Selama masa pemadatan mapel, siswa kelas 9 dibagi menjadi 4 kelompok, dan berhubung jumlah ruangan kelas terbatas, maka dipakailah ruangan perpustakaan dan aula sebagai tempat belajar mereka, dengan pemakaian secara bergilir.
Saya banyak mengamati KBM, terutama yang berlangsung di perpustakaan dan aula (yang letaknya bersebelahan). Bagaimana kondisi/ keadaan riil anak-anak di kelas dan yang tak kalah penting adalah bagaimana cara mengajar guru, bagaimana guru mengendalikan siswa.
Dari sekian banyak guru yang mengajar kelas 9, ada satu guru yang menjadi favorit saya (dan saya yakin mayoritas anak-anak juga menyukai beliau).
Namanya pak Pram, beliau sebenarnya guru mapel Fikih, namun diperbantukan untuk mengajar mapel Matematika.
Sebenarnya beliau guru yang galak (paling tidak menurut anak-anak), dan tegas dalam disiplin. Namun disisi lain, beliau juga pintar dalam mengambil hati anak-anak.
Menghadapi anak-anak (terutama siswa di sekolah kami) memang tidak bisa galak atau santai/menuruti kemauan mereka terus-terusan. Ada kalanya harus dan wajib galak, namun ada kalanya bisa santai.
Menentukan kapan galak dan kapan santai itulah yang tidak mudah. Setiap guru harus mempunyai instink, harus sigap menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi kelas/ siswa. Metode penguasaan kelas yang harus dikuasai oleh setiap guru.
Guru yang tadi saya sebutkan, bisa jadi contoh guru yang berhasil menguasai kelas, belajar dari beliau tentang cara mengajar yang efektif, siswa bisa memahami materi yang disampaikan.
Menjadikan contoh, belajar dari beliau, bukan berarti meniru mentah-mentah apa yang beliau lakukan. Tapi menganalisa, mengambil yang baik dan menyesuaikannya dengan diri sendiri.
Bisa jadi pada akhirnya masing-masing memiliki cara dan gaya mengajar yang beda, namun kesemuanya sama-sama efektif dalam menyampaikan pelajaran, dan mencapai tujuan dari pelajaran, yaitu siswa memahami materi yang disampaikan.