Wednesday 10 August 2016

(Masih Tentang) Full Day School

Awalnya pengen nulis tentang wacana #FullDaySchool disini, untuk kemudian tersesat di twitterland saat mencari materi tulisan. Saya lihat tanggapan twitterian jauh lebih beragam dan "kejam" mengenai wacana ini dibandingkan dengan jamaah fesbukiyah maupun alayer instagram (no offense to anyone karena saya pengguna ketiga media sosial tersebut).

Menarik membaca berbagai tanggapan yang ada, dan yang paling menarik perhatian saya kontroversi klaim dari bapak menteri yang menyatakan ide Full day School terinspirasi dari sistem pendidikan di Finlandia (yang dinyatakan) sebagai sistem pendidikan terbaik di dunia. Banyak yang membantah klaim tersebut, dikatakan bahwa sistem pendidikan tidak seperti yang dibayangkan bapak menteri. (Dua artikel tentang sistem pendidikan di Finlandia bisa dibaca disini dan disini)

Menurut saya ada dua "kesalahan" dari "wacana" mengenai Full Day School ini. Yang pertama, wacana ini terkesan mendadak, tergesa-gesa untuk di lontarkan. Sebagai orang yang memiliki jabatan Muhajir Effendi seharusnya memahami bahwa apapun yang dia ungkapkan terlebih dihadapan media, merupakan ucapan dia sebagai seorang menteri, bukan obrolan beliau sebagai orang biasa (obrolan warung) yang bisa dianggap angin lalu dan tak perlu ditanggapi. Butuh pemikiran dan persiapan yang baik dan matang. Terlebih saat pertama kali dilontarkan tidak ada penjelasan detail mengenai konsep Full Day School yang dimaksud, baru kemudian keesokan harinya ada penjelasan yang (agak) detail mengenai konsep yang dimaksud. Namun ada jeda waktu yang cukup untuk menjadikannya sebagai sebuah polemik (terlebih di era dimana orang bebas mengungkapkan pendapat di berbagai media sosial). Menjadi anti klimaks ketika sore harinya beliau kembali mengungkapkan bahwa apa yang beliau katakan sebelumnya baru berupa wacana yang tidak harus terlaksana, sementara polemik, diskusi dan debat mengenai hal ini sedang hangat-hangatnya. Perlu dipahami juga kalau emikiran dan persiapan matang tidak mesti juga memakan waktu lama dalam memutus/ mengungkapkan gagasan.

Hal kedua yang menurut saya sebagai sebuah kesalahan (fatal) adalah klaim beliau kalau beliau terinspirasi dari sistem pendidikan di Finlandia. sebuah klaim yang segera mendapatkan bantahan disertai fakta-fakta karena sistem pendidikan di Finlandia tidak sesederhana itu (bahkan pembelajaran di sekolah - terutama sekolah dasar tidaklah sepanjang jam belajar di Indonesia). Tidak ada salahnya meniru/terinspirasi oleh sistem pembelajaran di negara lain, terlebih sistem pendidikan di Finlandia diakui sebagai yang terbaik di dunia. Tapi perlu dilihat baik-baik esensi (inti) dari sistem pendidikan di negara tersebut dan mana yang bisa diambil dan diterapkan di negara kita. Jangan sampai gagal paham seperti kemarin, hanya karena anak-anak di Finlandia pulang pukul 3-4 sore dikiranya mereka full day school, padahal aslinya mereka masuk sekolah pukul 8-9 pagi.

Kesimpulan:
Banyak kekurangan dalam sistem pendidikan Indonesia. Semua orang menginginkan perubahan dan pembenahan agar lebih baik yang pada akhirnya menghasilkan anak didik yang mumpuni. Dan Menteri Pendidikan sebagai pemimpin yang mengarahkan perubahan dan pembenahan tersebut harus memiliki kebijakan dan strategi dalam melangkah. Semoga harapan semua orang agar pendidikan Indonesia lebih baik bisa terlaksana, dan "kesalahan" di awal masa kepemimpinannya ini menjadi bahan pembelajaran untuk kedepannya bisa mengeluarkan kebijakan yang pas dan diperlukan.


0 comments:

Post a Comment

Saya menghargai komentar, saran, kritik & masukan yang membangun. Komentar berupa spam, scam dan promosi akan dihapus, terima kasih.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites