Monday, 26 May 2014
Piknik, Lesehan dan Sekaleng Kerupuk
Friday, 23 May 2014
Denda dan Protes Salah Alamat
"Paaak... Ngapain sih sekarang pake acara denda sega?"
Kata salah satu siswa kelompok motivasi saya di suatu siang nan panas.
"Iya... Mana 10.000 pula." Sahut temannya.
Hoe? Denda apaan dah? Klo mereka protes denda perpus telat amat? Orang pemberlakuannya sejak dulu. Lagian dendanya cuman 500 bukannya 10.000.
"Denda apaan sik?" Tanya saya penasaran.
"Itu lho pak denda buat yang nilai try outnya di bawah target. Kata si Cimpluk (nama disamarkan)
"Lah... Saya kan nggak memberlakukan denda ke kalian?"
"Pak Pram yang bilang pak..." Kata si Cempluk lagi.
"Lah.... Terus kenapa protesnya ke saya?" Saya bilang
"Habisnya.... Anu... Anu... Anu..." Kata si Cempluk sambil mecucu dengan kata-kata yang nggak jelas.
Selang beberapa waktu saya mendapatkan informasi kalau memang ada pemberlakuan sistem denda untuk anak-anak, tujuannya adalah untuk memacu semangat belajar mereka.
Saat kegiatan motivasi saya sampaikan ke mereka.
"Denda itu diberlakukan agar kalian semangat belajarnya. Berapa target nilai kalian?"
"Beda-beda pak, tergantung nilai try out kemarin, trus lagi targetnya nambah terus, kalau sekarang mencapai target ntar try out berikutnya naik lagi targetnya."
Weh... Hebat juga yang bikin aturan.
"Yaudah, kalian semangat belajarnya biar nggak kena denda."
"Tapi an susah pak." Kata si Cipluk nggeyel.
"Kalian pasti bisa, pokoke wis percaya diri aja."
Diam sejenak ngeliatin mereka satu per satu.
"Selama kalian berusaha, target nilai itu kecil, bisa kalian lampaui.
Peraturan baru ini ternyata lumayan bisa memacu anak-anak untuk lebih semangat belajar, banyak yang bisa melampaui target, namun tak sedikit anak-anak yang masih dibawah target dan kena denda.
Selain untuk memotivasi siswa, peraturan ini sebenarnya ditujukan kepada orang tua agar mengawasi dan memotivasi belajar siswa di rumah.
Tapi apa daya, banyak anak-anak yang mengalah membayar denda dengan uang saku mereka sendiri, tidak meminta dan memberitahu orang tua mengenai hal ini. Untungnya sih sekolah juga mensosialisasikan hal ini secara langsung ke orang tua.
Sampai try out selesai, banyak uang denda yang terkumpul. Anak-anak banyak yang protes, bahkan ada juga yang berpikiran buruk.
"Jangan-jangan ntar uangnya buat ini itu."
Baru kemarin selesai UN, anak-anak mempersiapkan diri untuk acara kelulusan, ada pengumuman sekolah.
"Uang denda yang dari kalian kemarin,akan dikembalikan ke kalian sesuai besar denda masing-masing, bisa kalian gunakan untuk membayar administrasi sekolah atau untuk membayar pendaftaran SMA."
Anak-anak pun sontak berteriak-teriak protes.
Thursday, 22 May 2014
Judes
Beberapa waktu lalu saya ngobrol dengan anak-anak di perpustakaan, dari obrolan tentang pelajaran, ujian dan segala macamnya. Dan tiba-tiba tanpa di duga, seorang anak berkata.
"Pak, Bu XYZ itu koq judes banget sih?"
"Apa iya?" Kata saya
Perasaan biasa aja deh, atau karena saya terlalu cuek yak, jadi nggak kerasa.
"Iya pak, tiap kali masuk kelas masti wajahnya ditekuk. Mbok senyum dikit gitu."
"Hmm... Mungkin pas beliaunya lagi dapet..."
"Masak dapet tiap hari pak?"
Iya juga yah :D
"Yah... Mungkin beliaunya lagi ada masalah gitu, jadi pas ngajar kalian keluar juteknya."
"Itu lho pak, kalau papasan di jalan juga gitu, bunyiin klakson atau apa gitu..."
Dan... Masih banyak lagi cerita dari anak-anak tentang beliau.
Weleh... Saya cuman bisa garuk-garuk kepala mendengarnya, bingung mau gimana menanggapinya. Akhirnya saya pun berkata.
"Tapi kalian tuh kadang emang harus ditegasi deh, kalau perlu digalaki, kalau enggak suka ngelunjak."
"Eh iya pak, bener... Jadi keinget dulu pak Ari marah-marah di kelas. Dulu karena apa sih? Ramai di kelas yah?" Kata seorang anak kepada temennya.
Gubraks... Gantian saya yang mereka gossin
*kemudian mlipir ke pojokan perpus*
Cerita lain, saya tengah mengajar kelas 7, materi yang saya sampaikan tentang sifat positif dan negatif.
"Jadi anak-anak jutek itu sifat negatif..."
"Pak jutek itu apa?" Tanya seorang anak.
"Jutek itu judes." Jawab saya
"Nah tapi... Jutek itu ada baiknya juga, jadi umpamanya kalian pas di tempat umum, di bis umpamanya ada orang yang mencurigakan, kalian boleh saja bersikap jutek terhadap orang tersebut, demi keamanan kalian. Tapi kalau kalian nggumpul sama temen-temen kalian, jangan bersikap jutek." Kata saya melanjutkan.
"Sudah paham maksud saya? Tahu ya kapan kalian boleh jutek kapan enggak?" Tanya saya.
Anak-anak terdiam sambil mengangguk (saya anggap paham deh :D)
Dan kemudian si anak yang tadi bertanya lagi.
"Kalau bu XYZ itu gimana pak? Jutek terus lho."
Meringis saya mendengar pertanyaannya.
"Nah seperti yang saya sampaikan kemarin kalau sifat itu cenderung menetap. Sifat beliau memang seperti itu. Sifat itu bisa berubah KALAU kita mau berusaha mengubahnya. Jadi ambil yang baik-baik dan ubah, kalau bisa hilangkan yang jelek." Kata saya
Yah, sebisa mungkin ngeles lah :D
Anyway... It's amazing bagaimana anak-anak melihat orang dewasa dan menjadikannya role model.
Tuesday, 20 May 2014
Tragedi Sebuah Permen
Sewaktu jam pemadatan kemarin, entah kenapa saya merasakan anak-anak cenderung pasif saat pelajaran. Hal ini terutama saya rasakan saat saya mengajar, entahlah mungkin karena mereka malas, bosan atau cara mengajar saya yang tidak menarik bagi mereka.
Putar otak sejenak, sayapun kemudian memberikan iming-iming.
"Yang bisa menjawab pertanyaan akan saya kasih hadiah" kata saya dengan mantap.
Anak-anak jadi ribut.
"Hadiahnya apa pak?" Tanya seorang anak.
"Uhmm... Hadiahnya permen." Kata saya dengan cuek.
"Yah... Masak cuman permen?" Kata seorang anak dengan nada kecewa.
"Lah... Saya punyanya itu juga." Masih dengan nada cuek.
Anak-anak pun kemudian jadi lumayan aktif menjawab pas saya tanya, paling enggak mereka mau buka kamus :D
Ada beberapa anak yang bisa menjawab pertanyaan saya dengan benar.
Kelar pelajaran, seorang anak bertanya
"Pak, permennya mana?"
"Besok ya? Hari ini saya tidak bawa."
Keesokan harinya segeromboan anak datang ke saya menanyakan hal yang sama.
"Pak mana permennya?"
Saya lihat mereka satu persatu
"Lah? Saya kan nggak janji ke kamu?" Kata saya sambil menuding ke seorang anak.
"Kamu juga, kapan saya janji hayo?" Kata saya ke anak yang lain.
Yang paling parah, ada seorang anak, sebut saja namanya Bunga. Dia merengek-rengek minta permen, begitunya dikasih, minta lagi buat keesokan harinya.
"Pokoknya besok aku minta lagi, yang merah 1, hijau 1 sama coklatnya 1." Kata dia dengan PDnya
Lah???? Mana bisa begitu?
Daaan... Si anak masih saja merengek sampai sekarang minta permen, walaupun udah berkali-kali dibilangin nggak bawa permen, permennya habis.
Temen-temennya aja sampai jengah mendengarnya