Saturday 20 February 2016

Cerita Tentang Home Visit

Untuk menghadapi Ujian Nasional peserta didik kelas 9 disibukkan oleh berbagai macam kegiatan, diantaranya adalah try out UN, yang pelaksanaannya sampai beberapa kali. Ada try out yang diadakan oleh sekolah, ada juga try out kota (yang diadakan kemendiknas) dan try out dari kemenag (karena sekolah kami madrasah yang berada di bawah kemenag.

Try out kemenag sendiri diadakan hari Senin-kamis kemarin (15 -18 Februari 2016). Anak-anak, terutama kelas 9 sebenarnya sudah berkali-kali ditekankan pentingnya (semua) kegiatan sekolah, jangan sampai tidak masuk kelas dengan tanpa keterangan/ sebab yang jelas.Tapi mau bagaimana lagi, namanya juga anak-anak. Ada saja yang membolos.

Salah satunya, seorang siswi kelas 9 sebut saja namanya Kenanga (karena Mawar sudah terlalu mainstream :D). Di hari kedua try out kemarin dia tidak masuk sekolah tanpa ada ijin. Berkali-kali nomor teleponnya di hubungi pun juga tidak diangkat. Setelah berkoordinasi dengan kesiswaan dan kurikulum diputuskan untuk melakukan home visit. Dan dengan mekanisme hompimpah saya lah yang dipilih untuk home visit. Just kidding... Bukan hompimpah, tapi yah pokoknya saya lah yang diminta untuk home visit. 

"Home visitnya nanti siang aja gimana bu, sekalian pulang." Kata saya, karena saat itu saya tengah tugas mengawasi ruangan.

"Jangan pak, seusai try out aja. Nanti kalau ditanya kepala sekolah ndak nggak bisa menjawab. Lagian rumahnya dekat koq pak" Kata waka kurikulum.

"Kemarin juga ada anak yang nggak masuk, alasannya juga sederhana." Katanya menambahkan.

Yaudahlah ya. Seusai try out dan saya mendapatkan ancer-ancer, berangkatlah saya menuju rumah Kenanga. Memang tidak jauh dan tidak terlalu sulit untuk di cari. Cukup sekali bertanya kepada tetangganya untuk memastikan rumah yang bersangkutan.

Sesampai di rumah Kenanga, saya disambut oleh seorang ibu yang berumur sekitar 50 - 60an, namun masih terlihat energik.

"Ibu, Kenanganya ada?"

"Oh ada, bentar. Masuk dulu pak guru"

"Nduk... Kesini, ada pak guru yang dateng." Kata si ibu memanggil Kenanga.

Sambil menunggu Kenanga, saya pun berkata.

"Begini bu, anak-anak kelas 9 kan sekarang sedang ada try out, dan hari ini Kenanga tidak masuk sekolah. Saya kesini untuk mengetahui alasan kenapa tidak masuk hari ini."

"Iya pak, tadi sebenarnya dia sudah akan masuk, tapi sepedanya rusak." Kata si Ibu

Tengah si ibu bicara, Kenanga muncul dari dalam rumah, dengan muka agak sembab seperti habis menangis.

"Kamu kenapa nggak masuk?" Tanya saya kepada Kenanga.

"Sepedanya rusak pak, rantainya copot-copot." 

"Kalau rusak kan bisa dibenerin."

"Iya pak guru, kemarin saya sudah bilang, kalau sepedanya bawa ke bengkel, trus paginya tinggal ambil sekalian berangkat sekolah. Tapi kemarin sore hujan." Kata si ibu.

Saya dengerin si ibu bicara, kemudian bertanya kepada Kenanga

"Kamu nggak berangkat sama teman kamu?"

"Tadi pagi udah telepon si Kantil pak, tapi nggak diangkat." Kata Kenanga.

"Kenapa kamu tidak SMS? Tadi Kantil cerita kalau ada telepon dari kamu, trus dia SMS kamu, tidak di balas, telepon juga tidak diangkat. Tadi saya juga telepon kamu berkali-kali juga tidak diangkat."

"Pulsanya habis pak, cuman bisa buat telepon doang (missed call). Tak taruh di dalam lemari, nggak tau kalau ada telepon masuk."

#FacePalm -______-
#KemudianHeningDuahari

Kemudian si ibu berkata,

"Mbahe juga sudah mengingatkan pak guru, sekolah yang rajin. Kalau sepedanya rusak bisa dibawa ke bengkel, dia bisa ke sekolah naik becak. Yang tinggal disini hanya mbahe, dia sama pakdhe dia, semua sibuk kerja. Bapak dan ibu dia kerja di Jakarta."

Oh... Ternyata beliau simbah si Kenanga, bukan ibunya.

"Saya udah pernah bilang ke ibunya Kenanga, seharusnya aku sudah nggak ngurusi hal-hal seperti ini, sekolah ada, dan lain-lain, dan lain-lain...."

Weleh... Malah curcol si ibu :D

"Tapi kan terlambat pak kalau naik becak..." Kata si Kenanga.

"Terlambat dikit kan nggak apa-apa, mending terlambat 15 atau 30 menit, daripada tidak masuk sama sekali."

"Tapi nanti kan di kecrohi (diejek/ di olok-olok) sama temen-temen..." Kata Kenanga membela diri.

"Jyaaah... Kamu kan udah kenal temen-temen kamu selama hampir 3 tahun, olok-olok mereka juga cuman gitu aja, paling cuman hari ini doang, besok juga udah nggak lagi. Lagian kamu juga sering olok-olokan sama teman kamu tho?"

Kenanga cuman nyengir.

"Trus... Ini kamu mau masuk sekolah atau enggak?" 

"Mau pak..." Kata Kenanga agak-agak malu.

"Yaudah kalau begitu, mau naik apa?"

"Di bonceng pak guru, nanti tasnya di taruh tengah."

Saya cuman bisa garuk kepala.

"Saya siap-siap, pamit sama simbah. Saya tunggu di luar."

0 comments:

Post a Comment

Saya menghargai komentar, saran, kritik & masukan yang membangun. Komentar berupa spam, scam dan promosi akan dihapus, terima kasih.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites