Sekolah

Cerita-cerita yang terjadi di sekolah

Cerita Sehari-Hari

Hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari

Internet

Segala sesuatu yang berhubungan dengan internet dan blogging

Jamban Blogger

Jamban Blogger

Tulisan Jaw merupakan anggota dari Jamban Blogger

Friday, 26 April 2013

Banyak Tanya

Saya suka menghadapi anak-anak yang mempunyai keingintahuan tinggi, yang banyak bertanya, tapi... sering kali mereka menuntut jawaban segera saat itu juga atas pertanyaan mereka, sementara saya sendiri tidak/ belum mempunyai jawaban atas pertanyaan tersebut, terlebih karena terkadang pertanyaan mereka aneh-aneh (untungnya nggak semua anak seperti itu sih)

Seperti pengalaman pagi ini, hari ini merupakan hari pertama anak-anak kelas 7 dan 8 masuk lagi setelah libur selama 4 hari kemarin, dan hari pertama juga saya masuk karena kemarin di tugaskan ngawas UN di sekolah lain.

Ketika saya tengah asyik menyusun berkas-berkas di ruang perpustakaan, tiba-tiba ada anak yang masuk dan kemudian bertanya.

"Pak itu apaan?" Katanya sambil menunjuk langit-langit aula di depan perpustakaan.

"Hah? Apaan?" Tanya saya karena saya tidak bisa melihat apa yang dia tunjuk.

"Pak guru kesini deh." Katanya lagi mengajak saya ke aula.

"Itu apaan pak?" Katanya sambil menunjuk benda putih di langit-langit aula.

"Masak itu kipas angin?" Katanya lagi menambahkan.

Benda yang dia tunjuk berbentuk kotak dengan beberapa kaki/capit yang sekilaf mengingatkan saya akan kepiting. Sambil mengernyitkan dahi saya melihat benda tersebut dengan lebih jelas. Kemudian saya berkata.

"Kayaknya itu yang buat wifi/hotspot deh."

"Oh ya udah..." kata si anak sambil berlalu.

Udah? Gitu doang??? :O
#JedotinKepalaKePintu

Tuesday, 16 April 2013

Unbelievable II

Sekolah kami termasuk sekolah yang tertib secara administratif, setiap kali ada kegiatan yang melibatkan siswa, akan ada pemberitahuan resmi secara tertulis kepada orang tua siswa. UAS, UTS terjadwal, termasuk juga libur dikarenakan sesuatu dan lain hal (libur untuk anak2 kelas 7 & 8 karena anak2 kelas 9 latunas misalnya)

Nah pagi hari ini saya mendapatkan telepon dari nomor yang tidak saya kenal, ternyata orang tua/ wali dari salah satu siswa. Dia bertanya:

"Pak apa hari ini anak kelas 7 libur?"

Saya jawab, "Kalau libur pasti ada pemberitahuan tertulis dari sekolah ibu, hari ini anak-anak tidak diliburkan, tetap masuk seperti biasa."

"Tapi anak saya bilang libur." Kata si ibu itu lagi (kedengaran di telinga saya si ibu ini agak2 ngeyel).

"Bu, tidak ada kegiatan di sekolahan yang menyebabkan anak-anak untuk diliburkan. KBM tetap diadakan seperti biasa." Kata saya (dengan penekanan pada tidak diliburkan dan KBM tetap diadakan seperti biasa.

Beberapa kali saya diminta untuk membagikan pemberitahuan kepada anak-anak saya selali menekankan mereka untuk menyampaikan pengumuman tersebut kepada orang tua mereka (dan saya yakin demikian juga dengan guru-guru lain yang diberi tugas yang sama akan melakukan hal yang sama juga).

Beberapa kali juga, saya menekankan hal ini kepada anak-anak ketika saya masuk kelas, agar tidak lupa menyampaikan lembar pemberitahuan tersebut. Terkadang saya sertai "ancaman"

"Ntat klo masih ada orang tua kalian yang bertanya juga, kalian akan saya jewer."

Namun pada kenyataannya, masih saja hal ini terjadi, orang tua yang bertanya tentang hal-hal yang sudah disampaikan melalui surat pemberitahuan.

Beberapa kasus, hal ini terjadi karena kelalain siswa yang lupa untuk menyampaikan surat pemberitahuan dari sekolah, ada juga yang memang sengaja tidak memberikan surat pemberitahuan sekolah (biasanya surat pemberitahuan UTS/UAS karena mereka takut/malas disuruh belajar oleh orang tua mereka). Namun ada juga yang karena kelalaian dari orsng tua sendiri.

Pernah suatu saat ketika membagi surat pemberitahuan, ada anak yang nyeletuk.

"Ah, paling orang tua juga tidak peduli."

Terus? Gue harus bilang WOW gitu?

Sulit dipercaya?

Monday, 15 April 2013

Unbelievable!

Sebagai guru, saya yakin bukan saya saja yang menemukan siswa yang bandelnya minta ampun, sudah berkali-kali di nasehati tapi masih saja susah untuk berubah jadi baik. Ada banyak penyebab kenapa hal itu terjadi, terkadang alasan mereka membuat kita tercengang dan bengong. Pengalaman saya berikut ini mungkin juga dialami oleh guru-guru yang lainnya.

Seperti biasa, hari Sabtu setelah jam terakhir usai, ada jam tambahan khusus untuk motivasi bagi siswa kelas 9. Dan dari 11 siswa di kelompok saya, ada 1 siswa yang susah banget untuk dinasehati, selali saja ada alasan untuk membantah apa yang saya sampaikan kepada mereka. Padahal saya berusaha untuk sepadat mungkin untuk menyampaikan apa yang memang seharusnya saya sampaikan kepada mereka, jangan sampai melebar kemana-mana yang akan membuat mereka bosan dan pada akhirnya tidak tercapai tujuan dari pertemuan, yaitu memotivasi mereka.

Nah, saking seringnya si anak ini membantah, menjawab hampir apapun yang saya sampaikan kepada mereka, membuat temen-temennya yang lain jadi kesal.

"Kamu tuh ya, cerewet aja, ntar kita nggak selesai-selesai!" Bentak salah seorang siswa yang diamini oleh yang lain.

Dan tahu apa jawaban dari si anak ini?

"Biarin dong! Aku suka ngodain pak Ari, biar pak Ari marah trus ntar bentak-bentak kita." Katanya dengan santai.

Sukar dipercaya? Well... percayalah.

Wednesday, 10 April 2013

Ketika Harus Galak

Saya termasuk orang yang menyetujui pendapat bahwa dalam mendidik anak, kita harus lakukan dengan kelembutan, tidak boleh dengan kekerasan. Baik mendidik anak sendiri maupun mendidik anak di lingkungan sekolah.

Mendidik dengan kelembutan bukan berarti membiarkan saja apa yang dilakukan anak. Kita juga perlu dan harus mengingatkan dan menegur anak ketika anak melanggar atau tidak mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Dan pada saat inilah kita sebagai orang tua/ guru wajib untuk bertindak tegas kepada mereka.
Pengalaman selama ini sebagai seorang guru, saya menemukan berbagai macam karakter anak didik, ada anak didik yang pendiam, patuh kepada aturan, ada juga tipe pembangkang (biasa juga disebut anak bandel atau nakal).  Setelah mencoba berbagai macam teori, pendekatan pembelajaran, dari mulai yang permisif sampai dengan otoriter, saya akhirnya bisa menyimpulkan bahwa sebagai orang dewasa yang mendidik anak, kita harus tarik ulur dalam menghadapi mereka, terkadang kita harus lemah lembut, terkadang juga kita harus tegas dan bahkan galak.

Galak Yang Baik
Memang ada galak yang baik? Barangkali itu pertanyaan yang muncul di benak anda semuanya. Dan percaya atau tidak memang ada galak yang baik dan galak yang tidak baik. Tanpa kita sadari kita, ketika kita marah kita dikuasai oleh emosi kita, sehingga kita tidak bisa berpikir jernih dan bisa mengakibatkan kita melakukan hal yang tidak seharusnya kita lakukan (memukul kepala anak misalnya). Ini adalah contoh galak yang tidak baik. Galak yang baik adalah galak yang bisa kita kendalikan, caranya ketika emosi menguasai kita karena anak bandel, yang pertama harus kita lakukan adalah tarik napas dalam-dalam terlebih dahulu kemudian hembuskan perlahan. Hal ini memberikan asupan oksigen yang cukup ke otak kita sehingga kita bisa berpikir jernih.

Hal berikutnya yang kita lakukan adalah fokus kepada kesalahan anak. Jika anak bersalah karena terlambat, maka marahi dia karena keterlambatannya tersebut. Sering kali tanpa sadar, ketika kita marah, topic kemarahan kita melebar kemana-mana, kita jadi merepet menyebutkan berbagai macam kesalahan dari si anak yang pernah dia lakukan sebelumnya. Hidari hal tersebut, karena jika kita melakukannya, maka si anak tidak akan bisa menangkap pesan yang ingin kita sampaikan mengenai keterlambatannya tersebut.
Yang ketiga adalah penggunaan kata-kata. Jangan pernah menggunakan kata-kata kasar ketika sedang memarahi anak. Kata-kata kasar seperti “Dasar otak udang.” “Otak kamu ditaruh dimana?” “Goblok” “Tolol” “Dasar Kebo” dsb sama sekali TIDAK BOLEH digunakan ketika sedang marah. Karena kata-kata tersebut akan memicu emosi anak dan sekali lagi, tujuan kita dalam memarahi anak agar dia jera tidak tercapai. Dan jika si anak sudah cukup besar atau cukup bandel yang ada nanti timbul perkelahian .

Sanksi atau Hukuman
Dalam kondisi tertentu, sanksi atau hukuman perlu untuk dilakukan, dengan tujuan untuk pembelajaran anak dan agar anak jera tidak lagi melakukan kesalahannya tersebut. Hukuman juga harus yang bersifat mendidik dan membuat jera. Beberapa contoh hukuman yang bisa diberikan kepada anak yang melanggar peraturan, misalnya ketika anak tidak mengerjakan PR, anak disuruh keluar oleh guru mapel  dan diharuskan mengerjakan PR tersebut di luar ruangan, ada yang mengaruskan siswa mengerjakan PR tersebut sebanyak dua atau lima kali. Hukuman lain yang bisa diberikan misalnya membersihkan lingkungan sekolah baik itu kelas, halaman ataupun kamar mandi dengan menggunakan peralatan yang wajar.

Jika ingin memberikan hukuman fisik seperti push up, sit up ataupun lari keliling lapangan, maka sesuaikan dengan kondisi fisik dan juga berat ringan kesalahan dari si anak tersebut. Sebagai contoh, jika anak terlambat 5 menit maka hukumannya push up sebanyak 15 kali, sedangkan yang terlambat 10 menit hukumannya push up sebanyak 30 kali. Hal ini sebagai pembelajaran kepada anak bahwa besarnya sanksi sebanding dengan kesalahan yang dilakukan.

Ketika Harus Memukul
Beberapa waktu yang lalu saya memanggil salah satu orang tua siswa berkenaan dengan tingkah laku anak tersebut selama di sekolah. Si anak sering kali membolos tidak mengikuti pelajaran, sering membangkang dan kurang hormat kepada guru. Setelah ngobrol beberapa lama, si ibu ini menyatakan.

“Saya ikhlas koq pak kalau anak saya di hajar. Di rumah kalau dia bandel juga kayak gitu. Tapi saya minta jangan dikepala ya?”

Melakukan kekerasan fisik kepada anak seperti memukul dengan tujuan untuk mendidik anak merupakan pilihan paling akhir, ketika si anak sudah benar-benar tidak bisa ditangani dengan cara-cara yang lebih halus. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda “Pukullah anakmu jika dia tidak sholat.” Jadi sebenarnya dalam agama memukul dengan tujuan mendidik itu diperbolehkan. TAPI yang harus kita pahami adalah cara memukulnya. Memukul anak dengan tujuan mendidik tidak sama dengan memukul pencuri yang tertangkap basah, yang kita pukul dengan sekuat tenaga dan membabi buta. Selain itu, kita juga harus memperhatikan bagian tubuh yang hendak dipukul. Seperti yang disampaikan oleh si ibu diatas, jangan memukul bagian kepala karena bisa menganggu bahkan merusak syaraf dan juga otak. Selain kepala, kita juga harus menghindari organ-organ penting lainnya.

Kembali ke si ibu orang tua siswa yang saya panggil, beliau sempat menambahkan.
“Kalau anak saya bandel di rumah saya biasa cubit (si ibu ini menggunakan kata ciwel) paha atau pantatnya. Biasa dia trus manut.”

Kita bisa meniru apa yang dilakukan si ibu ini, mencubit bagian pantat, paha atau bagian tubuh lain yang berlemak anak tidak akan berbahaya terhadap organ penting si anak. Dan yang paling penting harus kita pahami ketika kita mencubit/ memukul anak adalah bahwa kita memukul/mencubit dia agar dia belajar, agar dia memahami kesalahan dia, bukan sebagai pelampiasan emosi karena kebandelan si anak. Sehingga apa yang kita lakukan tidak akan menyakiti anak dan tidak menimbulkan efek negatif.

Kesimpulan:
Sebagai orang tua/pendidik kita harus pintar-pintar dalam menempatkan diri, kapan kita harus bersikap halus dan kapan kita harus galak/tegas. Dan apapun yang kita lakukan niatkan dalam hati bahwa semuanya untuk kebaikan dari si anak bersangkutan.

Saturday, 6 April 2013

Pak Guru Gak Ngajar?

Hari ini adalah pembagia  LHBS UTS untuk anak-anak (pembagian raport) yang akan dilakukan jam terakhir nanti. Berhubung ada satu wali kelas yang cuti hamil, saya diminta untuk menggantikan tugas beliau.

LHBS kali ini diberikan langsung kepada anak-anak dan dilaksanakan setelah pelajaran usai nanti, sehingga anak-anak tetap masuk seperti biasa.

Pagi-pagi saya datang ke sekolah membawa lembaran dan kemudian meminta waka kurikulum, formulir yang akan diberikan kepada orang tua siswa. Berbekal foto kopi lembar nilai siswa, formulir orang tua, amplop dan steples, saya pun menuju ruang perpustakaan.

Sekitar 15 menit saya tengah khusyuk memberi nama pada amplop, masuklah seorang siswa kelas 9 ke dalam perpustakaan. Saat itu kondisi pelajaran sudah dimulai.

"Pak guru ndak ngajar?" Tanya anak tersebut kepada saya.

"Ndak." Jawab saya pendek sambil tetep ngerjsin tugas.

"Ini jam nya siapa?" Tanya saya menambahkan

"Ndak tau pak, gurunya belom datang." Kata anak tersebut lagi.

"Yaudah tunggu di kelas sana." Kata saya sambil tetep bergeming dari kerjaan.

"Sik bentar, liat jadwal dulu." Kata si anak sambil ngeliat jadwal yang tertempel di tembok di samping meja saya.

Tak berapa lama, si anak pun kemudian berkata.

"Lah... Ini jadwalnya pak guru." Kata si anak sambil menunjuk jadwal.

"Masak sih?" Kata saya sambil menghentikan kerjaan dan ikutan nengok jadwal.

"Eh iya..." kata saya menambahkan.

"Yeee... Pak guru gimana sih?"

Tanpa babibu saya mengemasi kerjaan dan menyambar buku bahasa Inggris yang saya letakkan dibawah meja dan langsung njrantal menuju kelas (yang untungnya ada di sebelah perpustakaan).

Monday, 1 April 2013

Celebrating Friendship

Seumur-umur ini kedua kalinyasaya merayakan ulang tahun saya. Dan tahun ini istimewa bagi saya, karena saya mengundsng sahabat baik saya untuk datang merayakan ulang tahun saya.

Jauh-jauh dari Bandung untuk datang ke kota Solo, yang merupakan pengalaman pertama sahabat saya untuk datang kesini.

Well... actually, it's hardly unlikely to be called as birthday celebration, karena tidak ada acara tiup lilin maupun potong kue ataupun tumpeng. Yang saya lakukan adalah berkumpul dengan sahabat saya, berjalan-jalan menikmati kota Solo, menikmati kuliner khas Solo.

Hal yang sama yang saya lakukan ketika saya berumur 17 dulu, yang berbeda adalah orang dan suasananya (I wasn't at Solo city at that time).

And then I realize one thing, bukan ulang tahunnya yang saya rayakan. I'm celebrating friendship, I'm celebrating everything life have given me.

Untuk Sandi, terima kasih telah menjadi sahabat terbaik selama hampir sepuluh tahun ini, terima kasih telah datang ke kota Solo, menikmati kota ini bersama-sama dan menghabiskan waktu ngobrol tentang banyak hal, seperti layaknya sahabat lakukan. Semua itu adalah hadiah terbaik yang bisa aku dapatkan dan bisa aku harapkan.

Thank YOU GOD, for everything :")

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites