Dari hari Selasa minggu kemarin sampai hari Kamis besok anak-anak kelas 7 dan 8 menghadapi UKK alias Ujian Kenaikan Kelas. Kemarin saya mendapatkan tugas untuk menjadi pengawas ujian, semuanya berjalan lancar sampai bel selesai berbunyi.
Ketika saya keluar ruangan, seorang anak yang berada di ruangan sebelah menghampiri saya, dan berkata
"Pak, tadi anak-anak kelas 8 pada mencontek semua." Katanya berapi-api.
"Dia... Dia juga... Tuh.. Semuanya pak." Katanya lagi sambil menunjuk anak-anak kelas 8
Oh iya, dia anak kelas 7.
Saya terdiam sejenak, untuk kemudian berkata.
"Udah bilang ke pengawas ruang kamu tadi?"
"Orang pengawasnya aja cuek pak, keasyikan ngrumpi."
Wedew...
Ada beberapa hal yang menarik perhatian saya dari cerita diatas.
Yang pertama, ditengah berkembangnya sikap anak-anak yang malas belajar, mencari jalan pintas dengan mencontek, menjiplak kerjaan temannya (baik tugas, PR ataupun ujian) masih ada anak-anak yang bersikap mandiri, mengerjakan ulangan secara mandiri.
Yang kedua, keberanian si anak untuk mengungkapkan apa yang dia lihat dan rasakan yang menurutnya tidak benar. Pantas untuk dihargai. Menurut saya hal tersebut merupakan tindakan nyata atas apa yang diajarkan selama ini, yaitu bersikap jujur dan terbuka.
Yang menarik perhatian saya lainnya adalah penggunaan kata "nggrumpi" dan "cuek" untuk menggambarkan apa yang dilakukan pengawas ujian.
Saat ujian berlangsung, tidak jarang ditemui 2 orang pengawas saling ngobrol. Menurut saya, hal tersebut tidak menjadi masalah (boleh dilakukan) selama dilakukan seperlunya. Akan tetapi ketika pengawas keasyikan ngobrol, sampai lupa sekeliling dan juga tugasnya untuk mengawasi anak-anak yang tengah ujian, apalagi ditambah suara keras menganggu konsentrasi anak, maka hal tersebut tidak seharusnya dan tidak boleh untuk dilakukan.
Terlepas dari kemungkinan-kemungkinan yang ada. Seperti:
- Mungkin anak-anak kelas 8 hanya mengobrol dan bukannya mencontek.
- Mungkin si anak dongkol tidak mendapat contekan sehingga dia melaporkan teman-temannya
- Mungkin pengawasnya hanya ngobrol biasa dan si anak yang terlalu perasa.
Atau kemungkinan-kemungkinan lainnya.
Kejadian ini menjadi masukan, kritikan terhadap guru/pengawas untuk perbaikan kedepannya. Karena anak-anak melihat dan merasakan. Generasi protes yang harus ditanggapi dengan baik.
0 comments:
Post a Comment
Saya menghargai komentar, saran, kritik & masukan yang membangun. Komentar berupa spam, scam dan promosi akan dihapus, terima kasih.