Origami merupakan salah satu ekstra kurikuler (ekskul) di sekolah kami, dan saya ditunjuk sebagai pengajarnya. Kegiatan ekskul ini sudah berlangsung selama 2 tahun berjalan, dengan sambutan siswa yang tidak terlalu antusias (paling tidak jika dibandingkan dengan ekskul olah raga). Di awal tahun pelajaran kemarin saya sempat menyampaikan kepada wakasek kesiswaan yang membawahi semua kegiatan ekskul di sekolah mengenai jumlah siswa yang mengikuti ekskul origami yang tidak seberapa banyak tersebut, tapi beliau menyampaikan bahwa tujuannya bukan seberapa banyak siswa yang terjaring mengikuti kegiatan ekskul, melainkan memberikan pilihan kepada siswa, kegiatan di luar KBM yang bisa mereka ikuti.
Baiklah kalau begitu, amanahpun saya jalankan dengan sebaik-baiknya.
Di awal semester pertama kemarin, sekolah kami sempat di sibukkan dengan persiapan akreditasi. Hampir setiap hari Jumat seusai sholat Jumat selama kurang lebih 2/3 bulan diadakan rapat persiapan akreditasi yang diikuti oleh semua perangkat sekolah. Yang mana, pada hari dan jam yang sama merupakan jadwal untuk kegiatan ekskul origami. Jadi selama itu pula mau tidak mau ekskul origami pun ditiadakan. Agak sayang juga sih, tapi untungnya anak-anak bisa di "tenangkan" agar tidak terlalu kecewa.
Usai segala macam kegiatan yang berhubungan dengan akreditasi, kembali ke ekskul origami. Koq jadi adem ayem ya? Anak-anak tidak ada yang datang, nggak ada juga yang datang ke perpus dan bertanya
"Pak nanti origami tidak?"
Semacam kangen dengan pertanyaan tersebut :D
Saya pun kemudian berinisiatif, menanyai anak-anak satu per satu. Daaaan... Semuanya kompak menjawab tidak lagi bisa ikut ekskul origami. Ada yang berasalan karena membantu orang tua di rumah, momong adiknya, momong simbahnya (?). Ada juga yang berasalan karena mengikuti ekskul lain dengan jadwal yang sama.
Yaudahlah ya, yang penting saya sudah dapat jawabannya, kemudian saya pun laporan kepada wakasek kesiswaan agar tidak timbul pertanyaan
"Pak ekskul origami koq nggak jalan lagi?"
Dan beliau bisa menerima laporan saja. Sampai dengan semester satu usai dan awal semester dua, ekskul origami tidak jalan, alias berhenti beraktifitas. Memasuki awal semester dua, muncul trend baru, sekelompok siswa kelas 9 sering datang ke perpustakaan dan minta untuk diajari origami. Mungkin karena sering melihat saya sibuk melipat kertas, dan beberapa origami yang saya pajang di perpustakaan.
Saya pun menyanggupi selama tidak menganggu pelajaran mereka. Hampir setiap istirahat mereka selalu datang dan belajar origami bersama-sama. Well... It's quite fun actually, walaupun sering kali harus ribet karena harus melayani anak-anak yang meminjam/mengembalikan buku dan atau meminta LKS. But... It's still fun :D
Rupanya kegiatan ini dilihat dan menarik perhatian siswa-siswa yang lainnya (it's obvious isn't/). Hingga awal bulan Februari kemarin, salah satu siswa yang semester kemarin ikut ekskul origami bertanya kepada saya
"Pak, ekskul origaminya koq nggak ada lagi?"
Well... Pertanyaan yang, somehow sudah lama saya tunggu :D
"Yaudah, kamu tanya ke teman-teman kamu, siapa saja yang mau ikut ekskul origami lagi, ntar habis itu laporan ke saya."
Sengaja saya minta anak-anak untuk aktif, untuk menguji seberapa besar semangat mereka untuk mengikuti ekskul origami. Selang beberapa hari kemudian, si anak kembali.
"Origaminya di mulai lagi ya pak? Saya sudah dapat temen-temen yang mau ikutan." katanya
Setelah menentukan jadwal dan peraturan/ tata tertib yang harus mereka patuhi, kegiatan ekskul pun bisa mulai dilaksanakan. Penekanan saya lebih kepada keseriusan mereka dalam mengikuti ekskul, karena mereka yang meminta, mereka harus rajin dan tidak boleh membolos. Semacam kontrak belajar gitu deh.
Tidak saya sangka ternyata cukup banyak juga yang ikutan, ada sekitar 10 orang siswa kelas 7 yang ikutan. Saya tidak berharap bisa sampai segitu soalnya, perkiraan saya cuman 5 orang soalnya :P
Tapi tidak terlalu banyak, sehingga masih bisa di handle. Tidak mudah rupanya, walaupun dengan kelas yang super kecil, dan materi yang saya sampaikan juga masih berupa dasar, tapi karena kebanyakan dari mereka banyak yang belum bisa, maka proses pembelajarannya pun juga berjalan lambat. Sekali pertemuan hanya bisa satu - dua materi origami, itu pun saya harus pelan-pelan dalam mengajarkan. Langkah demi langkah harus perlahan. Seperti bayi yang baru belajar berlajan, setapak demi setapak.
Yang sering kali bikin gemes, kalau ada anak yang cepat paham, sementara temannya yang lain belum paham.
"Sudah pak, habis ini gimana?" Kata yang sudah paham
"Bentar pak, jangan cepat-cepat." Kata yang yang ketinggalan
Saya cuman bisa nyengir sambil tepok jidat.
Segala hiruk pikuk di kelas kecil ini memang, sedikit banyak melelahkan, namun demikian juga menyenangkan, berinteraksi dengan anak-anak. Belajar bersama melipat kertas. satu hal yang saya harapkan sih anak-anak tetap semangat dalam mengikuti ekskul origami, dan apa yang mereka dapatkan di ekskul ini bisa bermanfaat buat mereka
2 comments:
Menarik banget ekskulnya,Pak Guru :D
Jarang2 lho ada sekolah yang punya ekskul origami. Selain melatih kreativitas, origami juga bikin murid jadi makin telaten dan sabar
@Melisa Mel
Semoga saja bermanfaat untuk mereka nantinya, terima kasih telah mampir dan salam kenal :D
Post a Comment
Saya menghargai komentar, saran, kritik & masukan yang membangun. Komentar berupa spam, scam dan promosi akan dihapus, terima kasih.