Sekolah

Cerita-cerita yang terjadi di sekolah

Cerita Sehari-Hari

Hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari

Internet

Segala sesuatu yang berhubungan dengan internet dan blogging

Jamban Blogger

Jamban Blogger

Tulisan Jaw merupakan anggota dari Jamban Blogger

Tuesday, 23 July 2013

Pindahan Perpus


Akhir tahun ajaran kemarin, rencana saya untuk perpustakaan adalah menyelesaikan administrasi buku BSE/Paket (mengurutkan, membagi sesuai kelas, dan menyiapkannya untuk dibagi ke anak-anak di awal tahun ajaran berikutnya), selain itu juga membenahi administrasi perpustakaan lain seperti menyiapkan kartu anggota, pengelompokan buku, penyampulan buku dan masih ada beberapa lagi yang lainnya.

Namun sayang, rencana tinggal lah rencana, karena negara api menyerang... #Halah

Well... Rupanya Kepsek punya rencana lain. Jadi beliau punya rencana untuk mengubah setting tempat, dari mulai ruang kelas, ruang guru, UKS, ruang kepsek dan tidak ketinggalan ruang perpustakaan.

Ruang perpustakaan kena gusur di samping aula. Lebih jauh dan terpencil dibanding ruangan sebelumnya. The good news is, ruangan yang baru lebih luas daripada ruangan yang lama (sekitar 1,5 kali lipatnya ada kali ya). Pasti seneng dong...

Memindahkan semua isi perpustakaan ke ruangan yang baru tidaklah sulit, terlebih dilakukan sebelum bulan Ramadhan dan dibantu oleh anak-anak OSIS yang sengaja di minta untuk datang. Yang kemudian sedikit banyak menjadi masalah adalah penataan lagi semua buku-buku.

Buku-buku BSE yang awalnya udah diurutkan, sekarang menjadi berantakan lagi, demikian juga dengan buku-buku lainnya, bercampur antara kategori satu dengan yang lainnya.

Namun demikian ada juga keuntungan dari pindahan ini, selain mendapatkan ruang yang lebih luas, perpustakaan juga mendapatkan rak buku yang lebih banyak, sehingga mudah dalam memilah buku sesuai dengan kategori, selain itu ketahuan buku-buku yang belum terdaftar, buku-buku yang belum diberi stiker dan juga penyampulan.

Selama dua minggu pertama masuk ini disibukkan dengan kegiatan-kegiatan tersebut. Agak-agak ribet juga karena tuntutan dari beberapa guru mapel pengguna buku paket/BSE yang meminta untuk segera dibagikan kepada anak-anak (well... Itu sepenuhnya hak mereka sih, but please toleransi dong yah, satu dua kali mengajar tanpa siswa membawa buku bisa kan yah?).

Belum lagi semua selesai, giliran LKS yang masuk, harus segera di distribusikan kepada anak-anak. Yang nggemesinnya tuh LKS datangnya tidak sekaligus, tapi bertahap (dan sampai sekarang juga belum semuanya datang). Huftable moment deh ^_^;;;;;

Untungnya saya punya 3 orang asisten yang antusias, mereka bisa membantu saya dalam mendata anggota baru perpustakaan (dari siswa kelas 7 yang baru) sekaligus mengisi kartu perpustakaan. Mereka juga membantu saya dalam mendata buku serta menyampuli buku-buku.

Sedikit banyak mereka membantu meringankan beban saya, walaupun pada awal-awalnya kerjaan mereka agak-agak kurang rapih (dalam menyampuli buku misalnya), tapi setelah diarahkan lama-lama hasilnya rapih juga.

Sekarang bisa sedikit bersantau mengawasi sambil mengarahkan kerjaan mereka :D

Oh iya, ini pojokan meja sirkulasi tempat peminjaman dan pengembalian buku. Kemaruk yak, sampe butuh 3 meja segala :P



Wednesday, 17 July 2013

Hari Pertama Masuk Sekolah


Awal tahun ajaran baru telah di mulai, dan tradisi di sekolah kami hari pertama masuk sekolah diawali dengan acara apel bersama yang diisi dengan pengarahan dari kepala sekolah, dilanjutkan dengan penyerahan hadiah, baik untuk rangking (pararel) tiap tingkatan, maupun penyerahan hadiah untuk lomba-lomba yang diadakan ketika class meeting di akhir tahun ajaran kemarin.

Ketika acara apel tersebut, terlihat beberapa anak yang yang mempunyai rambut tidak sesuai dengan ketentuan sekolah, ada yang di warnai ada juga yang panjangnya melebihi ketentuan (dan sebelumnya sempat ada masuk laporan dari penjaga sekolah mengenai hal ini).

Pada awalnya tidak ada yang mau maju kedepan, namun setelah dipilih oleh beberapa guru, akhirnya di dapati ada 18 orang anak yang tidak sesuai ketentuan sekolah.

Sebelum dilakukan tindakan, anak-anak di beri pengarahan terlebih dahulu, bahwa aturan sekolah mewajibkan mereka untuk merapikan penampilan (termasuk potongan rambut) serta melarang siswa untuk mewarnai rambutnya (walaupun itu cuma sedikit).

Seperti biasa, pada awalnya banyak yang protes. Dari yang membela diri rambutnya hanya di cat sedikit, tidak ada waktu/ belum sempat potong, minta diperingatkan dulu sebelum dilakukan penindakan, dll, dll.

Dengan kondisi siswa yang "super" seperti ini, sekolah memang ketat dalam menerapkan peraturan sekolah. Selama setahun kebelakang, sudah berkali-kali anak-anak diingatkan mengenai peraturan sekolah, dan sudah seharusnya lah mereka menyiapkan diri sebelum masuk sekolah untuk merapikan penampilan mereka. Waktu libur yang selama hampir 3 minggu kemarin lebih dari cukup bagi mereka untuk potong rambut, sehingga alasan tidak sempat untuk potong rambut tidak bisa diterima.

Tindakan yang kami ambil untuk mereka ber 18 adalah memotong gundul rambut mereka. Sekali lagi, masih saja ada anak yang mengeluh atau protes terhadap sanksi yang dikenakan kepada mereka. Bahkan ada yang merasa tidak terima. 

The thing is, pihak sekolah bukannya bertindak semena-mena, namun sekolah mengajarkan kedisiplinan kepada siswa-siswi kami. Dengan latar belakang kebanyakan siswa dari kalangan menengah kebawah, banyak dari mereka yang 'kurang terurus" oleh keluarga, tidak/kurang diajari kedisiplinan oleh keluarga di rumah, bagaimana mereka nantinya kalau di sekolah pun tidak diajari kedisiplinan?

Bagaimanapun juga ketika mereka besar nanti, mereka akan menghadapi aturan dan hukum dimanapun mereka berada, entah di lingkungan sekolah, rumah, ataupun negara. Dimana hukum dan peraturan yang ada tersebut harus di patuhi. Dan salah satu sifat dari hukum/peraturan adalah mengikat.

Sekolah tidaklah merasa senang untuk melakukan penindakan tersebut, mengunduli anak-anak bukanlah sesuatu yang menyenangkan bagi kami, kami akan lebih senang jika anak-anak cukup diperingatkan sekali, dua kali dan mereka mematuhi peraturan yang ada.

Penindakan/ sanksi/ hukuman bagi mereka berupa penggundulan ini sekali lagi dimaksudkan agar mereka belajar mengenai kedisiplinan dan mematuhi aturan serta tata tertib, sehingga nantinya ketika mereka sudah dewasa mereka bisa menerapkannya dalam kehidupan mereka serta mengajarkannya kepada generasi selanjutnya.

Tanggapan dari orang tua siswa kebanyakan bisa menerima "sanksi" penggundulan tersebut, bahkan ada siswa yang bilang, 

"Bapak ibu malah senang koq pak." 

Well... Kami berharap orang tua memahami bahwa apa yang kami lakukan adalah sebuah bentuk pembelajaran bukan hanya sekedar pemberian hukuman.

Namun demikian ada juga yang tidak terima, menelepon ke sekolah marah-marah tidak terima anaknya di gunduli. The funny thing is, ketika ditanya beliau siapa dan orang tua/wali dari siswa siapa, dia tidak mau mengaku. Dan ketika keesokan harinya ada orang tua/wali siswa yang datang ke sekolah untuk protes (mungkin wali yang sama dengan yang menelepon kemarin?). Setelah dijelaskan panjang dan lebar, beliau masih belum menerima (yang menerima wakasis), dan lucunya lagi alasannya adalah karena kesalahan anaknya tidak seberapa dan (menurut beliau) masih ada anak yang luput dari penindakan kemarin. 

Well... Huftable banget kalau menghadapi orang tua/ wali seperti ini, sangat dimungkinkan ada satu atau dua anak yang terlewat tidak "tertangkap" oleh sekolah, dan saya tidak akan berargumentasi mengenai hal tersebut. Namun yang paling bikin menghela napas adalah argumentasi beliau bahwa kesalahan anaknya tidak seberapa.

Well... After all, yang kami lakukan hanyalah memotong rambut mereka, yang nantinya akan tumbuh lagi, sebuah sanksi yang tidak menurut penilaian kami tidak berat.

Satu hal, menghadapi orang tua siswa memang tidak lah mudah, tiap orang mempunyai pemikiran masing-masing. Pernah suatu saat saya bertemu dengan orang tua siswa dan beliau menyadari mengenai kondisi anaknya, dan meresa bahwa sanksi yang diberikan kurang tegas/keras. Sementara orang tua yang lain, seperti yang saya sampaikan diatas, sedangkan yang lainnya lagi mempunyai sifat bervariasi dari yang pertama sampai yang kedua.

Sunday, 14 July 2013

Challange Accepted

Masih ingat dengan bapak tukang jahit di tulisan saya dulu? Well... Cerita tentang beliau masih berlanjut. Dan berikut ceritanya.

Saya mempunyai sarung yang sudah lama tidak dipakai karena sobek. Sayang untuk dibuang karena saya suka warnanya, sempat kepikiran untuk menjadikannya sarung bantal atau korden, but alas... karena tidak punya mesin jahit akhirnya urunglah niat saya tersebut.

Nah... Kemarin habis vermak celana ke si bapak penjahit, muncul ide

"Seru nih kalau dibikin celana pendek."

Saya pun kemudian membawanya ke si bapak.

"Pak, bahan ini klo dijadiin celana pendek bisa jadi dua tidak?"

Si bapak kemudian melihat bahannya dan kemudian berkata.

"Wah... Nggak bisa mas."

"Masak sih? Diginiin nggak bisa?" Kata saya nggeyel sambil melipat sarungnya jadi empat bagian.

"Nggak bisa mas, soalnya ntar motongnya gini, trus gini trus gini." Kata si bapak menjelaskan dengan detail.

"Howgh... Yaudah klo gitu..." Kata saya sambil manggut-manggut menerima penjelasan si bapak.

Well... Yaudah lah yah ternyata nggak bisa, ikhlasin aja :D

Etapi si bapak masih meneruskan penjelasannya.

"Jadi gini mas, gitu gini gitu." Si bapak menjelaskan lagi panjang lebar.

Iya bapaaak... Saya nggerti dan bisa menerima penjelasan bapak. Kata saya dalam hati gemes ngeliat si bapak. Berasa denger kuliah deh.

Daaan... Kemudian terbersit sebuah ide.

"Tapi klo satu celana cukup nggak pak?"

"Klo satu celana cukup sih..."

"Yaudah klo gitu, bikinkan saya satu celana, panjangnya dibawah dengkul bisa? Modelnya kayak yang kemarin, lurus aja, nggak pake lipatan, tapi saku belakangnya tempel, trus dikasih saku bagian kanan dan kiri celananya." kata saya merepet.

"Bisa, sisa bahannya cukup banyak koq." Kata si bapak kalem.

"Trus jadinya kapan?"

"Uhmm..." si bapak mikir sejenak.

"Sebulan yah?"

"Yah bapak, jangan lama-lama soalnya awal bulan saya mau pake." (saya kesananya akhir bulan kemarin).

"Gimana ya... Banyak jahitan anak sekolah sama buat lebaran..."

"Yah bapak..." kata saya sambil pasang muka semanis mungkin.

"Iya deh..." Kata si bapak akhirnya

Daaaan... Inilah hasil jahitan si bapak, not bad at all right? :D

Friday, 12 July 2013

Pengumuman Pemenang Event SPMPPD


Terima kasih untuk teman-teman yang telah mengikuti event yang saya adakan, mengenai sharing pengalaman menangani permasalahan peserta didik. Yang kedua, mohon maaf baru sekarang saya mengumumkan pemenangnya. Terima kasih juga untuk Warung Blogger yang telah membantu saya dalam mempromosikan event ini.


Sebagai pengajar (baik pendidikan formal maupun non f0rmal), kita pasti akan menghadapi berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Apapun mapel yang kita ajarkan dan siapapun siswa yang kita ajar.

Berdasarkan hal tersebut lah maka saya mengadakan even ini. Lebih kepada saling berbagi pengalaman dengan harapan pengalaman kita bisa menginspirasi teman-teman yang lain ketika menghadapi permasalahan yang kurang lebih sama/ mirip. 

Dan sebagai apresiasi saya terhadap teman-teman yang telah berbagi cerita, saya sediakan dua buah buku yang saya punyai yang nilainya tidak seberapa (kedua buku tersebut masih bisa dengan mudah kita dapatkan di toko-toko buku). Dan karenanya saya juga tidak memberikan syarat-syarat yang terlalu belibet.

Karena keterbatasan saya, sementara hanya ada 2 buku yang saya bagi kepada teman-teman. Dan berdasarkan kriteria, maka ada cerita yang saya pilih, dan berikut adalah kedua pemenangnya:

  1. Rini Ramli dengan tulisan berjudul Aktif dan Kreatif Harus, mendapatkan buku Sarinah, Kewadjiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia karangan Ir. Soekarno
  2. Izzatul Millah  dengan tulisan berjudul Rendezvous VS Iwak Peyek (The Importance of Positive Learning Environment). Mendapatkan buku berjudul Totto Chan: Gadis Cilik di Jendela" karangan Tetsuko Kurosagi.

Mohon kepada mbak Rini Ramli dan mbak Izzatul Millah untuk konfirmasi alamat lengkap pengiriman kepada saya, bisa melalui DM twitter ke @Jaw_Ari atau melalui email ke jawari.mafnun[at]gmail.com.

Buku akan saya kirim melalui PT. POS setelah saya menerima konfirmasi dari mbak Rini dan mbak Izzatul. Oh iya pengalaman kalau kirim surat/barang melalui jasa PT. POS, tak ada salahnya untuk mencantumkan nomor yang bisa dihubungi.

Sekali lagi terima kasih untuk teman-teman yang telah berpartisipasi, insyaAllah banyak pelajaran yang saya dapatkan dari pengalaman teman-teman.

Salam.

Wednesday, 10 July 2013

Sepatuku Beranak Satu


Udah beberapa waktu ini, agak-agak di reweli sama bapak dan ibu berkenaan dengan sepatu. Yups... Sepatu saya umurnya sudah dua tahun lebih dan bentuknya nggak karuan lagi. Masalahnya semakin lama semakin enak tuh dipakainya, jadi saya sih ngerasa nyaman aja pake sepatu yang udah nggak karuan itu (menurut si bapak dan ibu).

Tapi lama-lama nggak enak juga sama si bapak dan ibu, akhirnya saya pergi ke salah satu pusat perbelanjaan di kota Solo. Daaan... Disinilah petualangan dimulai. Saya paling suka sepatu yang simple, ringan dan modelnya nggak neko-neko (pengennya sih sepatu kets/olah raga, tapi kayaknya nggak bisa deh). Setelah cukup lama melihat-lihat, akhirnya dapat juga beberapa sepatu yang modelnya saya suka.

Kemudian, tantangan kedua pun muncul. Mencari ukuran sepatu yang pas. Ukuran sepatu saya tidak besar-besar amat, namun juga tidak kecil juga, termasuk ukuran diatas rata-rata. Yaelah mau ngomong 42 aja susah amat.

Dari beberapa model yang saya suka, hanya ada dua sepatu yang ada ukuran 42. Ada satu yang saya suka tapi adanya satu ukuran lebih besar dan longgar banget dipakenya :(

Dari dua model sepatu berukuran 42 tersebut saya coba satu per satu. The funny thing is, walaupun ukurannya sama, mereknya juga sama, namun satu model pas di kaki saya sementara satu model lagi kaki saya nggak bisa masuk. Oh well... Pilih yang satu aja.

Saya serahkan sepatu yang akan saya beli kepada mbak-mbak penjaga toko untuk dibuatkan kuitansi. Sambil menunggu si mbak, saya melihat-lihat kaos kaki, tiba-tiba si mbak bilang,

"Maaf bapak, karena bapak beli sepatu merek ini, maka bapak mendapatkan hadiah sepatu."

Huwaaaa???? Ciyus? Enelan? Dalam hati sih jingkrak-jingkrak mendengar kata hadiah, hadiahnya sepatu pula XD

"Untuk pilihan hadiahnya ada di sana bapak." kata si mbak menambahkan sambil menunjuk tumpukan kardus sepatu.

"Oh ya? Sepatu apa mbak?" kata saya

"Sepatu anak-anak bapak." Kata si mbak

Lah??? Sepatu anak-anak? Wedew... Untuk sesaat blank, sepatu anak-anak buat apaan??? 

Etapi kemudian keinget sama keponakan saya.

Boleh juga nih buat si Rara. Kata saya dalam hati. Kemudian bingung lagi. Saya nggak tahu ukuran sepatu keponakan saya ~_~"

Setelah menerka-nerka dengan ngawurnya dan diakhiri dengan menelpon kakak saya, akhirnya ketahuan juga ukuran sepatu si Rara. 

Udah kelar dong masalah soal ukuran, saatnya permasalahan sebenarnya, yaitu.... Yups, memilih model sodara-sodara. Banyak bener model sepatu untuk anak-anak cewek yang centil-centil dan beranekaragam.

AKU HARUS PILIH YANG MANA??? >_<

3 hari 3 malam saya habiskan untuk memilih sepatu buat keponakan tercinta, sampai si mbak SPG membatu di tempat. Akhirnya ketemu juga sepatu yang (menurut saya) bagus, centil namun tidak norak (sekali lagi menurut saya) cocok untuk si Rara.

Sampai di rumah sepatunya langsung saya berikan kepada keponakan. Syukurlah dia suka :))

Tuesday, 9 July 2013

God Is Gracious

Sabtu akhir bulan kemarin saya melakukan sebuah kebodohan dengan menyalakan kipas angin semalaman, suatu hal yang sederhana namun berakibat fatal, karena saya paling tidak tahan dengan dinginnya kipas angin (terlebih kalau malam udah dingin aja). Dan keesokan harinya badan saya udah mulai terasa meriang, kemudian siangnya saya sempatkan buat jalan-jalan

Saya pikir, a little walk in Sunday, wouldn't do any harm for me. But alas, I was wrong. Malam harinya (atau lebih tepatnya, selepas tengah malam), saya tidak bisa tidur nyenyak, sering kebangun dengan badan menggigil disertai batuk. 

Dan keesokan harinya, badan kerasa nggak enak-enak banget. Kepala terasa berat, badan menggingil, daaan... Kebiasaan kalau udah seperti ini pasti disertai dengan mencret >_<. Seharian nggak ngapa-ngapain kecuali tidur, bangun, ke belakang, tidur lagi, begitu terus sampai malam, nggak makan nasi sama sekali karena tidak ada nafsu makan, hanya makan sepotong kue yang ada di kulkas dan banyak-banyak minum air putih. Hari kedua udah terasa mendingan, tapi blom berani buat masuk sekolah. Pagi hari pengen merasakan yang seger-seger, saya pergi ke warung makan dekat rumah untuk makan soto ayam. Which is something that I regrets, karena sotonya sih enak, cuman nasinya nggak enak banget, masak pagi-pagi udah dapat kerak nasi aja :| Definitely I wouldn't write it in Pawon Ndeso.

Dari sana mampir ke mini market untuk membeli sereal. Dan sampai di rumah si babe tanya.

"Kamu nggak makan nasi?"

"Lagi nggak enak badan be, makanya beli ini." Kata saya sambil menunjuk bungkus sereal.

Badan udah kerasa baikan, lidah udah mulai bisa diajak kerja sama untuk makan, selain sereal saya juga makan nasi walaupun dikit. Well... Saya rasa Tuhan menginginkan saya untuk beristirahat selama dua hari ini. Something that, I really need that time.

Tanggal 3 udah masuk sekolah (sementara pake jaket agar tidak terkena angin lagi). Langsung bebenah perpus. Oleh kepala sekolah perpustakaan dipindah ke ruangan lain, yang lebih luas dari ruangan lama. Mungkin beliau melihat selama ini antusiasme anak-anak untuk pergi ke perpustakaan cukup tinggi dan ruangan yang lama tidak cukup luas untuk menampung mereka semua.

Selain perpustakaan sekolah, kantor kepsek, ruang UKS dan kantor guru juga mengalami perombakan serta pemindahan. Seharian bergotong royong bersama dengan guru-guru dan beberapa murid dari OSIS. 

Dan kemudian saya keingat, bulan lalu kawan saya yang dari Jakarta bilang

"Tanggal 4 gua mau ke Jogja sama mbake dan si Boss, kumpul-kumpul yuk."

What a tempting, kumpul bareng kawan, ngobrol-ngobrol lagi sama mereka. Oh iya, si boss itu anaknya mbake.

Agak-agak bingung juga untuk ngatur jadwal karena kegiatan sekolah yang bejibun.

"Nyet, ntar aku bawa proposal perpustakaan sekolah. Bantuin aku yak."

Dan dengan itu kepsek memberikan saya ijin. Tanggal 5 saya menuju Jogja untuk bergabung dengan kawan-kawan. Menikmati Jogja yang semakin istimewa bersama mereka.

Wednesday, 3 July 2013

Saya Juga Kangen

Kantin Sekolah

I wouldn't ever consider myself as a good teacher. 

Sebagai seorang guru saya mencoba untuk dekat dengan anak, namun disisi lain saya mengambil jarak dengan mereka (I have my own reason on doing this). Saya juga pernah bersikap lebih galak terhadap satu kelas karena banyak guru yang mengeluhkan siswa di kelas tersebut kurang hormat terhadap guru-guru. And the worst is, saya paling sulit mengingat nama siswa (I've try everything, tapi teteup saja hanya beberapa saja yang nyantol. I could easily remember faces, but alas... not name >_<)

Dan, dengan segala hal tersebut diatas, never ever enter to my head these would ever happen:

Ada saat dimana saya lagi seneng-senengnya lari pagi di CFD (and it was centuries ago - yes it is lebay). Me, bercelana pendek, berkaos hitam, jogging dari SGM - Gladag - SGM, sambil dengerin musik pake headset. Tak hirau dengan sekeliling, tiba-tiba ada yang menepuk pundak saya dari belakang,

"Maaf, ustadz Jawari bukan?" Seorang pemuda bertanya dengan sopan

(saya dulu mengajar di sekolah yang ada pondok pesantrennya, dan semua guru dipanggil ustadz/ustadzah walaupun tidak mengajar mapel agama)

"Ya? Siapa ya?" Saya bertanya dengan tampang bengong

His face is familiar, but alas... not the name 

"Saya XYZ tadz, dulu kelas 9B Pondok."

"Oh.... Sekarang sekolah dimana?"

"Saya melanjutkan ke pondok A tadz, disana." Jawabnya dengan sopan sambil menunjuk ke arah pondoknya.

"Oh..." Lagi sambil menggut-manggut

Campuran antara mengatur napas, kaget dan nggak tahu harus ngomong apaan.

"Yaudah ya tadz, saya duluan, mau pergi sama temen-temen."

"Oh... Iya... Hati-hati yak."

It was like... I'm moving quite fast, but he's chasing me just to greet me :O

Saya inget si anak ini, pas pelajaran saya dia sering kali tertidur (terkadang di dalam kelas, terkadang di kamar) - well most of them actually, kata orang itu "penyakit" anak-anak pondok :)) wajahnya sering saya coret pakai spidol karena tidur, bangun cuman buat menghapus coretan trus tidur lagi, kadang ijin kebelakang buat cuci muka, tapi habis itu tidur lagi :))

~"~

I have two facebook account, satu untuk pribadi, satu lagi untuk sekolah. Untuk FB sekolah biasanya saya update status sesuatu yang bisa memotivasi anak-anak (well... at least and I hope could motivate them). 

Dan kemudian seorang anak dari sekolah lama saya mengomentari salah satu status saya, berawal dari pertanyaan gimana kabar sekarang, dan berakhir dengan pernyataan

"nggak ada pak jawari nggak enak lho pak" *lengkap dengan emot :(*

#HAKJLEEEB

Dia siswa di kelas yang saya galaki, tiap kali (well.. almost setiap kali) saya masuk kelasnya selalu pasang tampang serem (at least lempeng), pernah juga marah-marah (tapi demi Allah nggak pernah memaki dengan kata-kata jelek/kotor ataupun bertindak di luar kendali) - but she's of one good students di kelas tersebut.

#sighs

~"~

Seorang anak mengirimkan pesan melalui FB, dari mulai memperkenalkan diri (I supposed she knows that I'm a forgetful person :|), dan kemudian muncul sebuah pertanyaan

"Pak Jawari kapan tengok mts? semua tment2 kangen hlo pak."

#HAKJLEEEB #DuaKali

Saya ingat anak ini dari kelas F, waktu angkatan dia ada 3 kelas yang diterima dan saya mengajar kelas E dan F, untuk kelas F memang lebih saya "istimewakan" dibanding kelas E, karena kelas E merupakan kelas unggulan, agar anak-anak kelas F tidak merasa minder, dan anak kelas E tidak merasa tinggi hati, cukup kakak kelas mereka saja yang seperti itu,  lagipula sebenarnya di kelas E sendiri ada juga beberapa anak yang nilai akademisnya standar.

~"~

Ada buanyaaak sekali pengalaman yang saya dapatkan selama tiga tahun saya mengajar di sana.

Dari awal ketika saya mengajukan lamaran, bapak kepala sekolah berkata

"Disini gajinya hanya dikit lho."

Dan saya jawab

"Saya pengen belajar pak."

Daaan itulah yang terjadi, gajinya tidak banyak dan banyak hal yang saya pelajari disana :))

Banyak pengalaman yang menyenangkan, ada juga beberapa yang tidak menyenangkan (and when it comes the bad one, I told to myself "Isn't that what I'm looking for? Learning?" - sometimes we should learn from the hard way right?")

So I put all the bitter memories in a pandora box, and buried it in the deepest ocean, and keep all the sweet memories close :")).

Dan setelah tiga tahun belajar disana, Tuhan menginginkan saya untuk pindah ke sekolah yang baru. Well... Technically saya yang melamar kerja, tapi kalau Tuhan tidak mengijinkan juga gak bakal kejadian, sebelumnya saya pernah melamar ke SMK gratis tapi tidak keterima :))

Bulan ini genap satu tahun saya pindah sekolah.

Saya juga kangen dengan anak-anak, dengan partner saya, Mr. T, BMJ, pak KepSek, and,,, everyone there.

Keinget I have promised myself to give something to my partner.

Enaknya kesana awal puasa ini, atau setelah Lebaran aja yah?

Ah... Jadi galau 

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites