya membawa makanan yang sering kali bungkusnya dibuang sembarangan. Tapi setelah dinasehati (dan dimarahi) akhirnya mereka dengan sadar membuang sampah di tempat sampah depan perpustakaan.

Kendala yang kedua adalah koleksi buku. Anak-anak sekolah kami sangat antusias dengan buku-buku yang ada, terlebih saat ada buku baru baik itu buku fiksi ataupun non fiksi. Tapi setelah beberapa minggu/ bulan berlalu mulai sepi karena buku-buku tersebut sudah dibaca/dipinjam.

Kendala ketiga adalah terbitan harian (koran). Sampai sekarang saya belum bisa menginventaris koran-koran yang ada karena anak-anak sering memintanya baik untuk tugas sekolah ataupun untuk membersihkan ruangan kelas sehabis hujan.

Di luar semua kendala yang ada, it's nice to know that anak-anak masih punya ketertarikan untuk membaca.

Friday, 25 January 2013

Cita-Cita Part II

Materi tentang cita-cita akhirnya kelar diberikan kepada peserta didik. Dimulai dari pengenalan terhadap bakat, minat serta kemampuan diri dan kemudian dilanjutkan dengan perencanaan masa depan.

Awalnya masih banyak yang belum tahu apa itu bakat, apa itu minat masing-masing. Bahkan tak sedikit yang menjawab "Orang lain yang bisa melihat bakat dan minat saya" ketika saya tanya "Bakat/minat kamu apa?"

Tujuan dari pembelajaran adalah memahami materi yang di bahas bersama, dan untuk memahami suatu hal membutuhkan sebuah proses yang panjang yang berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain. Dari sekitar 80 peserta didik, berapa persen yang memahami mengenai kemampuan diri mereka masing-masing dan bagaimana mereka merencanakan masa depan mereka, saya tidak tahu pasti.

Yang jelas mereka sudah mendapatkan pengetahuan akan kedua hal tersebut dan pada akhirnya cepat atau lambat mereka akan memahaminya.

Di akhir pembelajaran saya meminta mereka untuk membuat karangan pendek mengenai cita-cita mereka dan bagaimana cara mereka mencapainya.

Sejauh ini dari sebagian yang sudah saya baca, mereka sudah tahu apa impian mereka dan bagaimana cara mereka untuk meraihnya. Walaupun sebagian masih terkesan bingung dan belum merasa pasti dengan keinginan atau cita-cita mereka

Monday, 21 January 2013

Surat Balasan Untuk @shandya

Klaten, 22 Januari 2013

Dear Shandy,

Terima kasih untuk suratnya. Still excited and speechless kalau baca surat kamu. Surely it's a wonderful surprise :") #TissueManaTissue

Oh iya selamat yang telah jadi selebtwit. Now I can put "knowing a selebtwit" under the achievement in my resume :D

Kabar aku alhamdulillah baik. Sekarang kurusan (tapi perut masib aja ndut >_<). Twmbah narsis (sering ganti2 avatar twitter gegara keasyikan main photo editor di kindle :p). Still and always enjoying my work as a school counselor, dan oh iya sekarang aku jadi pustakawan di sekolahanku yang baru.

I'm sorry to hear what's happen to your cell phone :(
It's a sad indeed g bisa ngobrol sama kamu lewat WA dan seperti yang kamu tau skype ku nggak jelas gitu koneksinya #cry
Seems that I have a bad relationships with skype >_<

As for you plan to go to Solo. I'm excited as well. And it is OK for the delay (that happen several times). I can understand. I supposed it is not the right time yet :D

Bulan Februari tidak ada long weekend (it's a sad). But there is one in March. At 29 to 31 of March. Would it be possible for you to visit me at that date? It's kinda special date for me and I wish that you could be here at that time #Blushing

So many things I want to say to you, exchange stories, blurbing around, or just sit and enjoy the surrounding seperti waktu kita bertemu di Bandung dulu. I'm looking forward for that time.

Yours
Arie

P.S. Thank your for the photo, and off course I still remember foto tersebut. #BlushingSeBlushing2Nya
P.P.S. Would you please check your DM I have a surprise for you :D

Thursday, 17 January 2013

Memanfaatkan Teknologi

Ada pengalaman menarik sewaktu saya piket kemarin. Ada seorang guru yang tidak masuk dan memberikan tugas kepada anak-anak. Seperti biasa kalau ada guru yang tidak masuk maka harus ditunggui oleh petugas piket sampai pelajaran selesai.
Waktu itu mapel yang kosong adalah pelajaran bahasa Indonesia. Anak-anak diberi tugas mengenai singkatan dan akrononim. Dan terjadilah percakapan berikut:
"Pak deperindag singkatan dari apa?" Tanya seorang anak.
"Coba dilihat di buku dulu." Jawab saya sebagai pancingan. Karena kebiasaan sering kali anak-anak malas untuk membaca buku.
"Tidak ada pak." Jawab mereka.
"Coba sini pinjam bukunya." Jawab saya sambil meminta buku kepada salah satu siswa. Saya baca sejenak dan memang tidak ada tertulis kepanjangan deperindag di buku tersebut.
"Deperindag itu singkatan dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan."
Oke... satu pertanyaan bisa dengan mudah saya jawab. Kemudian pertanyaan-pertanyaan lain muncul.
"Signifikan apaan pak?"
"Rusuna singkatan dari apa?"
"Kalau deputi?"
"Direktur apaan pak?"
Waduh... Saya bukan ahli bahasa je... Ndak apal pengertian masing-masing kata. Ngerti sih ngerti tapi kalau disuruh menjelaskan artinya saya ndak bisa.
Untungnya saya bawa kindle saya. Niat awalnya sih tadinya anak-anak sibuk ngerjain tugas, saya nyari dan nyiapin materi BK. Saya cari arti kata-kata tersebut di google dan saya bisa menjawab pertanyaan anak-anak tersebut dengan tepat.
Sebuah contoh sederhana tentang penggunaan teknologi dalam membantu guru dalam mengajar. Teknologi berkembang di satu sisi anak semakin kritis dalam bertanya sementara sebagai seorang pengajar harus bisa memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan siswa tersebut.
Guru bisa memanfaatkan teknologi untuk mempermudah pekerjaannya dalam mengajar. Salah satunya untuk mencari informasi/materi untuk disajikan kepada siswa didik.
Manfaat lain seperti penggunaan OHP untuk menayangkan video atau presentasi/slide yang berhubungan dengan pelajaran. Dan masih banyak lagi kemudahan yang bisa kita dapatkan dengan penggunaan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar.

Wednesday, 16 January 2013

Perkosaan dan Becandaan

Hari-hari ini masih marak lelucon oleh Calon Hakim Agung Daming Sanusi mengenai perkosaan bahwa baik yang memperkosa maupun yang diperkosa sama-sama menikmati hal tersebut.

Becandaan tersebut sebenarnya bukan becandaan baru, ketika saya masih kuliah dulu saya pernah mendengar becandaan yang sama. Namun demikian walaupun becandaan tersebut bukan becandaan baru, bukan berarti pula becandaan tersebut pantas untuk diucapkan. Ada beberapa sebab kenapa becandaan tersebut tidak pantas untuk di ucapkan.

Yang pertama becandaan tersebut bersifat kasar, tidak selayaknya diucapkan oleh orang berpendidikan, terlebih dalam situasi formal. Alasan "untuk mencairkan suasana yang tegang" tidak bisa dijadikan alasan untuk mengungkapkan sebuah lelucon kasar nan buruk.

Yang kedua lelucon tersebut bersifat tendensius dan memojokkan serta menyakiti perasaan korban perkosaan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada fakta mengenai wanita yang hanya mengaku sebagai korban perkosaan, namun sebenarnya mereka melakukan kegiatan tersebut (berhubungan seksual) atas dasar suka sama suka, namun karena ada alasan tertentu akhirnya si wanita melaporkan perkosaan.

Tapi hal tersebut bersikap kasuistik, TIDAK SEMUA pelapor/ korban perkosaan mengalami hal tersebut. Tidak sedikit pelapor/ korban perkosaan yang memang benar-benar dipaksa untuk berhubungan intim (diperkosa). Taruh kata jumlah pelapor palsu lebih banyak dibanding korban sebenarnya, tetap saja data tersebut tidak bisa digeneralisasikan ke seluruh pelapor/korban perkosaan.

Bahkan seumpamanya dari 10 pelapor/korban perkosaan hanya 1 orang yang benar-benar korban perkosaan tetap saja tidak bisa dilakukan generalisasi kasus (saya tidsk tahu persis prosentasenya, angka yang saya tuliskan hanya perumpamaan).

Bayangkan bagaimana perasaan korban perkosaan yang memang benar-benar dipaksa dan diperkosa dituduh bahwa dia juga menikmati hubungan seksual yang terjadi.

Yang ketiga adalah lelucon tersebut merupakan jawaban atas pertanyaaan mengenai hukuman mati untuk para pemerkosa. Pertanyaannya bersifat formal, situasinya juga formal: kegiatan fit and propher test oleh komisi III DPR dalam rangka "ujian" bagi Daming Sanusi sebagai calon hakim agung.

Sebagai seorang yang berpendidikan, mempunyai perasaan (manusia yang mempunyai simpati dan empati) seharusnya Daming Sanusi bisa menempatkan diri, berpikir lebih dalam sebelum mengungkapkan sebuah lelucon.

Tuesday, 15 January 2013

Cita-Cita

Ada pengalaman menarik di bulan kemarin, ketika seorang teman guru bertanya kepada seorang siswa.

"Le, cita-cita kmu apa?" Tanya teman guru.

Kemudian si anak menjawab

"Cita-cita itu apa tho pak?"

Percakapan tersebut terjadi di depan perpustakaan sekolah, sehingga cukup jelas untuk saya dengarkan. Si anak yang ditanya ini siswa kelas 8, cukup pintar (nilainya cukup baik) tapi memang anaknya agak-agak bandel.

Materi mengenai merancang masa depan (cita-cita) saya rencanakan untuk diberikan kepada anak-anak semester dua ini. Tapi agak kaget juga waktu denger si anak menjawab seperti itu.

Kalau melihat lebih dalam mengenai si anak tersebut. Ada banyak hal yang menyebabkan kenapa sampai se umur itu dia masih tahu cita-cita itu apaan dan apalagi kalau disuruh menyebutkan cita-cita dia apa.

Sebuah tantangan untuk mengenalkan cita-cita kepada mereka, mengarahkan mereka untuk menetapkan sebuah tujuan yang ingin dicapai, mumpung mereka masih muda dan perjalanannya masih panjang.

Walaupun nantinya saya rasa tidak sedikit yang cita-citanya berubah di kemudian hari.

Sunday, 13 January 2013

Sarasehan Guru Plus Guru Yang Menulis

Saya mengatahui acara ini dari twitter. Dari awal baca langsung tertarik untuk ikutan acara ini. Gak pake lama saya langsung mendaftar melaluitelepon. Dan tak disangka ternyata cepet juga habis quotanya (Hari Sabtu mendaftar via Telepon, hari Senin mendaftar sekaligus membayar di Solopos dan diberitahu kalau sudah full book).

Acaranya diselenggarakan hari Minggu, 13 Januari 2013 dari pukul 09.30 - 12.00 (+ acara makan siang). Agak kaget juga karena acaranya on time (biasa ikut acara ginian suka molor). Well... Good job buat panitianya.

Acaranya santai, sharing antara nara sumber dengan peserta. More like diskusi terarah kalau saya bilang (emang iya ya?). Sesuai dengan tema acara, diskusinya mengenai guru yang menulis baik menulis buku, artikel maupun opini di media masa serta menulis di media internet (sayang yang terakhir kurang begitu di kupas)

Yang paling menarik tentu saja penulisan buku. Banyak cerita menarik mengenai hal ini, baik dari nara sumber maupun peserta. Ada cerita menyenangkan bukunya diterbitkan dan mendapatkan royalti bagus serta menjadi penulis terkenal. Namun ada juga cerita sedih dari buku tidak diterbitkan, pembayaran royalti yang tidak jelas sampai dengan pencurian ide oleh penerbit.

I would say that I'm a satisfied customer (halah). Maksudnya apa yang saya daparkan sejalan dengan apa yang saya harapkan dari sarasehan ini. Gak merasa rugi menghabiskan waktu di hari minggu untuk belajar/mendengarkan orang berbagi pengalaman menulis. Dan 50 ribu tidaklah mahal untuk ilmu yang saya dapatkan dari acara ini :)

Saturday, 12 January 2013

Penguasaan Kelas

Salah satu ketrampilan/ilmu yang harus dikuasai oleh seorang pendidik dalam menghadapi peserta didik di kelas adalah penguasaan kelas.

Penguasaan kelas kurang lebih berarti bagaimana seorang pendidik mengendalikan situasi dan kondisi yang ada di dalam kelas. Baik itu peserta didik maupun lingkungan pendukungnya.

Berdasarkan pengalaman, penguasaan kelas merupakan ketrampilan tersulit yang harus dikuasai seorang pendidik. Penguasaan kelas tidak bisa dipelajari dari buku/ kuliah. Tapi harus dengan praktek dan butuh waktu untuk menguasai ketrampilan ini.

Penguasaan kelas berhubungan dengan strategi belajar/ mengajar. Sebuah kelas terdiri dari belasan sampai dengan puluhan peserta didik yang berbeda karakternya. Sebagian besar sekolah memang mengelompokkan siswa per kelasnya. Sering kali pengelompokannya berdasarkan ranking (peserta didik dengan ranking tinggi di kelas A, dst).

Dalam prakteknya kepribadian peserta didik tidak hanya di pengaruhi oleh kecerdasan. Tak jarang kita temui peserta didik yang cerdas dan bandel/ suka rame, cerdas dan suka tidur di kelas, kurang cerdas dan bandel/ suka ramai di kelas, kurang cerdas dan suka tidur. Serta masih banyak kombinasi kepribadian lainnya.

Dan seorang pendidik harus bisa menghadapi semua peserta didik dengan berbagai macam kepribadian tersebut. Menurut pengalaman tidak ada rumusan pasti dalam penguasaan kelas. Penerapan metode/strategi belajar/mengajar harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

Sebagai contoh: metode mencatat saat ini bisa digunakan untuk pembelajaran di kelas yang dikenal ramai, namun belum tentu bisa berhasil untuk pertemuan selanjutnya.

Metode mencatat sebagai sebuah metode konvensional sering kali dianggap kurang/tidak bagus dalam pembelajaran. Namun dalam prakteknya terkadang metode ini efektif untuk membuat suasana kelas kondusif dan pembelajaran berlangsung efektif. Mayoritas siswa bisa menangkap materi pembelajaran.

Kesimpulan:
Penguasaan kelas merupakan ketrampilan pendidik yang di dapat melalui pengalaman mengajar. Semua metode/strategi belajar harus dikuasai. Seorang guru somehow harus punya indera ke enam untuk melihat kondisi siswa pada saat mengajar dan cekatan untuk berganti metode mengajar jika metode yang sebelumnya tidak berhasil membuat suasana kondusif.

Thursday, 10 January 2013

Ngobrolin Kurikulum 2013

Dari tahun kemarin saya sudah mendengar tentang perubahan kurikulum di tahun ini, cuman karena waktu itu masih berupa kasak-kusuk antar sesama teman guru, saya kurang memperhatikannya. Memasuki akhir tahun kemarin pemberitaan mengenai perubahan kurikulum ini semakin gencar (terlebih karena saya semakin sering browsing atikel di internet :p)

Sebelum ngobrolin lebih lanjut, ada baiknya kalau membaca dulu Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Baru kemudian mencoba untuk menelaahnya. Dan berhubung saya ada di jenjang SMP, maka saya akan mencoba fokus di jenjang ini.

Yang pertama adalah pengintegrasian mapel TIK dan materi pengembangan diri dengan mapel lainnya. Dengan jelas disebutkan mapel TIK sudah tidak ada lagi, sedangkan BP/BK yang dulunya sebagai mapel penyampai materi pengembangan diri tidak jelas kedudukannya, apakah masih tetap ada ataupun dihilangkan. Ada tidaknya BP/BK disini maksudnya kesempatan konselor sekolah (Guru BP/BK) untuk masuk kelas menyampaikan materi. (Sumber: Halaman 47  Bahan Uji Publik Kurikulum 2013)

Mari kita coba untuk menguraikannya satu per satu. Pengintegrasian TIK dengan mapel lain sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh guru Mapel (walaupun jumlahnya belum banyak), contohnya adalah penggunaan sosial media untuk mengerjakan tugas (PR) oleh beberapa guru (salah satunya pernah diundang oleh salah satu acara TV). Sedangkan pemberian materi pengembangan diri oleh guru mapel pun juga sudah dilaksanakan bahkan sejak jaman saya masih sekolah, terutama untuk pelajaran agama dan PMP (pada saat itu).

Walaupun jumlah mapel yang diberikan kepada siswa berkurang, namun jumlah tatap muka bertambah. Contoh pada mapel UN
Bahasa Indonesia dari 4 jam per minggu menjadi 6 jam per minggu, 
Matematika dari 4 jam menjadi 5 jam per minggu
IPA dari 4 jam menjadi 5 jam per minggu
Bahasa Inggris tetap 4 jam per minggu
(Sumber: Halaman 47 Bahan Uji Publik Kurikulum 2013)

Salah satu alasan dari penambahan jam tersebut adalah karena:

Kecenderungan akhir-akhir ini banyak negara menambah jam pelajaran [Knowledge is Power Program (KIPP) dan Massachusettes Extended Learning Time (MELT) di AS, Korea Selatan]

Sumber Halaman 11 Bahan Uji Publik Kurikulum 2013)

Well... Kalau menurut saya alasan tersebut kurang kuat, karena ada banyak perbedaan antara Indonesia dengan negara lain (AS dan Korea Selatan) termasuk perbedaan kebudayaan, iklim dan lain-lain.

Kemudian masuk ke halaman 25, disitu disebutkan:

Pengembangan diri terintegrasi pada setiap matapelajaran dan ekstrakurikuler

Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah, bukannya emang sejak dulu ekstrakurikuler itu diadakan di sekolahan sebagai sarana pengembangan diri peserta didik? Peserta didik diarahkan untuk mengenai dan mengembangkan minat dan bakat yang dia miliki melalui kegiatan ekstra kurikuler.

Berlanjut ke halaman 25, disitu disebutkan:

Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat

Saya ingat ketika saya bersekolah dulu, guru biologi saya sering membawa kami ke taman sekolah untuk belajar biologi. Demikian juga guru IPS dan Kewirausahaan di sekolah tempat saya mengajar beberapa kali membawa peserta didik ke pasar untuk belajar mengenai jual beli dan wawancara para pedagang (yang merupakan bagian dari pembelajaran)

Masih di halaman yang sama, disebutkan pula

Guru bukan satu-satunya sumber belajar.

Sejak lama guru-guru yang kreatif menggunakan media/ orang lain sebagai sumber pembelajaran. Menghadirkan seorang narasumber di kelas, ataupun penugasan kepada peserta didik untuk mencari informasi di media ataupun orang lain. Walaupun memang belum semua guru melakukan hal ini.

Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan

Masih ada yang ingat sejak kapan ada istilah dalam bahasa Jawa yang berbunyi "Guru kuwi di gugu lan di tiru" - Guru itu untuk di dengarkan/di taati dan ditiru.

Masuk ke halaman 26, disebutkan

Perlunya ekstra kurikuler partisipasi aktif siswa dalam permasalahan kemasyarakatan (menjadi bagian dari pramuka)

Beberapa sekolah sudah rutin melaksanakan bakti sosial pada saat-saat tertentu entah ketika ulang tahun sekolah, bulan Ramadhan menjelang Idul Fitri, ketika Idul Adha ataupun ketika hari-hari tertentu yang melibatkan siswa dalam kegiatan tersebut.

Nah kalau begitu kemarin-kemarin peran BP/BK apa dong? Kebanyakan orang menganggap BP/BK adalah mengurusi anak-anak nakal, memberikan hukuman terhadap siswa yang bermasalah, padahal tidak demikian adanya. BP/BK memberikan pelayanan terhadap siswa berupa konseling, pengembahan kehidupan pribadi maupun sosial, sebagai mediator serta memberikan advokasi terhadap siswa.

Beberapa sekolah memberikan jam mengajar kepada guru BP/BK (guru masuk ke kelas dan memberikan materi) namun ada juga sekolah yang tidak memberikan jam mengajar kepada guru BP/BK. Contoh materi yang diberikan oleh Guru BP/BK antara lain penyesuaian diri di sekolah yang baru, bagaimana belajar yang baik, meningkatkan prestasi sekolah, perkembangan remaja (termasuk di dalamnya perubahan fisik, menstruasi, mimpi basah, dll), kenakalan remaja (diantaranya penyalahgunaan narkoba, seks bebas, tawuran, dll).

Beberapa materi berhubungan dengan mapel lain, semisal perkembangan fisik remaja (menstruasi dan mimpi basah) juga ada pada mapel Biologi, sedangkan bahaya narkoba dan seks bebas terdapat pada mapel penjaskesorkes.

Kembali ke Kurikulum 2013. Satu hal yang menguntungkan bagi guru adalah bahwa sekarang guru tidak lagi repot membuat silabus (sumber: kompas.com).

Kesimpulan yang bisa saya tarik setelah membaca Bahan Uji Publik Kurikulum 2013 adalah kurikulum 2013 diharapkan/ditujukan agar baik peserta didik maupun guru/pengajar lebih kreatif dan terampil. Namun sayangnya apa yang dilakukan dengan adanya penggantian kurikulum ini kurang tepat, karena banyak kerancuan. Bahkan timbul kesan bahwa pendidikan sekarang lebih menekankan pada pelajaran eksakta (mapel UN) dan mengesampingkan aspek pengembangan diri dengan dihilangkannya/digabungkannya Pengembangan Diri dengan mapel lain.

Friday, 4 January 2013

Persiapan UN

Ujian Nasional sampai sekarang masih menjadi tolak ukur utama ketuntasan siswa dalam menyelesaikan studinya (kelulusan) tiap tingkatan (SD - SMP - SMA).

Dan untuk menghadapi Ujian Nasional tiap sekolah mempunyai strategi masing-masing. Begitu juga di sekolah kami. Strategi pertama dan yang bisa dipastikan dilakukan oleh setiap sekolah adalah penambahan jam pelajaran khusus materi UN (Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan Bahasa Inggris) masing-masing pada jam ke nol dan jam ke 10 (sebelum dan sesudah jam pelajaran reguler). Penambahan jam belajar juga dilakukan sewaktu liburan semesteran kemarin. Khusus untuk siswa kelas 9 jatah libur mereka berkurang 1 minggu dipakai untuk jam tambahan.

Strategi yang kedua adalah try out (uji coba) ujian materi UN. Ty out ini direncanakan dilakukan beberapa kali. Materi try out nya sendiri ada yang dibuat oleh guru mapel dan ada juga yang dari Diknas. Try out dimaksudkan agar anak terbiasa dengan kegiatan UN dari mulai cara pengerjaan, pembagian waktu sampai dengan suasana try out diusahakan semirip mungkin dengan kegiatan UN beneran.

Strategi berikutnya adalah Klub Motivasi. Seluruh siswa kelas 9 dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok di dampingi oleh seorang motivator (guru). Seperti halnya namanya tugas motivator disini adalah memberi dukungan dan semangat kepada semua siswa bimbingannya. Agar tetap bersemangat namun juga tidak stress dalam menghadapi UN.

Dengan adanya pengelompokan Klub Motivasi ini diharapkan tidak ada anak yang "tertinggal" atau (merasa) tidak diperhatikan atau tidak diberi perhartian sehubungan dalam persiapan menghadapi Ujian Naaional

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites