Sekolah

Cerita-cerita yang terjadi di sekolah

Cerita Sehari-Hari

Hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari

Internet

Segala sesuatu yang berhubungan dengan internet dan blogging

Jamban Blogger

Jamban Blogger

Tulisan Jaw merupakan anggota dari Jamban Blogger

Monday, 30 September 2013

VIIB Awards



Hari ini anak-anak mulai UTS, dan sewaktu saya memasuki ruangan kelas untuk menjadi pengawas UTS di ruangan tersebut, saya lihat anak-anak berkerumun di depan kertas yang tertempel di tembok belakang kelas.

Setelah saya dekati ternyata itu adalah pengumuman VIIB Awards. Seperti yang ada pada gambar, "penghargaan" yang diberikan cukup beragam, dari mulai Mr. & Miss. Diligent, sampai dengan Mr. & Miss. Bad Attitude.

Menarik sekali apa yang dilakukan oleh wali kelas VIIB ini, kalau diperhatikan "penghargaan" yang diberikan bukan hanya untuk perilaku baik saja, atau perilaku tidak baik saja, tapi kedua-duanya. Ada "penghargaan" untuk anak-anak yang rajin, ada pula "penghargaan" untuk anak-anak yang malas.

Kurang tahu juga apakah selain mendapatkan gelar tersebut anak-anak juga mendapatkan penghargaan fisik (piala, piagam atau yang lainnya), tapi yang jelas menurut saya apa yang dilakukan wali kelas VIIB ini sebuah langkah yang positif. Anak-anak yang mendapatkan gelar positif akan berusaha untuk mempertahankan gelar tersebut, sementara anak-anak yang mendapatkan gelar negatif akan merasa malu, sungkan dan pada akhirnya berusaha untuk mengubahnya dan semua anak akan berlomba-lomba untuk mendapatkan gelar positif.

Suatu hal sederhana yang patut untuk ditiru wali kelas lainnya :)

Thursday, 26 September 2013

Hari Kunjungan Perpustakaan


Jujur saja saya baru tahu kalau tanggal 14 September kemarin diperingati sebagai Hari Kunjungan Perpustakaan, dari artikel di koran dan beberapa twit yang saya baca. Wel OK... I must admit that I'm not a good librarian (lagi pula postingan ini telat pula).

Bicara tentang kunjungan ke Perpustakaan, saya bersyukur karena dengan segala keterbatasan yang dimiliki perpustakaan sekolah, minat anak-anak untuk mengunjungi, membaca dan meminjam buku di perpustakaan sekolah cukup tinggi. Bukan hanya anak perempuan saja yang datang ke Perpustakaan, namun tidak sedikit juga anak laki-laki yang berkunjung ke Perpustakaan sekolah.

Untuk anak laki-laki kebanyakan datang ke Perpustakaan untuk membaca surat kabar, terutama bagian olah raga (berita sepak bola yang paling diminati). Sementara untuk anak-anak cewek bervariasi dari mulai belajar (ngerjain PR), baca majalah dan baca buku-buku sastra.

Sama kayak orang jualan, perpustakaan pun ada saatnya sepi, ada pula saat ramai kunjungan. Biasanya anak-anak banyak yang ramai ke perpustakaan kalau ada buku baru dan atau ada tugas dari guru mereka.

Satu hal yang sampai sekarang saya sayangkan sebagai pengurus perpustakaan adalah sangat jarangnya kunjungan dari guru ke perpustakaan. Paling banyak kunjungan guru ke perpustakaan adalah saat awal tahun ajaran, itupun untuk menanyakan apakah buku paket/ LKS sudah ada dan dibagi ke anak-anak atau (karena saya yang mendapat tugas untuk itu).

Untuk mensiasati hal tersebut, sekolah mencoba "mendekatkan" perpustakaan kepada guru dengan membuat sebuah perpustakaan mini berupa lemari kaca yang diisi sample buku perpustakaan, dan buku-buku referensi guru. Namun sayangnya, kurang diminati pula.

Well... At least sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi semuanya, dan yang paling disyukuri anak-anak yang katanya generasi malas membaca masih banyak yang datang ke perpustakaan. 

Thursday, 19 September 2013

#KAAC 2: Rumpi Usai Sekolah

Ruang perpustakaan lama

Awalnya hanya ada satu orang asisten perpustakaan, sebuh saja namanya Titi. Namun dengan berjalannya waktu si anak ini sibuk bener, akhirnya saya minta dia untuk mengajak 2 orang temannya untuk menemani dia, sebut saja namanya Tuti dan Tati.

Entah bagaimana caranya dari 3 orang itu akhirnya "berkembang" menjadi 5 orang, 2 orang sukarela ikut bantuin tanpa harus saya minta. Sebut saja namanya Tita dan Tina.

Agar tidak menganggu kegiatan belajar mengajar mereka, maka "jam kerja" mereka saya batasi, pagi hari sebelum saya datang (buat berjaga-jaga kalau ada yang pinjam pagi-pagi) dan seusai sekolah.

Untuk tugas yang saya berikan pun juga tidak terlalu banyak. Kalau kemarin pas penataan buku memang cukup banyak kerjaan mereka dari menyampuli sampai dengan pendataan buku, tapi sekarang tinggal pendataan peminjaman dan pengembalian buku saja (itupun terkadang sudah saya kerjakan karena jumlah peminjam yang sedikit).

Ngomong-ngomong soal kegiatan seusai pelajaran, sering kali saya mengingatkan mereka untuk tidak pulang terlalu sore.

"Udah setengah tiga, hayuk pulang"

Atau kalau enggak

"Udah, klo kerjaannya belum selesai, dilanjutin besok nggak apa-apa."

Pertama kasihan juga klo mereka pulang kesorean, yang kedua ntar klo sampai orang tuanya marah-marah kan berabe? 

Namun ternyata mereka punya jawaban sendiri.

"Nggak papa koq pak, daripada di rumah nggak ada kerjaan." Kata si Tuti

"Ntar pak masih asyik." Kata si Tati.

Yah, tsudahlah selama mereka enjoy dan tidak menganggu sik.

Nah... Bicara soal asyik, ternyata emang bener, kalau mereka sudah berkumpul, berasa dunia milik mereka berlima. Kalau kata orang dua orang wanita bertemu jadilah pasar, maka bayangkan kalau 5 orang wanita bertemu, begitu gaduh dan hebohnya mereka.

Dan hebatnya lagi, obrolan mereka itu bisa kemana-mana. Diawali dari kejadian di kelas, entah itu ulangan harian atau yang lainnya, kemudian obrolan mengarah ke salah satu/beberapa cowok yang ada di sekolah, daaaan... kemudian ngobrol tentang acara TV.

Saya cuman bengong ngeliatin sambil garuk-garuk kepala dari meja sirkulasi. Pantes aja mereka betah berlama-lama disini ^_^;;;;;;


Jujur saja kadang bingung dan susah ngikutin alur pembicaraan mereka, namun sisi positifnya mereka lebih terbuka, kalau ada apa-apa lebih bebas untuk curhat, dan saya sendiri juga bisa mendampingi mereka, memberi masukan dan mengarahkan jika memang dibutuhkan.

Monday, 9 September 2013

My Little Emotional Journey



Setelah tertunda sekian lama, akhirnya hari Sabtu keinginan saya untuk "kembali ke masa lalu terlaksana juga", kekhawatiran mengenai waktu ternyata dapat dengan mudah diselesaikan. Saya hanya perlu ijin kepada wakasek kurikulum untuk pulang lebih awal, dan tanpa perlu persyaratan dan prosedur yang rumit, ijin pun di berikan.

Dari sekolah saya berangkat kurang lebih pukul 11.30. Perjalanan menuju Polokarto, yang semula saya pikir akan menghabiskan waktu 30 (bahkan lebih), ternyata hanya menghabiskan waktu tidak lebih dari 30 menit. 

Menyusuri lagi jalanan yang dulu hampir tiap hari saya lalui (well... dulu biasanya saya lewat jalur lain, bukan jalur yang ini). Sudah setahun berlalu, ada banyak hal yang berubah, penambahan bangunan di sana sini, namun banyak hal juga yang masih tetap seperti dulu.

Termasuk sekolah lama saya. Memasuki gerbang (yang ternyata masih saja tetap sama), menyeruak perasaan... senang (?) kembali menginjakkan kaki ke tempat yang telah menempa saya selama 3 tahun kemarin, tempat dimana saya banyak belajar (dan masih banyak lagi yang harus saya pelajari).

Sempat muncul kekhawatiran kalau saya akan mengganggu (bagaimanapun juga saya datang pas jam kerja), namun saya salah, sambutan hangat saya dapatkan dari mantan teman-teman sekerja saya, terlebih dari partner in crime saya. It's so good the see them again.

Sempat juga bertemu dengan Mr. T, walaupun tak sempat ngobrol banyak karena beliau keburu masuk kelas untuk mengajar.

Dan anak-anak itu... It's unspeakable, un-describable.

Bukan sambutan heboh dari mereka yang membuat saya bahagia, tapi melihat kembali wajah mereka, senyum lebar mereka. It's more than anything.

"Pak guru masih ingat saya nggak?" Tanya seorang anak sambil mengajak salaman.

Saya cuman nyengir bego, dan kemudian menjawab

"Jujur kalau untuk nama saya banyak yang lupa, tapi untuk wajah saya masih ingat jelas."

Saya tinggalkan mereka ketika mereka naik ke kelas 8, dan sekarang mereka kelas 9, banyak hal yang berubah dari mereka, terutama secara fisik.

"Gpp pak, orang sesama kelas 9 aja banyak yang nggak apal nama koq." Kata seorang anak dengan cueknya.

Dan saya cuman bisa tersenyum malu menanggapinya.

Saya ngobrol banyak dengan mantan rekan saya waktu itu, bahkan bisa dikatakan saya datang untuk ngobrol bareng dia. Tak terasa hampir dua jam kami ngobrol. And again, it's so good to see her again, to talk to her. Dan yang paling menyenangkan adalah saya masih bisa melihat semangat yang menyala di mata dia.

Banyak hal yang terjadi, banyak hal yang telah di lalui, hal-hal positif, dan terlebih hal-hal negatif yang mencoba merusak segalanya. But somehow she's survive dan dia hanya membutuhkan sedikit tambahan support agar lebih kuat lagi.

And last but not least, keinginan saya akhirnya terwujud juga, passing the tradition to her.

Semoga segala sesuatunya menjadi lebih baik dari hari ke hari. 

Terima kasih alam semesta, untuk semuanya :)


Related post: Saya Juga Kangen 

Saturday, 7 September 2013

Kisah Ibu dan Sales


Pagi tadi, ada sales yang datang ke sekolahan menawarkan minuman probiotik dagangannya. Waktu itu usai istirahat sholat dhuha, ketika dia datang.

Ngeliat mas-mas sales ini, saya jadi keingat kejadian beberapa tahun lalu, waktu itu ada beberapa sales peralatan listrik yang masuk ke kampung kami, dan rumah kami salah satu yang didatangi oleh salah satu sales tersebut, dan ibu saya yang "melayani" sales tersebut.

Biasanya kan orang melayani sales itu di beranda depan, atau bahkan tak jarang di depan pintu pagar. Tapi tidak oleh ibu, beliau mempersilahkan sales tersebut untuk masuk ke ruang tamu dan kemudian ngobrol di sana. Dari dalam cuman bisa bengong ngeliatnya.

Tak berapa lama berselang, ibu berkata kepada saya

"Le, mbok dibikinkan mie untuk salesnya."

Kebetulan di rumah lagi nggak ada apa-apa, dan semangkok mie instant cukup pantas untuk dihidangkan.

"Kenapa sih bu? Kan cuman sales ini, koq sampai segitunya." kata saya dengan penuh tanya.

"Kasihan Le, dia udah seharian capek muter-muter jualan." kata si ibu.

Kemudian beliau melanjutkan.

"Ibu jadi keinget sama kakak kamu, dia kan kerja sales juga?"

Ah ibu... Kakak saya memang kerja sebagai agen asuransi dan kerjaannya menawarkan jasa asuransi, so basically it's the same. Tak salah kalau ibu menyamakan keduanya.

"Jangan lupa kasih telor ya, sama nanti bawain nasi juga."

Kata ibu menambahkan ketika saya hendak memasak mie buat si mas sales.

Bertahun-tahun berselang, kejadian itu masih dengan mudah bisa saya ingat, dan pagi ini seakan-akan kejadian yang telah lama tersebut terpampang nyata (tanpa cetar membahana) di depan mata saya.

Saya nggak terlalu memperhatikan si mas sales yakult ini (yah kesebut deh akhirnya), karena perhatian saya terbagi dengan seorang guru yang tengah melaporkan kejadian di kelas. But somehow he reminds me of the one from the past.

Mungkin sekolah kami merupakan tujuan pertama dia hari ini, mungkin dagangannya belum ada yang laku hari ini, terbukti ketika saya beli satu dia kesulitan untuk mencari kembaliannya. Well... Semoga dagangannya laris ya mas :)

Btw jujur, seumur-umur baru pertama kali ini beli dan minum yakult, lumayan enak juga :p

Wednesday, 4 September 2013

#KAAC Kisah Asisten-Asisten Centil I


Masih ingat cerita saya tentang Asisten Perpustakaan? Well... Nggak ada yah? Yaudah klo gitu *kemudian merenung di pojokan perpus*

Untuk membantu tugas di perpustakaan, saya meminta 3 orang siswi menjadi asisten saya, dengan berbagai tugas lah pokoknya. Dan bekerjasama dengan mereka ternyata banyak sekali cerita, kadang nyenengin, bikin ketawa, terkadang juga nyebelin (nggak nyebelin-nyebelin  amat sih, toh akhirnya ketawa juga ngeliat mereka).

Jadi... Saya rasa sudah sepantasnya mereka punya "kapling" khusus di blog saya ini (beuh... bahasanya).

Nah ceritanya pagi ini ada guru yang datang ke perpustakaan untuk pinjam buku (langsung gelar tikar merah - karpet merahnya lagi di pinjam - dan tebar-tebar convetti dan nangis terharu saking girangnya ada guru yang ke perpustakaan untuk pinjam buku) #Lebay #PakeBanget.

Beliau saya persilahkan untuk memilih sendiri buku di rak, sementara saya menunggu di meja sirkulasi. Tak berapa lama, beliau datang sambil membawa buku.

"Pak ini, buku Fisika deh, bukan buku bahasa Inggris." Katanya sambil memperlihatkan buku Fisika yang berbahasa Inggris.

"Oh... Mungkin itu anak-anak habis baca terus menaruhnya di rak bahasa Inggris bu." kata saya sambil tersenyum.

"Tapi ini kodenya koq bahasa?" katanya lagi

"Eh apa iya?" 

Terus saya lihat bukunya, dan ternyata bener, bukunya dimasukkan dalam kategori bahasa. Kemarin sewaktu mendata buku, saya meminta anak-anak untuk bantuin. Saya yang mencarikan DDC nya, ada yang membantu men-stempel, menempel stiker dan menulis data buku, sebagian lagi mencatat di buku besar dan menyampuli.

Nah... Yang kebagian tugas menempel stiker & menulis buku mengira buku tersebut buku bahasa Inggris, sehingga dia memasukkannya ke dalam kategori bahasa. Yah... Salah saya juga sih nggak nggasih tau mereka.

#PukPukBukuYangSalahKamar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites